NovelToon NovelToon
Lily Of Valley: Ratu Mafia Yang Tersembunyi

Lily Of Valley: Ratu Mafia Yang Tersembunyi

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Balas Dendam / Identitas Tersembunyi
Popularitas:4.8k
Nilai: 5
Nama Author: chery red

Dilahirkan dalam keluarga kaya, Alea Lily Armstrong tumbuh dalam penolakan. Dianggap pembawa sial, ia dikucilkan dan dibenci. Luka hati mengubahnya menjadi wanita dingin. Pertemuannya dengan Alexander, ketua mafia terluka, membawanya ke dunia gelap.
Lea menjadi "Ratu Mafia Tersembunyi," menyembunyikan identitasnya. Dendam membara, menuntut pembalasan atas luka lama. Di tengah intrik mafia, Lea mencari keadilan. Akankah ia temukan kebahagiaan, ataukah dendam menghancurkannya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon chery red, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

24. Nostalgia Rasa dan Kebenaran yang Terkuak

Seminggu telah berlalu sejak kekacauan digital pertama yang Alea ciptakan di Amstrong Corp. Richard masih bergelut dengan sistem yang kacau balau, namun tanpa jejak pelakunya. Sementara itu, bagi Alea, hidupnya kini terasa jauh lebih berwarna. Akhir pekan telah tiba, dan kali ini, Alea memutuskan untuk ikut serta dalam agenda jalan-jalan Axel bersama gengnya.

"Boo, kau yakin mau ikut kami ke kafe itu? Ramai sekali, lho," tanya Axel, merangkul pinggang Alea saat mereka berjalan masuk. Kafe "Nasi Goreng Gila & Vibes" itu memang sedang viral, dan sore itu, suasananya pecah dengan riuhnya penonton nobar sepak bola. Liverpool melawan Manchester United, dan gemuruh sorak sorai sudah terdengar dari luar.

Alea tersenyum tipis. "Kenapa tidak? Aku penasaran dengan nasi goreng gila itu."

"Tuh kan, aku sudah bilang, Alea pasti penasaran!" seru Dion, menepuk bahu Axel. "Ayo masuk! Aku sudah lapar level dewa!"

Mereka bersembilan—Alea, Axel, dan ketujuh teman geng Axel—berhasil menemukan meja kosong di sudut yang sedikit lebih tenang, meskipun masih di tengah keramaian. Suasana kafe itu memang berbeda. Meski sederhana, interiornya nyaman, dihiasi mural-mural keren dan lampu-lampu temaram yang menciptakan vibe gaul. Aroma rempah nasi goreng gila dan kopi tercium kuat, bercampur dengan antusiasme para penggemar bola.

"Woah, tempatnya asyik juga!" komentar Thomas, matanya berbinar melihat layar proyektor besar.

"Dan lihat, harganya bersahabat!" tambah Jeremy, memeriksa menu. "Pantas saja viral."

Axel segera memesan untuk semua. "Nasi goreng gila spesial untuk Alea dan aku, dan sisanya terserah kalian. Minumnya es teh manis semua!"

Alea terkekeh. "Kau tidak tanya pendapatku dulu, Yang?"

"Tidak perlu, aku tahu kau akan suka," jawab Axel santai, mengedipkan mata. Ia duduk sangat dekat dengan Alea, bahu mereka bersentuhan. Tangannya sesekali mengusap punggung tangan Alea yang tergeletak di meja. Kebucinan Axel pada Alea memang sudah di level akut.

"Axel, bisa kau tidak terlalu bucin di depan kami?" protes Putra, pura-pura muntah. "Aku belum makan, jangan membuatku mual."

"Bilang saja kalian iri karena tidak ada yang membucinin," balas Axel sambil menjulurkan lidah.

"Idih, percaya diri!" timpal Arya. "Cepat pesan makananku, aku lapar!"

Obrolan mereka berlanjut dengan candaan ringan, dan sesekali Axel akan berbisik mesra ke telinga Alea, membuat gadis itu tersipu. Alea kini jauh lebih terbuka. Ia akan membalas candaan Axel, bahkan sesekali menggoda balik, sesuatu yang dulu mustahil terjadi. Suara tawa mereka seringkali terdengar di antara riuhnya teriakan penonton bola.

Saat pesanan datang, Alea mencicipi nasi goreng gilanya. Matanya membulat. "Ini... ini enak sekali, Yang!" serunya, takjub. "Pantas saja ramai."

"Kan sudah kubilang," Axel tersenyum penuh kemenangan. "Pilihanku tidak pernah salah." Ia bahkan menyuapkan sepotong sosis dari piringnya ke mulut Alea.

Tepat pada saat itu, mata Alea menangkap sesosok yang familiar. Di salah satu meja yang lebih ramai di dekat layar proyektor, tampak Ryan, bersama Tiara, Kevin, David, Devan, dan beberapa teman lainnya, ikut nobar. Tatapan Ryan terpaku pada Alea. Intens, penuh pertanyaan, dan jelas sekali, diselimuti kecemburuan. Wajahnya menunjukkan ekspresi campur aduk antara kekaguman dan amarah.

Axel yang merasakan perhatian Alea teralihkan, mengikuti arah pandang gadis itu. Matanya menyipit melihat Ryan. Seringai lebar penuh kemenangan terukir di bibirnya. Tanpa ragu, Axel memeluk pinggang ramping Alea, menariknya lebih dekat. Ia sesekali mencium pelipis Alea, terang-terangan menunjukkan kemesraan mereka. Axel bahkan berbisik dengan suara yang cukup keras agar bisa didengar, "Kau mau lagi, Boo? Aku bisa menyuapimu terus sampai kenyang."

Alea memukul pelan lengan Axel, namun tidak menolak pelukan dan kecupan di pelipisnya. Mereka berdua, bersama geng Axel, sepenuhnya mengacuhkan keberadaan Ryan, Tiara, Kevin, David, Devan, dan teman-teman mereka yang lain. Seolah-olah mereka tidak ada di sana.

Melihat adegan itu, rahang Ryan mengeras. Tangannya mengepal kuat di bawah meja. Hatinya panas terbakar cemburu. "Sialan!" desisnya pelan, nyaris tak terdengar. Axel benar-benar memamerkan Alea seperti sebuah trofi, dan itu membuatnya gila.

Tiara, di sisi lain, wajahnya sudah merah padam. "Lihat mereka! Wanita murahan itu! Dan Axel! Dia pikir dia bisa pamer di depanku?! Aku akan membalasnya!" desis Tiara hampir melempar gelas airnya, namun ditahan oleh Kevin.

"Sabar, Tiara," bisik Kevin. "Jangan membuat keributan di sini."

Di meja mereka, David dan Devan juga tampak kesal. David membuang muka. "Dasar wanita jalang. Tak tahu malu!" Devan hanya mengangguk setuju, matanya penuh kebencian. Kecemburuan dan kemarahan telah sepenuhnya menguasai mereka. Hanya Ryan dan Tiara yang tampak marah ketika melihat Alea datang bersama Axel dan diperlakukan bagai ratu oleh Axel dan teman-teman gengnya.

Sementara Alea dan Axel menikmati sore romantis mereka, jauh di luar kota, Harun dan Indira bersama detektif swasta kepercayaan mereka, sedang berada di sebuah desa terpencil. Mereka berhasil menemukan beberapa jejak yang mengarahkan mereka pada beberapa pihak yang terkait dan berhubungan dengan kejadian kecelakaan maut yang menewaskan Edward (adik kandung Alexander, kakak dari Rosalind) dan kedua orang tua Alexander beberapa tahun lalu.

Penyelidikan yang selama ini menemui jalan buntu, kini mulai terang benderang. Detektif yang mereka pekerjakan, seorang veteran kepolisian yang cerdik bernama Pak Budi, menunjuk sebuah bangunan tua di pinggir desa.

"Di sana, Pak Harun, Bu Indira," kata Pak Budi, menunjuk bangunan itu. "Kami menemukan salah satu mantan karyawan bengkel yang mobilnya digunakan oleh pelaku untuk menabrak mobil keluarga Callahan. Dia takut bicara selama ini karena diancam, tapi setelah kami yakinkan, dia mau bersaksi."

Harun mengangguk tegang. "Dan bukti yang Anda maksud?"

"Ada beberapa rekaman suara percakapan telepon antara karyawan bengkel itu dengan orang yang memberinya perintah untuk memodifikasi rem mobil, dan dia juga menyimpan salinan email yang berisi instruksi dan transfer dana," jelas Pak Budi. "Semua itu mengarah pada satu nama, Pak. Seseorang yang sangat kuat."

Indira menahan napas. "Siapa?"

Pak Budi menyerahkan sebuah amplop cokelat besar. Di dalamnya terdapat beberapa foto, salinan screenshot transaksi bank, dan transkrip percakapan. "Nama yang muncul berulang kali adalah... Richard Amstrong."

Darah Harun mendidih. "Richard?!"

"Benar, Pak. Kami juga mendapatkan kesaksian dari seorang mantan karyawan IT keamanan Amstrong Corp. Dia dipecat secara tidak adil setelah menolak perintah untuk menghapus rekaman CCTV di sekitar lokasi kecelakaan Edward. Rekaman itu menunjukkan mobil milik Richard Amstrong berada di sekitar lokasi, tak lama sebelum kecelakaan terjadi. Itu adalah detail kecil, tapi signifikan. Ada juga beberapa bukti pembayaran ke rekening orang-orang yang dikenal sebagai fixers atau preman bayaran, yang sering digunakan untuk 'merapikan' masalah. Semuanya mengarah ke Richard Amstrong."

Indira menutup mulutnya tak percaya. "Jadi... semua kecelakaan itu memang direkayasa? Dia yang merencanakan kematian orang tua Alexander, dan juga Edward?"

"Bukan hanya itu, Bu," tambah Pak Budi. "Kami juga mendapatkan bukti yang mengarah pada Richard Amstrong terkait dengan kecelakaan yang dialami Tuan Alexander. Saksi mata, seorang supir taksi yang kebetulan lewat dan melihat kejadian itu, bersedia bersaksi. Mobil yang menabrak Tuan Alexander adalah milik perusahaan sub-kontraktor yang baru saja bekerja sama dengan Amstrong Corp. Dan sang supir mobil yang menabrak Alexander, baru saja meninggal karena kecelakaan aneh seminggu setelah kecelakaan Alexander."

Harun mengepal tangannya. "Sialan Richard Amstrong! Dia benar-benar monster!"

"Ini bukti yang sangat kuat, Pak Harun. Sudah saatnya kita menunjukkannya kepada Tuan Alexander. Dengan ini, kita bisa menghancurkan Richard Amstrong di mata hukum dan publik," kata Pak Budi serius.

Indira menatap suaminya dengan mata berkaca-kaca. "Alea harus tahu ini. Dia harus tahu betapa jahatnya pria itu."

Harun mengangguk. "Tentu saja. Tapi yang lebih penting, Alexander harus tahu. Ini akan menjadi senjata terbesar kita."

Mereka segera bergegas kembali, membawa serta semua bukti yang baru mereka temukan. Kebenaran yang selama ini terkubur dalam kegelapan, kini mulai terkuak, siap untuk menghantam Richard Amstrong dengan kekuatan penuh. Pertarungan sesungguhnya baru saja dimulai.

1
Naruto Uzumaki family
Lanjut thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!