Dia Datang Kembali

Sore harinya Rangga kembali memutuskan pulang dari kantor lebih awal. Hal itu ia lakukan agar tidak bekerja terlalu keras dan dapat beristirahat dirumah.

Rangga diantar oleh supir pribadinya yang bernama Darto.

Rangga masih terus memikirkan kenapa Tania bisa tidak melakukan pekerjaannya dengan baik?.

"Pak, nanti disimpang empat belok kiri ya!," kata Rangga.

"Kita mau kemana den?," tanya pak Darto.

"Saya mau makan sesuatu pak direstoran x," kata Rangga memberi tahu.

"Baik den," kata pak Darto.

Mereka sudah sampai di perempatan jalan yang dimaksud oleh Rangga. Pak Darto pun membelokkan arah mobil ke arah kiri. Tidak jauh dari situ, restoran yang dimaksud Rangga terletak.

Hanya sekitar lima menit saja, mereka sudah sampai direstoran tersebut. Rangga turun dari mobilnya. Ia hendak masuk kedalam restoran tersebut.

Tidak disangka-sangka, ternyata Tania berada didalam restoran tersebut bersama teman-temannya.

Rangga melihat dengan jelas bahwa teman-teman Tania tersebut merupakan orang-orang yang memiliki kekayaan yang cukup besar. Hal itu terlihat dari barang-barang yang ia gunakan.

Tania sedang makan bersama teman-temannya disini? apalagi teman-temannya itu merupakan orang yang berada. Batin Rangga.

Rangga kemudian membatalkan rencananya yang hendak makan direstoran tersebut. Rangga memutuskan kembali ke mobil dimana supir pribadinya menunggu.

"Kenapa raden kembali lagi?," tanya supir.

"Tidak apa-apa pak, saya tiba-tiba merasa tidak selera untuk makan. Kita pulang saja pak!," jawab Rangga.

Mendengar penjelasan Rangga, pak Darto segera menghidupkan mesin mobil dan melajukannya segera.

Tiba-tiba Rangga kembali dikagetkan dengan sebuah mobil putih yang sedang berhenti didepannya. Ia pun meminta pak Darto segera menghentikan laju mobil.

Pemilik mobil tersebut tidak lain adalah Alya. Alya memang memutuskan untuk berangkat bekerja menaiki mobil sendiri tanpa supir pribadinya.

Rangga segera turun dari mobilnya.

"Mobil kamu kenapa Al?," tanya Rangga.

"Bang Rangga? aku tidak tahu bang, tiba-tiba mobilnya mati," kata Alya.

Mood Rangga kembali membaik setelah bertemu dengan Alya.

"Biar aku panggilkan montir saja!," kata Rangga.

"Terima kasih bang," kata Alya.

"Iya," kata Rangga.

Kehadiran Rangga sangat membantu Alya. Hal itu karena Alya tidak memiliki montir kenalan sama sekali karena ia menghabiskan banyak waktu diluar negeri.

"Al, sebaiknya kita duduk disana sembari menunggu montirnya datang," kata Rangga menunjuk sebuah kursi taman.

"Ia bang," kata Alya menurut.

Rangga memesan minuman untuk mereka berdua dan tidak lupa pula untuk pak Darto.

"Abang darimana tadi?," tanya Alya.

"Aku dari sebuah restoran. Aku ingin makan sesuatu disana. Tapi ketika sampai aku tiba-tiba merasa tidak selera. Aku memutuskan untuk kembali pulang," kata Rangga.

"Memangnya abang sudah diperbolehkan untuk makan makanan yang abang sukai?," tanya Alya.

"Aku hanya memesan makanan yang bisa ku makan Al," kata Rangga.

Mereka melanjutkan obrolan santai mereka sampai seorang montir datang.

Ketika sedang asyik mengobrol, tiba-tiba mereka dihampiri oleh sebuah mobil sedan berwarna hitam.

Alya dan Rangga memandangi mobil tersebut. Tidak lama kemudian, tampak seorang laki-laki seumuran mereka keluar dari dalam mobil.

"Alya," kata lelaki tersebut menjulurkan tangannya.

"Kamu siapa?," tanya Alya yang kebingungan dengan laki-laki tersebut, sebab ia menggunakan kacamata hitam.

"Aku Ryan, masa kamu tidak kenal denganku?," kata Ryan membuka kacamata hitamnya.

"Ryan? kamu Ryan teman sekelas SMA ku dulu?," tanya Alya.

"Benar sekali," kata Ryan tersenyum.

Ryan merupakan teman sekelas Rangga dan Alya ketika duduk dibangku SMA. Ryan adalah salah satu laki-laki yang menyukai Alya, bahkan Rangga mengetahuinya. Bagi Rangga, Ryan adalah musuhnya dalam merebut perhatian dan cinta Alya.

Ryan? kenapa tiba-tiba dia ada disini? mengacaukan saja. Batin Rangga.

"Kamu kemana saja selama ini Al? Lama sekali tidak kelihatannya," tanya Ryan.

"Aku kuliah diluar negeri dan menetap disana selama ini. Aku baru beberapa minggu kembali ke Indonesia dan menetap disini," jawab Alya.

"Benarkah? kamu hebat sekali. Aku juga kuliah diluar negeri Al tapi setelah menyelesaikan kuliahku disana, aku segera kembali ke Indonesia untuk bekerja diperusahaan keluarga," kata Ryan.

"Ah biasa saja," kata Alya.

"Oh iya, ini siapa?," tanya Ryan melihat ke arah Rangga.

"Ini bang Rangga, teman kita sekelas kita dulu," jawab Alya memperkenalkan Rangga.

"Benarkah? apa kabar Rangga?," tanya Ryan menjabat tangan Rangga.

"Aku baik Yan," kata Rangga.

Sok asyik sekali kamu Yan. Aku tidak pernah menyukaimu dari dulu. Batin Rangga.

Kenapa Rangga bisa berduaan dengan Alya disini? Apa mungkin mereka berpacaran?. Batin Ryan.

"Oh iya, kalian sedang apa disini? berpacaran ya?," tanya Ryan.

"Bukan Yan, mobilku rusak tadi saat hendak pulang dari kantor. Nah, kebetulan bang Rangga lewat, jadi dia membantuku mencari seorang montir," kata Alya.

"Oh begitu rupanya, aku kira kalian sedang berpacaran," kata Ryan.

*Memangnya apa urusannya denga*nmu jika aku berpacaran dengan Alya?. Batin Rangga.

Tanpa aba-aba, Ryan duduk disamping Alya. Sekarang posisi Alya berada ditengah kedua lelaki itu.

Ryan mulai mengajak Alya mengobrol membahas ini itu untuk mengalihkan perhatian Alya kepada Rangga.

Rangga seperti diacuhkan oleh mereka berdua. Rangga bahkan keheranan dengan tingkah laku Ryan.

Aku tahu maksudmu Yan, aku tahu kau hendak mengalihkan perhatian Alya dariku. Dari dulu sikapmu tidak pernah berubah. Tapi anehnya kenapa Alya sangat mengacuhkan ku? apa dia tidak menghargai keberadaan ku?. Batun Rangga.

Rangga memutuskan untuk meninggalkan Alya dan Ryan. Ia tidak mau rasa kesal menguasai dirinya sehingga melakukan tindakan kasar kepada Ryan.

"Al, aku pulang dulu ya, montirnya sudah datang," kata Rangga.

"Ia Ga, kamu pulang saja! aku akan menemani Alya sampai mobilnya jadi. Semisal mobilnya rusak parah, aku akan mengantarkan dia pulang," kata Ryan.

"Iya," kata Rangga dengan nada ketus.

Rangga pun meninggalkan Alya dengan raut wajah kesal. Alya yang melihat raut wajah Rangga tersebut merasa tidak enak hati.

"Pak, kita pulang sekarang!," kata Rangga memerintah supirnya.

"Baik den," kata Rangga.

Mobil Rangga mulai melaju jauh meninggalkan mereka berdua.

"Bagaimana pak mobil saya?," tanya Alya.

"Sebentar lagi selesai kok mbak, hanya ada sedikit bagian yang korslet," kata montir.

"Syukurlah pak," kata Alya merasa senang karena ia dapat segera menggunakan mobil itu.

"Al, kamu pindah rumah ya? soalnya waktu aku main ke rumahmu yang dulu kamu tempati semasa kita sekolah sudah dihuni oleh orang lain," tanya Ryan.

"Iya Yan, aku sudah pindah rumah," jawab Alya.

"Kamu pindah kemana Al? apakah rumahmu yang sekarang letaknya jauh dari rumah kamu sebelumnya?," tanya Ryan.

"Lumayan jauh Yan, sekitar satu jam lebih," kata Alya.