Sambat!

Sambat!

1. Aku bukan pencuri!

Bocah itu bernama Sakti. Tidak ada 'mandra guna' di belakang namanya. Anak dari almarhum Wibi dan Shopiah itu kini hanya memperhatikan tumpukan buku di meja lipat kecil yang berada di kamar yang menjadi tempat tinggalnya.

Satu persatu buku yang bertumpuk itu sudah diberi nama. Dia akan mulai belajar di sekolahnya yang baru besok. Pembullyan dan kenangan buruk di desanya membuat ibunya mengajak Sakti merantau ke kota untuk merubah nasib juga ymenghapus kenangan buruk di benak sang putra. Shopiah takut masa depan anaknya jadi suram dan hancur karena efek pembullyan.

"Udah selesai kak?" Tanya ibunya lembut sambil membelai pucuk kepala sang bocah.

Sakti tidak menjawab, dia hanya mengangguk. Diperhatikan peluh yang mengucur di dahi ibunya. Jelas dia tahu jika saat ini ibunya sedang letih. Pekerjaan sebagai asisten rumah tangga di rumah sebesar ini memang terbilang menguras tenaga apalagi pekerjaan itu di handle ibunya sendiri. Sang pemilik rumah terbilang alot dan susah percaya pada orang lain. Itulah alasan hanya ada Shopiah yang dipercaya bekerja di sana. Juragan itu pun tidak berniat menambah karyawan untuk meringankan pekerjaan asistennya. Itulah alasan sang pemilik rumah awet kaya, pelit adalah jalan ninjanya!

"Besok pagi berangkat gasik ya kak, ibuk udah ijin sama pak Jawir biar ibu bisa nganterin kamu ke sekolah dulu." Ujar Shopiah memberitahu.

"Ibuk mau nemenin aku di sekolah?" Tanya Sakti tak bersemangat.

Nyatanya bocah tujuh tahun itu benar-benar tak berkeinginan untuk kembali menuntut ilmu di bangku sekolah meski telah berpindah domisili. Harus berbaur dengan orang-orang baru yang tidak dia kenal salah satu alasannya. Di usianya sekarang, tak ada tatapan antusias ketika ibunya bercerita tentang asyiknya memiliki banyak teman baru. Cerita itu terdengar seperti karangan belaka.

Tidak ada orang yang benar-benar mengerti anak itu. Dia memalingkan pandangan tak ingin lagi bertatapan dengan ibunya yang terus bercerita tentang asyiknya bersekolah di tempat yang baru.

"Ya udah kalau emang nggak bisa buk. Aku bisa sendiri."

Padahal Shopiah bercerita untuk memberi semangat putranya agar besok tidak gugup di hari pertama masuk sekolahnya tapi tanggapan Sakti malah sedatar itu. Shopiah diam memperhatikan raut mendung di wajah putranya.

"Kak.. Ibuk tahu kamu sedih. Berpisah dengan ayah juga pukulan untuk ibuk. Tapi kak, kita tidak boleh terus larut dalam kesedihan itu dan mengabaikan dunia kecil kita di sini.. Ayah pasti bisa lihat kakak meski ayah jauh di surga. Kita harus semangat, kita harus sabar dan ikhlas sampai saatnya tiba.. Kita bisa kumpul sama-sama ayah lagi. Bisa ya kak? Kakak ngerti kan maksud ibuk?"

Untuk kesekian kalinya bocah itu hanya diam mengangguk sekenanya. Apa yang harus anak itu mengerti? Di usianya itu dia sudah merasakan kejamnya dunia. Dihina, ditindas, dikucilkan, dibully secara fisik juga mental. Bukan lagi air mata yang jatuh keluar tapi helaan nafas dalam yang terdengar berat memilukan.

"Buk.. Aku ingin cepat dewasa. Agar ibuk nggak lagi kerja. Aku saja." Ucapan itu terdengar membuat hati Shopiah mencolos dibuatnya.

"Kerja? Iya kak.. Terimakasih udah perhatian sama ibuk ya. Kamu memang anak sholeh nya ibuk dan ayah. Sini sayang.." Shopiah memeluk lembut kepala Sakti. Yang dipeluk hanya menatap kosong pada tumpukan buku yang besok akan menemaninya pergi ke sekolah.

___________

"Inget ya kak.. Kalau ada yang usil atau ada yang nakal sama kakak langsung beri tahu bu guru di kelas. Jangan diem aja. Ibuk pulang dulu ya, ibuk kan kudu kerja di rumah pak Jawir. Nanti pulangnya ibuk jemput. Bekalnya juga jangan lupa dimakan, ya?!" Pesan Shopiah pada Sakti.

"Iya buk."

"Tenang saja bu, di lingkungan sekolah kami tidak pernah ada kasus perundungan. Sekolah kami sangat menjaga kenyamanan untuk setiap murid. Juga menomorsatukan sopan santun dan tata krama. Jadi ibu tenang saja." Sanggah guru tersebut meyakinkan Shopiah.

Setelah salim, Sakti berjalan mengikuti guru yang mengajaknya menuju kelas. Sudah ada banyak murid seusianya yang sejak tadi membuat kegaduhan akibat tidak adanya tenaga pengajar yang mengawasi mereka. Guru di kelas tersebut sedang menyambut kedatangan murid baru yaitu Sakti yang diantar ibunya ke ruangan guru tadi pagi.

Seketika ruangan itu hening ketika bu guru dan Sakti datang membuat para siswa duduk kembali ke tempatnya masing-masing.

"Anak-anak kita kedatangan teman baru di sini. Ibu guru harap kalian bisa berteman baik dan saling menghargai. Silahkan Sakti perkenalkan diri dulu kepada teman-temanmu." Bu guru ada di dekat Sakti memegang punggung bocah itu agar tidak gugup di depan kelas dan dipandangi siswa lainnya.

Masih diam. Sakti menatap satu persatu teman sekelasnya, memindai mereka dari jarak dia berdiri. Siapa tahu ada orang yang berpotensi mencari masalah dengannya, dia harus menandai terlebih dahulu jika ada yang seperti itu.

"Sakti, ayo nak.. Perkenalkan diri dulu. Setelah itu, kamu bisa duduk di sebelah sana." Begitu lembut tutur kata bu guru.

"Aku Sakti." Ucap Sakti singkat.

"Aku ironman! Hahaha.."

"Aku satria baja ringan! Yeaaayah!"

"Aku ultramen polkadot!"

Riuh kelas itu dengan gelak tawa. Tidak ada senyum di sana, Sakti diam tak menggubris ejekan mereka.

"Sudah anak-anak sudah.. Jangan begitu! Ini teman baru kalian jadi bingung jadinya, ya sudah Sakti.. Silahkan duduk di sebelah sana."

Sakti duduk di bangku yang ditunjuk bu guru. Ada anak laki-laki lain di sebelahnya.

"Niko." Ucap bocah itu mempersilahkan Sakti duduk di sebelahnya.

"Sakti."

Keduanya diam setelah itu.

"Kamu pindahan dari mana?" Tanya Niko penasaran.

"Jauh dari sini."

"Iya, kalo deket ngapain pindah sekolah. Kamu nggak naik kelas ya makanya pindah sekolah?" Ini bocah cerewet sekali.

"Nggak."

"Kenapa ngomongnya dikit-dikit? Aku nggak bakal nakal sama kamu." Niko tak patah semangat untuk bisa mendapatkan perhatian teman barunya itu.

"Niko.. Sakti.. Baru juga duduk, kelas baru di mulai.. kok ya berisik banget. Bisa diem apa nggak!?" Tanya bu guru mengagetkan keduanya. Niko hanya cekikikan, Sakti? Diam tanpa ekspresi.

____________

Semua murid ke luar kelas saat jam istirahat berbunyi. Ruang kelas di tutup agar mereka istirahat di luar ruangan.

Tapi, ada satu anak yang masuk ke dalam kelas tanpa tahu adanya peraturan jika tidak boleh memasuki ruang kelas di saat jam istirahat. Sakti lupa untuk membawa bekal makan siangnya. Dia bermaksud mengambil bekal buatan ibunya.

Ketika tangannya sudah mendapatkan kotak makan siang itu, Sakti bermaksud langsung ke luar dari ruangan itu kembali.

Tapi, tangan kecilnya dicekal oleh seseorang yang memberi tatapan tajam padanya. Orang itu lebih tinggi dari Sakti, sudah dipastikan jika dia bukan teman sekelas anak itu.

"Abis maling ya? Ngapain ngendap-ngendap kayak gitu?" Tanyanya sinis menelisik apa yang ada di tangan Sakti.

"Nggak! Aku cuma ambil bekalku." Sakti menjawab tanpa peduli pada orang yang memperhatikannya.

"Bohong! Kamu pasti abis maling!"

Terjadi keributan di depan kelas satu. Sakti yang bermaksud makan siang dengan tenang kini harus berurusan dengan kakak kelasnya. Beberapa murid ikut berkerumun ingin tahu apa yang terjadi.

"Ada apa ini anak-anak?" Tanya bu guru yang mendengar adanya keributan saat jam istirahat.

"Ini bu guru, ada yang abis nyuri di dalam kelas satu." Bocah itu memberi laporan terlebih dahulu.

"Mencuri? Anak-anak tidak boleh menuduh tanpa adanya bukti ya. Dan.. Sakti, kenapa masuk ke dalam kelas saat jam istirahat?" Bu guru melihat ke arah Sakti.

"Aku nggak mencuri apapun. Aku ambil ini." Sakti menunjukkan kotak bekal makan siangnya.

Tangan seseorang dengan sengaja menyenggol tangan Sakti yang sedang membawa kotak bekalnya, dan ambyar... Bekal berupa nasi dan lauknya jatuh berantakan.

"Ya ampun Izam.. Apa-apaan kamu? Nggak boleh kayak gitu ya Zam. Cepat minta maaf sama Sakti!" Tegur bu guru memperingatkan Izam, bocah yang menuduh Sakti mencuri.

"Nggak! Aku nggak salah! Tadi aku lihat dia clingak-clinguk sebelum masuk kelas satu bu, lagian aku juga nggak pernah lihat dia. Kan wajar aku nuduh dia kayak gitu!" Izam membenarkan apa yang sudah dia lakukan.

Kesal karena bekalnya jatuh begitu saja, Sakti menarik tangan Izam kasar. Tidak peduli pada bu guru yang berusaha memberi pengertian kepada Izam jika perbuatan bocah itu salah.

"Udah Sakti udah. Jangan berkelahi!"

Keduanya ditarik paksa oleh bu guru untuk dibawa ke ruang BP. Mereka diberi wejangan agar tidak lagi bertengkar dan menuduh orang tanpa bukti. Dengan dipaksa guru pembimbing di sana, Sakti dan Izam mau bersalaman meski hanya beberapa detik.

"Dasar maling!" Ujar Izam saat mereka sudah keluar dari ruang BP. Ceramah panjang lebar tadi rupanya tidak diindahkan sama sekali oleh bocah itu.

Sakti mendekat, jarak mereka hanya beberapa langkah saja. Tanpa rasa takut, dengan pandangan menusuk kalbu.. Sakti mendorong keras Izam hingga terjungkal sambil berkata..

"Aku bukan pencuri!"

Terpopuler

Comments

𝒜𝓎𝓊

𝒜𝓎𝓊

Jadi nostalgia jaman sekolah. Pengen nampoll palanya izamnya boleh gak?👊🏻

2024-05-06

18

𝒩𝓎ᷱ𝑜ͥ𝓃ᷤ𝓎ͤ𝒶 𝑀𝑒𝓃𝑒𝑒𝓇

𝒩𝓎ᷱ𝑜ͥ𝓃ᷤ𝓎ͤ𝒶 𝑀𝑒𝓃𝑒𝑒𝓇

pasti Alden nih yg ngomong sambil ngacung☝️😅

2024-04-16

5

Siti Dede

Siti Dede

Aku hadir thoir

2024-04-13

8

lihat semua
Episodes
1 1. Aku bukan pencuri!
2 2. Jangan sok Jagoan
3 3. Hubungan baru
4 4. Bertemu guru konseling
5 5. Awal bencana
6 6. Ternyata dia..
7 7. Mengungkap pelaku
8 8. Hukuman
9 9. Semangat dari ayah
10 10. Alka
11 11. Cerita Alka
12 12. Teman baru
13 13. Sakti..
14 14. Apa aku gila?
15 15. Pindah?
16 16. Isi hati
17 17. Keputusan ayah
18 18. Pov Alka
19 19. Keputusan yang diambil sendiri
20 20. Kembali ke ponpes
21 21. Sedikit cerita Pandu
22 22. Berat melepasmu
23 23. Bersama Dani
24 24. Dr. Selena
25 25. Bukan shooting!
26 26. Kebenaran di masa lalu
27 27. Berada di waktu dan tempat yang salah
28 28. Berada di waktu dan tempat yang salah 2
29 29. Nasib Max
30 30. Balasan untuk orang serakah
31 31. Datang demi dia
32 32. Bukan pencuri!
33 33. Sakau?
34 34. Kado ulang tahun Ai
35 35. Ingat batasan!
36 36. Kembali ke London
37 37. He's back
38 38. Perjodohan?
39 39. Sisi lain Dani
40 40. Kita bertemu lagi
41 41. Starla
42 42. Perjodohan yang batal
43 43. Sakit
44 44. Rencana Mr. J
45 45. Hanya temu bibir
46 46. Si penggoda ulung
47 47. Trauma yang belum hilang
48 48. Aksi gila Ai
49 49. Menyembuhkan trauma?
50 50. Im_poten?
51 51. Rain
52 52. Rain 2
53 53. Kecelakaan
54 54. Bertemu iblis
55 55. Ketua geng?
56 56. Finding Starla
57 57. Menemukanmu
58 58. Aku adikmu?
59 59. Rahasia kelam Alka
60 60. Menemui orang tua Alka
61 61. Tak direstui
62 62. Perubahan Alka
63 63. Menjadi target Johan
64 64. Rencana Alka
65 65. Bertarung
66 66. Disekap
67 67. Penyesalan
68 68. Bertemu kembali
69 69. Sadar
70 70. Ai Dani, ada apa dengan kalian?
71 71. Meluluhkan Ai
72 72. Pembalasan
73 73. Terkuaknya fakta kejahatan Johan
74 74. Bahaya yang sebenarnya
75 Waiting me..
76 Pertunjukan dari Jagat
77 Misi penyelamatan
78 Masih memanas
79 Si perusak mental
80 Belum berakhir
81 Berkumpul kembali
82 Markas Badas
83 Pendakian gunung
84 Hari pernikahan
85 Mine
Episodes

Updated 85 Episodes

1
1. Aku bukan pencuri!
2
2. Jangan sok Jagoan
3
3. Hubungan baru
4
4. Bertemu guru konseling
5
5. Awal bencana
6
6. Ternyata dia..
7
7. Mengungkap pelaku
8
8. Hukuman
9
9. Semangat dari ayah
10
10. Alka
11
11. Cerita Alka
12
12. Teman baru
13
13. Sakti..
14
14. Apa aku gila?
15
15. Pindah?
16
16. Isi hati
17
17. Keputusan ayah
18
18. Pov Alka
19
19. Keputusan yang diambil sendiri
20
20. Kembali ke ponpes
21
21. Sedikit cerita Pandu
22
22. Berat melepasmu
23
23. Bersama Dani
24
24. Dr. Selena
25
25. Bukan shooting!
26
26. Kebenaran di masa lalu
27
27. Berada di waktu dan tempat yang salah
28
28. Berada di waktu dan tempat yang salah 2
29
29. Nasib Max
30
30. Balasan untuk orang serakah
31
31. Datang demi dia
32
32. Bukan pencuri!
33
33. Sakau?
34
34. Kado ulang tahun Ai
35
35. Ingat batasan!
36
36. Kembali ke London
37
37. He's back
38
38. Perjodohan?
39
39. Sisi lain Dani
40
40. Kita bertemu lagi
41
41. Starla
42
42. Perjodohan yang batal
43
43. Sakit
44
44. Rencana Mr. J
45
45. Hanya temu bibir
46
46. Si penggoda ulung
47
47. Trauma yang belum hilang
48
48. Aksi gila Ai
49
49. Menyembuhkan trauma?
50
50. Im_poten?
51
51. Rain
52
52. Rain 2
53
53. Kecelakaan
54
54. Bertemu iblis
55
55. Ketua geng?
56
56. Finding Starla
57
57. Menemukanmu
58
58. Aku adikmu?
59
59. Rahasia kelam Alka
60
60. Menemui orang tua Alka
61
61. Tak direstui
62
62. Perubahan Alka
63
63. Menjadi target Johan
64
64. Rencana Alka
65
65. Bertarung
66
66. Disekap
67
67. Penyesalan
68
68. Bertemu kembali
69
69. Sadar
70
70. Ai Dani, ada apa dengan kalian?
71
71. Meluluhkan Ai
72
72. Pembalasan
73
73. Terkuaknya fakta kejahatan Johan
74
74. Bahaya yang sebenarnya
75
Waiting me..
76
Pertunjukan dari Jagat
77
Misi penyelamatan
78
Masih memanas
79
Si perusak mental
80
Belum berakhir
81
Berkumpul kembali
82
Markas Badas
83
Pendakian gunung
84
Hari pernikahan
85
Mine

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!