Subgenre: Wanita Kuat · Second Chance · Love Healing
Tagline pendek: Kisah tentang aktris yang hidup lagi — dan menemukan cinta manis dengan CEO muda, si sponsor utama dalam karirnya
Sinopsis:
Cassia, adalah artis cantik A-class. Semua project film, drama,iklan bahkan reality show nya selalu sukses dan terkenal. Namun, menjadi terkenal tidak selalu menyenangkan. Cinta yang disembunyikan, jadwal padat tanpa jeda, dan skandal yang merenggut segalanya. Maka dari itu ketika mendapatkan kesempatan terlahir kembali, Cassia mulai menjauhi orang-orang toxic di sekitarnya dan pensiun jadi artis. Ia ingin menikmati hidup yang dulu tak sempat ia lewatkan, dengan caranya sendiri. Bonusnya, menemukan cinta yang menyembuhkan dari CEO tampan, si sponsor utama dalam karirnya.
Ayo klik dan baca sekarang. Ikuti terus kisah Cassia, si aktris kuat ya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 🌻Shin Himawari 🌻, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 33 - Gosip Buatan Maura
...Enjoy the story...
...🌻🌻🌻...
Masih di kantor Agency milik Felix. Suasana yang biasanya tenang berubah dalam hitungan detik.
Silvia, yang sedang berkutat dengan laporan kegiatan Cassia, mengernyit bingung ketika suara aneh yang memenuhi seluruh ruangan.
Ping. Ping. Ping.
Suara notifikasi pesan bertubi tubi terdengar di hampir semua ponsel milik karyawan di berbagai divisi di kantor agency ini.
Grup kantor, chat personal, bahkan admin dan hotline call center perusahaan--semua menerima pesan chat dan video yang sama yang sepertinya telah di forward berkali kali dari berbagai ponsel.
Pesan chat itu beberapa contohnya pesan berantainya seperti dibawah.
"Gila. Coba lihat ini."
"Dua pria memperebutkan satu wanita. Ku pikir cuma ada di drama. Ternyata di real life juga ya."
Video itu menampilkan adegan Felix dan Max bertengkar di depan lobby apartemen Cassia. Bukan video asli—melainkan versi editan yang dipotong rapi agar seolah dibuat khusus untuk menyalakan drama.
Tanpa suara, hanya potongan adegan yang menampilkan jelas Felix menonjok Max, lalu dibalas dengan kuncian Theo. Justru tanpa konteks membuat video itu sempurna untuk membakar gosip. Karena hal itu seisi kantor jadi heboh. Yang awalnya hanya bisik bisik jadi lebih terang terangan membicarakan ini.
“Aku nggak nyangka Cassia orangnya seperti gitu. Apa dia sengaja memanggil dua pria untuk datang dan bertengkar untuknya? Wow...” salah satu karyawan, yang terkenal sebagai pembuka segala gosip sudah mulai bicara.
"Iya ku pikir ia benar benar suci seperti imagenya. Yah, walau hubungannya dengan pimpinan bukan rahasia lagi di kantor, tapi sampai CEO Lumiere juga dia dekati sih..." timpal karyawan satunya lagi dengan menggelengkan kepala.
“Jangan-jangan dia pacaran sama dua cowok itu sekaligus? Oh my god, ini bakal jadi skandal besar kalau bocor sampai publik. Ujung ujungnya kita yang harus kerja keras menutupi skandal yang ia buat deh.” Ada rasa meremehkan yang terdengar dari suara karyawan ini.
Silvia belum menerima pesan berantai itu, namun sangat kesal melihat keributan dan bisik bisik yang merendahkan idolanya. Bagaimana bisa mereka seperti ini disaat pekerjaan dan gaji yang mereka terima sebagian besar karena kontribusi dan kerja keras Cassia.
Karena Cassia adalah aktris pertama dan sukses membangun Firma Agency Entertaiment ini menjadi besar seperti sekarang, sebelum banyak aktris lainnya yang bergabung.
Silvia memutuskan harus berdiri membela Cassia.
Ia meremas pulpen di tangannya. “Kalian ngomong apa sih? Jangan asal fitnah. Dia artis utama kita.” ucapnya tegas.
Beberapa karyawan malah mentertawakan Silvia, mereka menganggap Silvia sangat polos dan naif. Jadi beberapa karyawan mulai berdebat kecil dengan Silvia.
”Memang dia artis utama di kantor kita, tapi kan siapa yang tahu sifat aslinya ternyata seperti ini." Sinis karyawan dari divisi periklanan.
"Benar. Jangan jangan ini ada kaitannya dengan hubungan pak Felix dan Cassia yang merenggang tiga bulan ini. Banyak yang bilang pak Felix yang meninggalkan Cassia demi tunangan kayanya. Eh, ternyata Cassia yang selingkuh dengan CEO Lumiere ya." fitnah itu semakin menjadi jadi.
Beberapa hanya mengangguk, menikmati sensasi gosip itu. Silvia dan beberapa karyawan yang masih waras berusaha tetap netral. Mereka memilih tidak berkomentar sebelum ada kejelasan.
Diam diam ada yang tetap mendukung Cassia, tapi memilih tidak ikut terlibat dalam perdebatan ini. Memilih percaya nanti Cassia sendiri yang akan membuktikannya dengan caranya yang biasa, tenang dan classy.
Sekarang gosip ini hanya perlu di diamkan saja. Toh, gosip yang kemarin juga seperti ini kan.
Tapi tidak bagi Silvia, ia yang paling dekat dan tahu cerita sebenarnya merasa semua karyawan yang menggosip sudah keterlaluan. Ia harus bertindak mewakili artis idolanya itu.
"Haish. Kalian pasti akan dimarahi kalau bergosip seperti ini. Sebagai karyawan kita harusnya tidak termakan hal hal seperti ini dan membelanya." Silvia masih berusaha meredam berita buruk itu.
"Astaga, Sisil! Aku tahu kamu asistennya yang paling dekat dan juga penggemarnya. Tapi coba lihat sendiri saja video ini, apakah kamu masih bisa membela artis sok suci itu lagi," ucap satu karyawan wanita, yang langsung memforward video itu ke ponsel Cassia.
Sampai video dan pesan berantai itu sampai di ponsel Silvia, matanya membelak sempurna melihat adegan itu.
Sementara Maura yang duduk tidak jauh dari Silvia hanya memperhatikan. Ia menahan dirinya untuk tersenyum melihat kekacauan yang dibuatnya diam diam ini ini. Pesan yang ia minta di edit dan disebarkan pertama kali lewat petugas kebersihan itu hasilnya persis seperti yang ia inginkan.
Haha. Rencanaku bikin skandal foto kemarin memang gagal, tapi yang ini tidak buruk juga. Good job Maura, Maura memuji dirinya sendiri dan tertawa puas dalam hati.
Sebagai manager Cassia, tentu ponsel pribadi Maura juga tidak luput dari sasaran, ada beberapa pesan masuk dari sesama karyawan beda divisi yang menanyakan hal ini.
Bagus. Ini baru awal kehancuranmu Cassia. Aku tidak sabar melihat reaksimu nanti, batin Maura sambil mengetuk ketukan kukunya di meja.
.
.
Meninggalkan sejenak keributan di kantor agency, kembali ke apartement Cassia yang suasananya agak kontras, jauh lebih tenang.
Semua itu karena suara dering panggilan telepon dari Felix yang berhasil memecah suasana romantis, menjadi canggung dan agak tegang.
Mata Cassia tak lepas menatap layar ponselnya, keraguan dan gelisah jelas ada di sana.
Dan, Max memperhatikan itu dari tadi. Pria itu tetap diam meskipun perasaannya ikut terganggu sedikit, menunggu keputusan Cassia apakah telepon itu akan diangkat atau tidak.
Akhirnya Cassia memutuskan untuk tidak menjawab—dengan cara membiarkan panggilan itu mati dengan sendirinya.
Dan ketika Max melihat Cassia memilih untuk mengabaikan panggilan Felix, pria itu merasakan ada kehangatan yang menyeruak di dalam dadanya.
Bangga dan lega.
Ketegangan yang ia rasakan perlahan terlepas, seakan dengan cara ini Cassia memilih dirinya dibanding Felix.
Namun perasaan itu tidak bertahan lama.
Ponsel Cassia kembali berbunyi. Notifikasi pesan suara—yang biasa ditinggalkan jika teleponnya tidak terjawab. Felix sepertinya tidak menyerah.
Ada senyum tipis, sebelum Cassia menekan tombol play pada pesan suara itu.
”Cassia sayang, ku dengar kamu sakit. Aku ada di lobby biarkan aku naik untuk mengurusmu seperti sebelumnya. Dan...kalau si brengs.. maksudku pak Maximillan masih ada diatas bersamamu bisakah kamu mengusirnya? Aku percaya kamu tidak ada hubungan apa apa, tapi aku sangat membencinya ada di dekatmu. Please sayang call me back, i’ll waiting at lobby.”
Pesan suara berakhir, ruangan jadi lebih sunyi.
Ya ampun dia benar benar menunggu di lobby. Sudah memukul Max di bawah dan ia masih belum puas memintaku mengusirnya. Cih, dasar pria tidak tahu malu. Keluh Cassia dalam hati.
Tadi pagi setelah dirinya menghubungi Maura dan Silvia lewat pesan grup, langkah selanjutnya ia langsung menelpon ke reception. Menitipkan pesan bahwa karena kondisinya sedang tidak mau diganggu hanya nama nama yang ia ijinkan saja boleh diantar sampai unit apartementnya.
Sengaja Cassia tidak menulis nama Felix, meskipun ia sudah menduga pria itu akan datang.
Tapi bukan Felix namanya kalau tidak keras kepala dan tidak tahu malu, tetap memaksa dan meneleponnya seperti tadi.
Awalnya ia merasa kesal, namun ada rasa kepuasan kecil yang menyelinap di dadanya. Rasa puas membayangkan pria yang pernah menyakitinya ini sekarang sedang berputar-putar di lobby.
Seperti orang bodoh.
Bagus banget. Ini baru permulaan, Felix. Rasakanlah perasaanku dulu. Sekarang kamu tahu kan perasaaan saat dirimu diacuhkan. Cibir Cassia dalam hati.
Balas dendamnya berjalan sesuai rencana. Cassia menghela napas dan tersenyum kecil—senyum kemenangan.
Namun ketika ia mengangkat wajah, ia terkejut melihat tatapan yang Max berikan kepadanya.
Mata yang biasanya berbinar penuh kelembutan, dan hangat bahkan saat menggodanya itu...sedikit berubah.
Ada sesuatu yang meredup di mata pria itu. Seperti seseorang yang baru menyadari sesuatu yang menyesakan—atau salah memahami sesuatu yang ia tidak mengerti.
Tidak. Sepertinya Max salah paham padaku.
Bersambung
🌻: Hadeh, Cassia Max ini terlalu banyak godain ga jadian jadian eh sekarang malah salah paham 🫠
Biasanya aku kasih quotes, cuman blm nemu yang pas hehe. Next kalo nemu aku tambahin belakangan yaa.
Anyway thanks for staying with Cassia's story