Dipertemukan di sebuah masjid dengan kejadian memalukan membuat Galexia Adhara, gadis berumur 18 tahun ini menyukai sosok dokter muda.
Namun, masalahnya dokter muda yang ia sukai itu adalah kakak dari musuh bebuyutannya di sekolah.
Galexia maupun dokter muda itu pun tak sadar jika sudah mengenal sejak dulu, hanya saja jarak dan waktu memisahkan keduanya menjadi dua orang yang asing. Hingga suatu hari kebenarannya terungkap, jika dulu mereka pernah saling mengenal.
Bagaimana perjuangan Galexia mendapatkan hati si dokter muda, apakah masa lalu akan menjadi penghalang keduanya untuk bersatu ? Dan ujian apa yang datang menghampiri keduanya ? Ikuti kisah si gadis natckal ini yuk !
Sequel ISTRINYA PAK GURU ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sinta amalia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mumun is Galexia
"Kaka mau ikut aja ke Pondok ah, lagian besok di sekolah ga ada yang penting !" ujar Gale, mengekori setiap langkah ayahnya dengan bibir yang dimajukan kaya minta dijepit pake jepitan jemuran.
"Ka Le, bisa ga sih diem. Momy liatnya pusing dari tadi kamu ngekorin ayah ?" lama-lama Shania bersuara.
"Kaka ga mau berenti sampe ayah bilang, hayu ! Let's go girls, kita ke old mc donald's farm!" jawabnya.
Andro bahkan sampai tertawa, ia heran dulu ibunya ngidam apa sampai jadi buahan berwujud kakanya yang harus ia katakan apa kakanya ini, cantik tapi absurdnya tidak termaafkan.
"Dikira lagu, ladang mc donald ! sarkas Andro.
"Yang ngurusnya tuh kake Hadi sama anak-anak Pondok kak Le, bukan paman Donald," jawab Shania menghitung semua pengeluaran bulanan dapurnya.
"Terserah lah, udah kebiasaan juga."
"Ayah mau nginep kak,"
"Hah ?! Mas mau nginep ? Kalo gitu Sha juga ikut lah ! Ga mau ditinggal," rengek Shania.
"Setuju ! Ayo demo ayah !" seru Gale.
Arka menggelengkan kepalanya pusing 7 keliling dengan kelakuan si kembar Shania dan Galexia.
"Kaka males lah, pasti besok pengumuman penerima beasiswa. Si burung kicau pasti mau pamer !" desis Gale.
"Burung kicau ?" tanya Shania.
"Fathya bun, siapa lagi. Miss perfect yang kalo ngomong tuh cit cit cuit, kaya burung kicaunya Joshua. Ga mutu, ga ngerti !" Shania tertawa mendengar perumpamaan Gale dan hinaannya untuk Fathya.
"Bilang aja sirik," ujar Andro.
"Eits ! Engga ya, maaf. Seorang Galexia tidak mengenal kata sirik, ga ada sejarahnya sepupu Maudy Ayunda sirik sama mpok Indo,"
"Ayah ?!" rengek Gale.
"Ya sudah, daripada kepala ayah pecah. Kamu ikut saja. Momy tunggu di rumah bareng Andro !" baru saja Shania akan bersuara, Arka sudah memotongnya tanpa terbantahkan. Cukup satu saja modelan perempuan di rumahnya yang bikin pusing kepala, jangan 2 2 nya, jika Arka masih ingin dianggap waras.
Gale tersenyum lebar, dengan begitu ia terhindar dari mulut cerewet Ori.
...****************...
Gale hanya membawa baju seperlunya saja, karena tidak akan menginap lama. Hanya satu hari saja.
"Mas, jangan lama-lama. Kalo Sha pengen dipeluk gimana ?" tanya Shania.
"Idih momy manja, peluk aja guling," jawab Gale.
"Masa mau meluk bujang, udah ga mau dipeluk Andronya mas," adu Shania
"Mas pergi dulu," pamit Arka mengecup kening Shania. Gale tersenyum melihat keharmonisan ayah dan ibunya, di usia yang sudah tidak muda lagi, dan usia pernikahan yang menginjak 19 tahun. Kelak ia ingin seperti kedua orangtuanya dalam kehidupan berumah tangga, lebih tepatnya mendapatkan laki-laki modelan ayahnya yang tahan dengan keabsurdan Shania.
Ponselnya bergetar, beberapa pesan singgah di ponselnya. Ia membuka pesan yang puluhan dari grup geng Pandawa.
"Lele ! Loe ga sekulll ?"
"Loe dimana bontot ?! udah mau masuk nih ?"
"Nih siomay di kantin gue borong juga nih !"
"Abisin aja, gue sumpahin loe mati keselek siomay," jawab Gale.
Dan Gale menskip pesan lainnya yang menanyakan keberadaannya. Terakhir ia melihat pesan Ori yang ingin menjemputnya, ia membalas.
"Ga usah bang, gue ikut ayah ke Pondok."
Cukup lama Ori menjawab, "oke."
Perjalanan bersama sang ayah memang tak semenyenangkan jika ada momynya, lebih karena ayahnya yang tak banyak bicara. Memang sudah wataknya, hingga Gale lebih memilih tidur.
💐 Di sekolah
Fatur melihat jam ditangannya, sejak tadi ia berdiam di parkiran tapi tak menemukan sosok yang diantar oleh Arka,
Tunggu !
Apakah sebegitu rindunya sampai-sampai ia melupakan sesuatu yang penting. Wajah Galexia saja ia tak tau, bagaimana ia bisa menemukan Gale.
Ia turun dari mobil dan mulai bertanya pada setiap siswa. Terlihat beberapa siswa yang cekikikan melewati parkiran.
"Permisi," wajah tampan dan kerennya membuat Lila dan Andini tak berkedip.
"Ya ?"
"Adek-adek kenal sama siswa yang namanya Galexia Adhara Mahesa ?" tanya Fatur.
"Gale ?" tanya Faisal, pemuda itu melihat Fatur dari atas sampai bawah. Ia heran saja, biasanya yang akan mencari si bontot pemuda dari sekolah lain atau anak kuliahan. Tapi ini, terlihat lebih dewasa, apa jangan-jangan si bontot mereka mainannya sekarang sudah merangkak ke sugar daddy ?
"Ada apa cari Galexia ?" tanya Irvan sengak.
"Saya kerabatnya."
Sudah menjadi lagu lama, seseorang mengaku kerabat, keluarga, kekasih, calon suami ataupun kaka Gale hanya untuk mendekati gadis itu.
"Gale ga ada di sekolah ini ! Udah keluar !" jawab Faisal. Andini dan Lila menoleh dan menyikut Faisal.
"Sejak kapan Lele di drop out dari sekolah, masa cuma gara-gara berantem sama Fathya aja sampe di DO ?!" ujar Lila dengan polosnya. Sontak saja Faisal langsung membekap mulut Lila dan membawanya menjauhi Fatur, membuat Fatur tertawa.
"Om ada keperluan apa nyari Gale ?" tanya Irvan.
"Kalian siapanya, sampai harus tau urusan saya dan Gale ? Apa kalau Gale punya hutang semilyar sama saya, kalian mau tanggung jawab ?!" tanya nya, membuat Irvan dan Andini menggeleng. Fix, teman sejati di saat senang mereka sama-sama, disaat susah jalan masing-masing.
Fatur tidak akan kalah oleh anak-anak bau kencur macam mereka.
"Kalo gitu bilang mana Gale ?" tanya Fatur.
"Gale !!!" seru Andini ke arah belakang Fatur, membuat Fatur sontak menoleh ke belakang, disaat yang bersamaan kedua anak itu kabur berlari.
"Eh ! Damnn !" umpat Fatur.
Fatur masih menunggu meskipun bel masuk sudah berbunyi dan murid-murid sudah berada di dalam kelas. Ia tak patah semangat untuk mencari Gale. Padahal ia pun tak tau jika nanti bertemu dengan si bocah gemoynya itu akan seperti apa. Yang jelas ia hanya ingin menuntaskan rasa rindunya pada Gale, Arka dan Shania yang sudah ia anggap seperti kedua orang tuanya sendiri.
"Dokter Fatur ?" sapa pak Gumilang.
"Mau cari Fathya ?"
"Oh bukan pak, saya kesini mencari seorang siswi. Namanya Galexia Adhara Mahesa ?" tanya Fatur.
"Oh Gale ?!" seru pak Gumilang.
"Gale kebetulan ijin sekolah hari ini sampai besok pak, katanya ada kepentingan keluarga," lanjut pak Gumilang.
Wajah Fatur meredup, hari ini ia harus gagal lagi bertemu dengan Galexia. Tapi ia janji tak akan menyerah.
Fatur memutuskan untuk kembali nanti, sekembalinya dari Pondok.
Ia melajukan mobilnya meskipun hatinya gundah.
...****************...
Gale meregangkan ototnya yang kaku karena terlalu lama duduk. Padahal perjalanan dari Jakarta ke Bogor tak terlalu jauh.
Ini yang Gale suka, kedatangan mereka selalu disambut singkong goreng dan teh tubruk hangat. Bukan pasal makanan recehnya tapi karena makanan ini disajikan dengan ketulusan dan yang jelas gratis tanpa dipungut biaya.
"Neng Gale, sok atuh dimakan !!" seru bu Hadi.
"Makasih ne," seperti kebiasaannya setelah memakan welcome drink dan welcome snack. Ia lantas berlari ke arah kandang kambing untuk bertemu teman-temannya, Selena, Justin, David, Kendell, dan Kylie.
"Teh Gina, A Badar !" sapa Gale.
"Neng Gale,"
"Wahhh, pada gendut-gendut dong kambingnya. Sohib kecil aku si Kendell mana ? Masih kenal ngga ya sama aku teh ?! Soalnya udah lama ga ketemu !"
"Tuh, neng. Selamet neng, kayanya Kendell lagi bunting !" jawab a Badar.
"Wahhh ! Masa a ?! Aku pengen megang dong a, perutnya !" pinta Gale, bila sudah begini maka Gale akan asik dengan dunia binatangnya.
Sampai terlupa akan waktu.
"Mana si neng Gale ?" tanya Teh Rita anak pak Hadi.
"Paling juga di kandang kambing," jawab pak Hadi.
"Ya udah, nanti selesai pak guru solat dzuhur panggil saja buat makan siang," pinta bu Hadi, teh Rita mengangguk.
Sebuah mobil memasuki kawasan Pondok. Turunlah seorang dokter muda dari dalam mobil tersebut. Melihat mobil yang terparkir di depan kantor ia nampak tak asing lagi.
Jika orang bertanya, kenapa Fatur tak pernah bertanya tentang Gale pada Arka. Jawabannya sering, namun hanya sebatas kabar saja. Tanpa berani bertanya lebih, apalagi soal perasaannya. Ia hanya takut dianggap lancang menyukai Galexia, apalagi saat umurnya baru beranjak remaja mungkin Arka akan menganggapnya cinta monyet.
"Assalamualaikum !"
"Waalaikumsalam,"
"Eh, Fatur ! Masuk nak, masuk !" pinta pak Hadi.
"Pak,"
"Sedang tidak dinas ?" tanya nya.
"Kebetulan lagi ambil cuti pak, pengen refreshing."
"Bu, bikin minum ! Ada Fatur !" pekik pak Hadi.
"Pak, ada pak Arka ya ?" tanya Fatur to the point.
Pak Hadi mengangguk, "ada, sedang sholat di dalam."
Berbicara sholat dzuhur, ia pun belum melaksanakannya.
"Kalo gitu saya juga ijin solat dulu pak !" jawab Fatur.
"Boleh atuh sok silahkan," jawab pak Hadi.
Fatur membuka jaket bombernya, lalu melengos ke belakang. Tujuan Fatur yang awalnya hendak mengambil air wudhu di pancuran, malah berjalan lebih jauh lagi, ia seperti tertarik sebuah rindu yang teramat manakala mengingat kandang kambing.
Samar-samar ia mendengar tawa cekikikan khas gadis periang. Hingga ia menyipitkan matanya, melihat sosok Mumun.
"Mumun ?"
"Neng Gale !!! Solat dzuhur dulu, sekalian ikut makan siang !" pekik teh Rita dari arah belakang Fatur.
Sontak mata Fatur membola.
"Iya teh ! Gale kesitu !" jawab Gale berteriak.
.
.
.
.
bingung koment apa
saaaaa kingggg candu nyaaa sama karya author 👏👏👏💃💃💃