Sambat!

Hari itu merupakan hari terburuk untuk Shinee, dia harus melihat ibunya meregang nyawa di depan matanya. Harapannya untuk terus bersama sang ibu hingga dia dewasa lenyap bersama terkuburnya peti jenazah yang berisikan tubuh kaku tanpa nyawa milik Reyna.

Shinee menangis tanpa suara, di dekatnya berdiri ada ayahnya yang juga ikut terpukul dengan kematian tragis Reyna.

"Dad.. Mommy sudah tidak ada, mommy pasti kesepian di sana.. Iya kan Dad?" Tanya Shinee dengan suara hampir hilang.

"Mommy mu sudah ada di surga Shinee."

Berdiri dengan hati terluka karena merasakan kehilangan tapi harus terlihat tegar demi anak yang sangat membutuhkan sandaran. Lelaki itu tidak menduga mantan istrinya meninggal begitu cepat. Meski bukan lagi menjadi pasangan suami istri tapi hubungan mereka tetap berjalan baik.

Dia ingat Reyna meminta ijin kepadanya untuk menikah lagi. Kembali membangun rumah tangga dengan lelaki yang dianggap pantas untuknya. Tentu saja ayahnya Shinee mengijinkan hal itu. Dia tidak punya kuasa apapun untuk melarang niatan mantan istrinya menikah lagi.

Tapi sayang, pria yang dipilih Reyna untuk dijadikan calon suami hanya memanfaatkan dirinya saja. Max, lelaki itu hanya mengincar harta Reyna. Tak dipungkiri jika sesungguhnya Max juga memiliki perasaan spesial untuk Reyna tapi lelaki serakah itu tidak bisa menutupi keserakahannya sebelum resmi menjadi suami Reyna.

Reyna yang sadar hanya dijadikan mesin penghasil uang oleh Max pun memutuskan mengakhiri hubungan mereka. Max marah tak terima! Apalagi alasan Reyna memutuskan hubungan mereka adalah Shinee. Makin meradang saja Max dibuatnya.

Selama ini Max sudah menahan diri untuk tidak terlihat buruk di mata ibu dan anak itu. Memperlihatkan sisi baik meski harus menggunakan topeng tebal berlapis-lapis untuk menutupi sifat aslinya. Dan ya.. Semua itu hampir berhasil. Sampai akhirnya mimpi Max menjadi untuk pria kaya raya tanpa perlu banyak usaha hancur berantakan oleh keputusan Reyna yang membuang dirinya dari kehidupan janda itu.

Kemarahan Max mengantarkan dirinya ke rumah Reyna. Pertengkaran terjadi, dua maid yang ada di sana sampai kewalahan menghadapi bengisnya Max yang mengamuk. Reyna dihajar habis-habisan karena menolak ajakan Max untuk melanjutkan hubungan mereka.

Dan di sinilah Reyna sekarang, terbujur kaku di dalam peti mati. Meninggalkan dunia dengan penyesalan mendalam karena sudah memilih monster sebagai orang yang pernah dia cintai.

Mungkin jika waktu bisa diputar kembali ke beberapa hari sebelum kejadian naas ini, Reyna memilih menyewa orang untuk menghabisi nyawa Max lebih dulu. Sayangnya dia tidak tahu jika malaikat maut sudah berdiri di sampingnya bahkan sebelum dia menyadari bahwa Max lah alasan dia berpisah dengan dunia.

Meninggalkan kesedihan Shinee dan segudang rasa sesal mantan suami Reyna, di tempat lain Max sudah seperti mayat hidup.

Bibirnya kering dengan wajah pucat dan sorot mata layaknya zombie. Tidak lagi Dani yang ada di sana untuk memberi pelajaran kehidupan untuk Max tapi Bikay dan anak buahnya.

Dani tidak ingin mengotori tangannya dengan menyentuh orang tak berguna seperti Max, masih banyak pekerjaan lain yang lebih penting dari pada membuat dirinya bersusah payah bermain dengan nyawa Max yang sudah diujung tanduk.

Max sendiri mengira jika orang-orang yang menyekap dan menyiksanya ini adalah orang suruhan mantan suami Reyna. Dia tidak tahu jika kemarahan Dani, dan tindakan kejam pak Jawir, dua orang yang tidak dia kenal sebelumnya itu adalah akibat dari dirinya yang telah menyiksa Alka sampai sedemikian rupa.

"Hei kalian, bisa ambilkan aku air! Aku haus.." Suara Max menggangu ketenangan Bikay.

Bikay sendiri juga nyaris remuk badannya karena dihajar oleh Dani. Sekarang dia dibuat kesal oleh rengekan orang yang menyebabkan dirinya babak belur.

"Ambilkan dia air." Bikay memerintahkan anak buahnya.

Baik sekali Bikay ya, ketika Max minta minum dengan sigap dia langsung memerintahkan anak buahnya melayani sanderanya itu.

Tapi kebaikan hati Bikay hanya sebatas kalimat perintah kepada anak buahnya, yang diambil untuk Max bukan lah air melainkan alkohol. Max dipaksa meminum dua botol miras di sana hingga kembali tak sadarkan diri.

"Sampah!" Ucap Bikay melempar asal botol kosong itu ke sudut ruangan.

Mungkin sebentar lagi Max akan bertemu dengan Reyna. Ternyata keputusannya melakukan penyerangan di kediaman Reyna waktu itu merupakan kesalahan besar baginya. Perbuatannya itu harus diganjar dengan penderitaan yang jauh lebih menyakitkan dari pada kematian itu sendiri. Belum meninggal tapi dia sudah merasakan siksa neraka di dunia, bukankah itu balasan yang pantas untuk orang yang serakah?

________________

Enam hari sudah Alka di rawat di rumah sakit. Dia merasa jauh lebih baik jika dibandingkan pertama kali berada di tempat ini. Fasilitas dan perawatan terbaik yang dia terima membuat proses penyembuhan berjalan cepat.

Selama itu pula hanya Dani yang menemani Alka. Pak Jawir kembali ke Indonesia. Bukan tidak peduli dengan keadaan putranya tapi dia juga memiliki segudang kesibukan yang mengharuskan dirinya kembali ke tanah air.

"Ai menelpon lagi mas." Dani menaruh ponsel di nakas.

"Kamu tahu harus apa om." Jawab Alka.

Huuft.

Dani menggeser tanda hijau di ponsel itu. Secepat kilat Aini langsung memberondong Dani dengan pertanyaan di mana Alka, sedang apa, dengan siapa dan pertanyaan memekakkan telinga lainnya setelah itu.

"Ai.." Suara Alka membuat Aini berhenti mengoceh.

"Alka?? Aaaaaalkkaaaaaaaa!!!! Aku ganti ke mode video call yaaaa???"

Teriakan Aini membuat kedua lelaki beda usia itu saling pandang. Mereka bergidik ngeri membayangkan jika berada di dekat gadis 16 tahun itu. Telinga mereka bisa ternguing-nguing oleh suara nyaring Aini.

"Handle sendiri mas. Saya ada di sini, lambaikan tangan kalau tidak sanggup. Kamera ada di sisi kanan atas." Candaan Dani terdengar oleh Aini.

"Om Daniii jahaaaaat!!! Aku doain om jadi jomblo sepanjang abad!!!" Makin kencang saja Aini berteriak.

"Maaf nona Ai, doa buruk biasanya cepat kembali kepada orang yang mendoakan. Saya harap kehidupan percintaan anda baik-baik saja setelah ini."

Mata Aini melotot. Ingin rasanya dia membalas ucapan Dani tapi dia lebih dulu ingat kalau niatnya menelpon adalah untuk menghubungi Alka bukan om-om tua menyebalkan satu itu.

"Alkaaaaaaaaaaa!!!! Kenapa kamu nggak pernah hubungi aku??? Kamu sibuk terus!!! Aku nggak suka!!!" Mulai... Alka sedikit menjauhkan ponsel itu agar tidak merusak pendengarannya.

Tiba-tiba Aini merubah mode telepon menjadi video call. Alka menggesernya ke tombol merah tanda tidak mau menerima panggilan itu. Jika dia menerima panggilan video dari Aini sudah bisa dipastikan jika gadis itu akan mengetahui kondisinya sekarang ini. Dan Alka tidak mau itu terjadi.

"Kamu nutup telepon dari ku???" Aini berteriak lagi.

"Ai.. Aku lagi di jalan.." Suara Alka lemah.

"Hah?? Masa apa iya?? Jam berapa sekarang di sana? Di sini jam sepuluh malam! Kamu mau kemana? Sama om Dani juga? Oiya tadi kan ada suara om-om tua itu.. Jadi kamu mau kemana???"

"Mau pulang. Habis main basket." Ucap Alka lagi.

"Oowh.. Hmm Al.. Kamu tahu, besok hari penting buat ku.. Tapi kamu nggak ada di sini.. Aku sedih.." Kata Aini. Pasti mata gadis itu berkaca-kaca saat ini.

Alka belum mengeluarkan suara. Dia mengingat besok hari apa, tanggal berapa, bahkan ada acara apa di sana sampai Aini memberi kode jika besok adalah hari penting untuk Aini.

'Besok nona Aini ulang tahun.' Ucap Dani menggunakan kode tanpa suara ke arah Alka karena melihat Alka kesulitan mengingat tentang esok hari.

Alka mengangguk mengerti.

"Alka, kamu masih di sana?" Tanya Aini yang merasa dikacangi.

"Iya. Masih. Mau kemana lagi memangnya?"

"Kamu nggak peka banget sih!! Besok tuh hari spesial buat ku tau nggak!!! Nyebelin!!!"

Aini mematikan teleponnya. Dani mengangkat bahunya ketika tatapan mata Alka menuju padanya.

"Memang aku salah? Kenapa dia marah?" Tanya Alka kebingungan.

"Wanita memang sulit dimengerti mas.. Yang sabar.."

"Apa aku bisa keluar dari sini hari ini?"

"Jangan bilang mas Alka mau pulang ke Jakarta?"

Alka tersenyum penuh arti. Dani makin pusing dibuatnya. Jika pak Jawir tahu kalau Alka berkeinginan landing ke Jakarta padahal kondisinya masih butuh perawatan, bisa dipastikan Dani akan mendapat amukan dari atasannya.

'Rasanya ingin menghilang sejenak dari muka bumi dari pada menghadapi orang-orang keras kepala seperti mereka ini.'