Jeha, pria tampan dengan ambisi besar, menjebak Anne, CEO cantik dalam cinta satu malam hingga akhirnya keduanya menikah. Setelah Anne lumpuh akibat kecelakaan, Jeha mengambil alih kekuasaan dan berubah menjadi pria arogan yang menghancurkan hidup Anne.
Sementara itu, Reu adalah pelayan restoran miskin dengan hidup terbelit hutang. Ketika Jeha bertemu Reu dan menyadari kemiripan wajah mereka, dia menawarkan kesepakatan. Reu harus menjadi Jeha selama 2 tahun, dan semua hutangnya akan lunas.
Akankah Reu berhasil menjalankan peran ini? Dan apa yang akan terjadi pada hidup Jeha dan Anne?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Noveria, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 5
Rambut yang basah panjang terurai, mata coklat yang indah, kulit yang bersih serta nafas yang hangat. Anne menarik tubuh Reu lebih dekat, dengan cepat Reu langsung menutup bibirnya dengan telapak tangan. Saat ini dia merasakan jantungnya berdebar kencang saat Anne menarik lehernya, seperti ada gelombang emosi yang tak terkendali. Reu lekas mundur dan keluar dari kamar Anne.
"Hampir saja," gumam Reu sambil menyentuh dadanya, masih merasakan denyut jantung yang cepat. Di sisi lain, Anne merasa sedikit kecewa dengan suaminya, Jeha. Sudah lama Jeha menolaknya, membuat Anne merasa tidak dihargai sebagai istri lagi. Seakan cinta Jeha semakin lama semakin jauh untuk bisa disentuh.
Reu merasa sedikit aneh, untuk pertama kalinya dia sangat terpesona dengan wanita. Apalagi melihat hal yang berbeda dari Anne yang dilihatnya sebelumnya. Biasanya, Anne mengepang kedua rambutnya dan memakai kacamata, tapi kini dia melihat sisi lain dari istrinya Jeha itu. Rambut panjang Anne terurai lembut, dan mata coklatnya yang indah memancarkan pesona tersendiri, membuat Reu merasa terpikat.
“Astaga,” Reu menampar perlahan kedua pipinya sendiri, untuk sadar jika tak pantas menaruh perasaan dengan Anne.
Tok Tok
Ketukan pintu diikuti suara pelayan, "Tuan, makan malam sudah siap." Reu tersadar dan segera mempersiapkan diri untuk makan malam bersama.
Saat makan malam, Reu merasa canggung duduk bersebelahan dengan Anne. Pandangan Anne yang meliriknya beberapa kali membuat Reu semakin tidak nyaman. Untuk mengalihkan suasana, Reu memutuskan untuk mengajak Lyox makan malam bersama.
"Tunggu sebentar, aku mau mengajak Lyox makan bersama," katanya kepada keluarga besar. Namun, reaksi keluarga tidak seperti yang dia harapkan.
"Astaga, sejak kapan dia peduli dengan anaknya," gumam Zack, terlihat kesal. Reu mengabaikan komentar tersebut dan berjalan menuju kamar Lyox. Setelah mengetuk pintu, dia memanggil, "Lyox, ayo makan malam." Namun, tidak ada jawaban. Pelayan yang melihatnya kemudian menjelaskan, "Tuan, tuan muda biasanya sudah tidur pada jam ini."
Reu yang tidak percaya kemudian masuk ke kamar Lyox. Selimut tebal menutupi tubuh Lyox.
"Hah, ternyata dia benar sudah tidur," gumam Reu. Namun, saat dia akan berbalik keluar kamar, dia mendengar suara tangisan kecil Lyox yang tersembunyi di balik selimut. Reu langsung menarik selimut itu dan melihat Lyox yang pura-pura memejamkan mata. Namun, Reu melihat air mata yang turun di pipi Lyox, membuatnya khawatir.
Reu duduk di samping Lyox dan mengangkat tubuh anaknya dengan lembut. "Ayo makan malam, Lyox!" katanya dengan senyum. Namun, Lyox masih tidak bergerak, pura-pura tidur. Saat Reu melihat lebih dekat, dia melihat Lyox sedikit mengintip dengan mata yang masih redup, seolah-olah ada sesuatu yang membuatnya takut untuk membuka mata sepenuhnya.
Reu menggoyangkan pundak Lyox perlahan.
"Jangan berpura-pura, Lyox," katanya dengan lembut. Lyox membuka matanya dan menundukkan kepalanya, "Aku takut papa marah," ungkapnya dengan suara pelan. Reu tersenyum, "Apa maksudmu? Papa hanya mengajak makan malam." Lyox mencari alasan lain, "Bagaimana kalau nenek juga memarahi aku kalau aku duduk di sana?" Reu penasaran, "Apa nenek pernah marah padamu?" Lyox mengangguk. Reu mencoba menenangkan Lyox, "Sudah tidak apa-apa, papa ada di sini. Nanti kalau nenek marah, papa yang akan mengurusnya." Reu memperagakan gerakan lucu untuk menghibur Lyox, "Kenapa memarahi anakku yang tampan ini?" Lyox menatap wajah Reu dengan mata penuh harapan, "Benarkah papa akan melakukan itu?" Reu mengangguk dan menggendong Lyox di punggung belakangnya, membuat Lyox akhirnya tersenyum.
Saat tiba di ruang makan, keluarga besar terkejut melihat perubahan sikap suami Anne yang biasanya dingin menjadi lebih hangat. Lyox duduk di samping Reu, menyembunyikan wajahnya di balik punggung Reu saat neneknya memandangnya dengan tajam.
Reu mengambilkan roti dan sup ke piring Lyox, "Makan yang banyak, besok papa akan mengantarmu ke sekolah."
Namun, Lyox menjawab dengan lirih, "Aku tidak mau sekolah." Reu penasaran, "Kenapa?" Lyox berbisik, "Aku takut bertemu Nathan, dia suka memukul kepalaku." Reu tersenyum, "Hah, kurang ajar beraninya dia memukul kepala tuan muda yang tampan. Besok papa akan ke sana dan memarahinya."
Lyox bersemangat, "Benarkah, papa?" Reu mengangguk keras, membuat Lyox merasa lebih tenang.
Sementara itu, Anne dan keluarga besar lainnya saling bertukar pandangan, penasaran dengan perubahan sikap Jeha yang tidak biasa.
Reika mengernyitkan dahi. "Apa kepalamu terbentur?" tanya Reika, istri Willy kakak ketiga Anne.
Hal Itu membuat Reu tertawa kecil. "Mungkin saja," jawab Reu santai.
Setelah makan malam usai, Reu yang hendak masuk ke dalam kamar tiba-tiba tangannya ditarik oleh Bella. Bella membawanya ke ruang kosong di sebelah kamar Reu dan langsung mengunci pintu.
Bella seperti orang yang tidak bisa menahan keinginannya, membuka dengan cepat setiap kancing di kemeja Reu. Reu langsung mendorong tubuh Bella.
“Apa yang kau lakukan?” gertak Reu.
“Aku hanya ingin tahu, apa kau benar Jeha milikku atau tidak?” Bella seakan mencari sesuatu di tubuh Reu. Reu menghindar dan segera membuka kunci pintu. Bella menariknya dengan cepat.
“Apa kamu benar Jeha?” tatapan Bella memastikan lebih dekat. Reu menelan ludahnya dengan perasaan gugup.
“Apa maksudmu?” Reu menghindar.
Bella tersenyum, kemudian mendorong tubuh Reu ke dinding.
“Buktikan jika kamu Jeha?” Bella membuka kancing bajunya, hingga membuat Reu sontak terkejut dengan apa yang dilihatnya. Reu segera berbalik badan dan mencoba keluar dari pintu.
Namun, yang lebih mengejutkan ketika membuka pintu Anne berada di luar. Anne mengernyit kesal ke arah Reu. Apalagi setelah Bella ikut keluar sambil mengancingkan bajunya. Reu sudah pasrah kali ini. Dia tidak bisa mengelak di situasi seperti ini.
“Apa?!” Bella melotot ke arah Anne.
“Huh,” Anne mendengus kesal. “Apa kamu harus semurahan ini,” ucap Anne dengan kesal membalas tatapan ketus Bella. Bella kemudian segera pergi. Dia tidak mau bermasalah dengan Anne.
“Lalu kamu, Apa tidak ada wanita lain yang bisa kamu goda?!” gertak Anne.
“Ini tidak seperti yang kamu lihat, dia — dia, ah sudahlah kamu juga tidak akan percaya,” ucap Reu, lalu merapikan kemejanya. Anne menarik tangan Reu.
Reu diam dan mengikuti keinginan Anne yang membawa ke kamar.
“Apa aku sudah tidak penting lagi bagimu?” Anne mengeluarkan pertanyaan yang selama ini dipendam. Reu menatap Anne dengan perasaan bersalah. Reu berjongkok, agar tubuhnya bisa mengimbangi Anne yang duduk di kursi roda.
“Kamu sangat penting, karena itu aku disini,” ucap Reu, menyentuh rambut Anne. Kemudian melepaskan ikatan kepang di rambut Anne, hingga membuat rambut Anne terurai. Anne mendongak ke atas, dia memastikan jika itu bukanlah suaminya.
“Seharusnya seperti ini, lebih cantik.” ucap Reu.
kan biasanya suara tidak ada yang mirip