Apa jadinya ketika dua orang insan yang terkenal tidak pernah akur tiba-tiba menikah, imbas dari keisengan seorang gadis bernama Putri Inayah yang ingin membalas kekesalan pada musuh bebuyutannya Devano putra Fathariano.
Akankah pernikahan keduanya kandas atau justru waktu bisa menumbuhkan rasa cinta diantara keduanya???
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon selvi serman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ular berbisa.
Di salah satu kamar hotel yang masih berada di ibukota Laura terlihat begitu panik, berbeda dengan ibunya yang tetap berusaha bersikap tenang.
"Kenapa mama tidak berpikir panjang sebelum bertindak?? bagaimana jika Inayah sampai tahu apa yang telah mama lakukan pada papanya???. Pokoknya Laura tidak mau masuk penjara, mah." oceh Laura sambil mondar-mandir nak setrikaan.
"Kamu bisa diam nggak!!! jangan membuat kepala mama semakin pusing, Laura!!." Nyonya Diana membentak putrinya. Wanita itu semakin frustasi mendengar ocehan gadis itu. "Kamu tidak perlu berpikir sejauh itu, lagi pula tidak ada yang mampu menjebloskan kita ke dalam penjara." sambung Nyonya Diana.
Laura tak langsung merespon, ia coba mencerna setiap kata-kata ibunya. sepersekian detik kemudian seringai terbit di sudut bibir Laura ketika teringat jika kamera CCTV di kediaman mereka sedang bermasalah sejak kemarin pagi, secara otomatis kejadian pagi tadi tidak meninggalkan jejak digital.
"Kamu pikir mama ini sebodoh kamu. jika kamera CCTV di rumah tidak bermasalah, mana mungkin mama berani mengajak kekasih mama ke rumah." ujar nyonya Diana penuh percaya diri. "Lagi pula mama sudah bosan hidup penuh sandiwara bersama pria itu." sambung Nyonya Diana. Tak ada sedikitpun rasa penyesalan yang terukir di wajah wanita itu setelah apa yang dilakukannya terhadap sang suami.
"Tapi mama kan bisa diam-diam menjalin hubungan dengan pria lain tanpa harus bertindak sejahat itu terhadap papanya Inayah. lagi pula selama ini paparnya Inayah sudah banyak berbuat baik sama kita." sepertinya perbuatan baik ayah sambungnya terhadap dirinya sedikit terselip di relung hati Laura sehingga ada rasa iba dihatinya melihat tindakan jahat ibunya terhadap pria itu.
"Sebesar apapun kebaikan yang dilakukan pria itu tidak akan mampu mengembalikan kebahagiaanku yang hilang karenanya." dengan raut wajah yang berubah dingin, nyonya Diana berlalu begitu saja meninggalkan putrinya yang nampak menatapnya bingung.
Sepersekian detik kemudian Laura menyusul langkah ibunya. "Mama mau ke mana???."
"Mama ingin memastikan posisi kita tetap aman." tanpa menoleh nyonya Diana menjawab, sebelum kemudian kembali melanjutkan langkahnya.
"Mah...mamah...."
Nyonya Diana tetap melanjutkan langkahnya tanpa menghiraukan seruan dari putrinya.
"Apa sebenarnya maksud perkataan mama tadi???." gumam Laura setelah tubuh ibunya tak lagi terlihat dari pandangannya.
Tidak ingin semakin menambah frustasi, Laura memilih melupakan begitu saja perkataan ibunya tadi, dan kembali ke kamar hotel untuk menunggu sampai ibunya kembali.
"Apa yang aku katakan tadi???." nyonya Diana menangkup wajahnya, menyesali perkataannya dihadapan putrinya.
"Aku sangat merindukanmu." Nyonya Diana menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi mobil. seiring memejamkan matanya, airmata pun jatuh membasahi wajahnya. "Kenapa semua ini terjadi di dalam hidupku tuhan, kenapa???." batin Nyonya Diana. Ingatannya membawa wanita itu kembali ke dasar penderitaannya dahulu.
Sopir taksi online sampai di buat bingung melihat penumpangnya yang tiba-tiba saja menangis.
*
"Sejak kapan CCTV di rumah ini rusak???." pak Darwis mengintrogasi ART di kediaman tuannya.
"Sejak kemarin, pak."
"Kemarin???." ulang pak Darwis dan art tersebut mengangguk membenarkan.
Pak Darwis mendengus kesal dibuatnya, itu artinya ia tidak dapat mengetahui kronologi atas insiden yang menimpa tuannya.
Sepersekian detik kemudian, tatapan tajam pak Darwis kembali pada art tersebut. "Apa kamu yakin tidak menyaksikan kejadian pagi tadi??." saking tajamnya tatapan pak Darwis sampai sampai membuat tubuh art tersebut gemetar ketakutan dibuatnya.
"Saya benar-benar tidak melihat kejadian apapun, pak." Art yang akrab disapa bi Titi itu menjawab pertanyaan pak Darwis dengan suara bergetar. "Saya baru tiba dari dapur ketika mendengar suara teriakan Nyonya Diana." sambung wanita itu.
"Saya akan mencoba percaya dengan pengakuan kamu. tapi jika ke depannya kamu terbukti berdusta, maka jangan salahkan saya jika melakukan sampai sesuatu yang akan membuat kamu menyesali kebohongan ini seumur hidup." pak Darwis terlihat tak main-main dengan ancamannya. Setelahnya, pria berusia empat puluh tahunan tersebut berlalu meninggalkan kediaman ayahnya Inayah.
*
Malam harinya.
Inayah terlihat duduk di samping brankar ayahnya, menatap wajah pucat ayahnya yang sampai detik ini belum juga sadarkan diri. Kondisi ayahnya saat ini sangat memprihatikan sehingga dokter sendiri belum bisa menjamin kapan pria itu akan siuman.
Inayah sontak mengusap sisa air mata di pipinya di saat mendengar suara pintu di buka dari ayah luar.
Raut wajah Inayah seketika berubah ketika menyadari keberadaan ibu tirinya. "Apa yang anda lakukan di sini???." cetus Inayah dengan raut wajah tak bersahabat.
"Pertanyaan apa itu, Inayah??? Mama ini istri papa kamu, tentu saja kedatangan mama ke sini untuk merawat papa kamu." dengan berlinang air mata, ibu tirinya tersebut mendekat ke arah tempat tidur suaminya.
"Jangan sentuh papaku dengan tangan kotor anda!!!." Inayah menepis tangan ibu tirinya yang hendak menyentuh tangan ayahnya.
"Apa-apaan ini Inayah???."Nyonya Diana menunjukkan sikap tersinggungnya ketika mendapat perlakuan demikian dari Inayah.
Inayah menatap ibu tirinya itu dengan tatapan nyalang. "Berhenti bersandiwara!!! Aku bukan papa, yang akan percaya begitu saja dengan sandiwara murahan anda itu. Lagi pula aku tidak sebodoh yang anda pikirkan sehingga tidak tau apa yang telah anda lakukan pada papa." ternyata bukan Devano seorang yang menaruh curiga atas insiden yang menimpa ayahnya Inayah, Inayah pun demikian.
Nyonya Diana menyeringai. "Baguslah kalau kamu sudah tahu. So, aku tidak perlu lagi repot-repot memainkan sandiwara memuakkan di depan anak pembawa sial sepertimu." Pada akhirnya Nyonya Diana menunjukkan sifat aslinya terhadap sang suami di hadapan anak tirinya itu.
"Aku bersumpah akan membuat anda membayar semua tindakan jahat anda pada papaku. aku pasti akan menjebloskan anda ke dalam penjara."
Nyonya Diana tersenyum remeh mendengar ancaman Inayah. "Memangnya kamu punya bukti, jika aku yang melakukannya??? Lagi pula anak pembawa sial sepertimu tidak akan pernah mampu menjebloskan aku ke dalam penjara." untuk kedua kalinya Nyonya Diana menyebut Inayah sebagai anak pembawa sial dan itu mampu memancing emosi Inayah.
"Jangan sekali-kali anda menyebut saya sebagai anak pembawa sial karena saya tidak seperti apa yang kamu katakan Nyonya Diana." semakin hilang respect Inayah terhadap ibu tirinya tersebut.
Nyonya Diana kembali menarik sudut bibirnya ke samping kemudian berkata. "Jika bukan karena papa kamu yang ingin menyerahkan semua hartanya padamu, kami tidak akan bertengkar hebat dan aku tidak akan melakukan hal itu kepadanya. lalu sebutan apa yang lebih pantas di sematkan kepada anak seperti dirimu, selain anak pembawa sial, hah????."
"Deg." Inayah seperti tidak percaya dengan pengakuan ibu tirinya. pasalnya selama ini hubungan dirinya dengan sang ayah tak lagi terjalin dengan hangat, mana mungkin ayahnya sampai berpikir memberikan semua hartanya kepada dirinya.
Pagi tadi, setelah sang suami memergoki dirinya main serong dengan pria lain, dengan berat hati nyonya Diana setuju jika dirinya akan diceraikan oleh sang suami, dengan syarat mendapatkan pembagian harta gono-gini yang sesuai. namun sayangnya ayahnya Inayah mengatakan tidak bisa memberikan keinginannya sebab saat ini semua harta kekayaannya telah diubah menjadi kepemilikan putrinya termasuk perusahaan. Tak terima dengan pengakuan suaminya, nyonya Diana yang kesal pun tak kuasa menahan kekesalannya hingga tanpa sadar mendorong tubuh suaminya hingga terjatuh dari tangga.
"Aku ini istrinya, apa adil jika seorang suami tidak memberikan kompensasi apapun kepadaku setelah menceraikan aku begitu saja?? Apa pantas???? Ayo jawab Inayah!!!." nyonya Diana sampai mengguncang tubuh Inayah yang masih diam terpaku, dengan perasaan yang tidak terkendali.
Seakan tersadar akan sikapnya terhadap Inayah, nyonya Diana lantas menjauhkan tangannya dari Inayah. "Sekarang papa kamu tidak bisa berbuat apa-apa lagi, dan kamu pun tidak memiliki bukti atas perbuatanku padanya. So, tetap jalani kehidupan ini seperti sebelumnya. jalani kehidupanmu dan aku akan menjalani kehidupanku sebagai ibu tirimu. aku yang akan merawatnya karena kami masih sah sebagai suami istri. Tetap simpan rahasia ini jangan sampai ada orang lain yang tahu, jika kamu masih ingin ayahmu tetap bernapas di muka bumi ini!!!." setelahnya, nyonya Diana pun berlalu meninggalkan ruangan tersebut.
bikin judul sendiri mereka nya...