Di masa depan distopia bernama Neo-Arcadia, ingatan adalah komoditas. Orang miskin menjual ingatan bahagia mereka untuk bertahan hidup, sementara elite membelinya untuk menikmati pengalaman yang tidak pernah mereka miliki. Elara, seorang remaja yatim piatu, menemukan dirinya memiliki kemampuan langka dan berbahaya: dia dapat mencuri, memindahkan, dan bahkan menghapus ingatan hanya dengan sentuhan kulit. Ketika kemampuan ini menarik perhatian Aether Corp, konglomerat yang mengendalikan pasar ingatan global, Elara harus melakukan perjalanan berbahaya melintasi realitas paralel untuk menemukan asal-usul kekuatannya—sebelum Aether Corp mencuri ingatan terakhirnya: ingatan tentang keluarganya yang hilang
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yoga Ards, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5: Jangkauan Gema
Elara berlari, memanfaatkan setiap puing dan bayangan sebagai penutup. Dia mengenakan pakaian tipis dan hoodie yang diikatkan di pinggang—lebih ringan, lebih cepat. Dia mengandalkan instingnya, naluri yang diasah oleh bertahun-tahun hidup di antara sistem yang rusak.
Instalasi Neva ternyata jauh lebih besar dari yang terlihat dari udara. Dinding-dinding logam tebal, menara pengawas otomatis, dan, yang terburuk, Neuro-Sensor yang berputar lambat. Neuro-Sensor itu bukan mencari panas, melainkan mencari gelombang psionik. Jika Elara melepaskan Kronometri-nya sekarang, dia akan menjadi suar.
Dia harus mencapai perangkat ungu itu, Krono-Cipta—nama yang ia berikan pada alat di tengah instalasi.
Di kejauhan, dia melihat tiga Mem-Hunters bersenjata lengkap berpatroli.
Elara menemukan celah—sebuah saluran pembuangan air tua yang cukup besar untuk dilewati. Dia merangkak masuk, bergerak di bawah tanah yang penuh lumpur dan karat, menghindari sensor optik di atasnya.
Akhirnya, dia sampai di jantung instalasi. Krono-Cipta menjulang tinggi. Itu adalah gabungan reaktor energi dan tabung penampung data, memancarkan cahaya ungu yang terasa dingin sekaligus menyedot. Aliran energi data naik dari perangkat itu, tampak seperti asap yang bergetar.
Di bawah Krono-Cipta, tidak ada penjaga. Neva tahu sensornya cukup.
Elara memanjat, menggunakan jeruji pendingin sebagai tangga. Dia harus menyentuh Krono-Cipta untuk menggunakan Nexus—sebagai titik fokus antara realitas.
Dia duduk di atas tabung logam tebal. Tubuhnya bergetar, bukan karena dingin, melainkan karena kedekatan energi dimensional.
"Kau siap?" suara Kael terdengar berbisik dari earpiece yang tersisa. Kael telah menemukan posisi bersembunyi di dalam salah satu reaktor tua, mengawasi dengan binokuler infra-merah.
"Aku harus," bisik Elara. "Lindungi tubuhku, Kael. Aku akan kembali."
Elara melepaskan Neuro-Glove-nya, lalu memejamkan mata. Dia menarik napas dalam-dalam, mengumpulkan semua keberanian dan rasa ingin tahu yang ia miliki. Dia membiarkan ingatan Nexus yang ia curi—peta dan janji Gema—berkumandang di benaknya.
Sentuhan.
Tangan telanjangnya menyentuh permukaan Krono-Cipta yang terasa seperti es.
Sekejap, segalanya menghilang.
Sensasi pertama adalah keheningan yang total, diikuti oleh ledakan visual yang menyakitkan.
Elara tidak lagi berada di Reruntuhan Pabrik Energi Lama. Dia berada di ruang yang tidak memiliki langit, tidak ada tanah. Hanya Lautan Ingatan.
Segala sesuatu di sekitarnya terbuat dari cahaya cair, berputar dan berubah bentuk. Jika dia fokus pada satu titik, dia bisa melihatnya berubah menjadi wajah yang menangis, atau tawa anak kecil, atau kilasan iklan yang membosankan. Itu adalah ingatan yang termanifestasi secara fisik.
Ini adalah The Echoes (Gema).
Elara mengambang. Dia merasa berat badannya hilang, tetapi pikiran dan kesadarannya terasa tajam. Tiba-tiba, dia menyadari ada sebuah tali yang terikat di perutnya—sebuah kabel virtual, bercahaya, yang memanjang ke kejauhan, ke arah tempat dia masuk.
Itu adalah jangkarku. Kael.
Dia tidak punya waktu untuk mengagumi dimensi barunya. Lautan ingatan ini indah, tetapi mematikan. Ingatan yang kuat bisa menariknya ke dalam.
Dia harus menemukan Nexus, titik di mana ingatan terpadu.
Elara memfokuskan pandangannya, mencari simbol yang sama yang ada di lengannya.
Spiral dengan Tiga Lingkaran.
Di kejauhan, di tengah Lautan Ingatan, ada sebuah pusaran gelap yang menarik semua cahaya di sekitarnya. Pusaran itu berputar dengan cepat, dan di intinya, ada cahaya keemasan yang tenang.
Nexus.
Elara mulai "berenang" menuju pusaran itu, mendorong dirinya dengan kekuatan pikiran. Semakin dia dekat, semakin kuat ingatan yang menyerang pendengarannya.
Suara ribuan orang berteriak. Suara kincir angin tua. Suara musik yang tidak dikenal.
Dia melihat bayangan yang bergerak cepat—Spectra, gema dari pikiran yang hilang di The Echoes. Mereka adalah entitas yang terdiri dari ketakutan dan keinginan.
Saat Elara semakin dekat ke Nexus, dia menyadari ada sesuatu yang berbeda. The Echoes meresponsnya.
Setiap kali dia merasa takut, Lautan Ingatan di sekitarnya berubah menjadi gelombang air kotor. Setiap kali dia merasa tekad, jalan di depannya mengeras menjadi jembatan kaca yang rapuh.
Di sini, Kronometri adalah bahasa, bukan hanya sentuhan.
Dia mencoba memanggil ingatan tentang kecepatan yang ia curi dari teknisi tadi. Seketika, tubuh virtualnya melesat maju di jembatan kaca.
Dia bisa melakukannya! Dia bisa memimpin di The Echoes.
Namun, saat dia hampir mencapai Nexus, pusaran itu bergetar.
Di sisi lain pusaran, muncul sosok yang dibalut bayangan ungu gelap. Itu adalah Manifestasi Mental Neva.
Neva tidak memasuki dimensi ini secara fisik, tetapi dia menggunakan energi Krono-Cipta untuk memproyeksikan kesadaran dirinya.
"Betapa indahnya. Kau memang kunci yang sempurna, Elara," suara Neva bergema di setiap inci ruang Echoes. "Kau membuka dimensi ini dengan mudah. Tapi kau naif. Kau pikir aku akan membiarkanmu mengambil kembali ingatanmu?"
"Kau tidak punya tempat di sini, Neva!" teriak Elara.
"Aku adalah penguasa tempat ini! Ingatan kolektif Neo-Arcadia adalah hasil karyaku, dan kekuatanmu adalah miliku!"
Manifestasi Neva mengulurkan tangan. Kali ini, dia tidak menarik ingatan acak. Dia langsung menyerang jangkar Elara—kabel virtual yang menghubungkannya dengan Kael.
Di Reruntuhan Pabrik Energi Lama, Kael menjerit.
Dia duduk di samping tubuh Elara yang terkapar di tanah. Tubuh Elara dingin, dan matanya tertutup. Kabel tebal yang ia hubungkan ke Neuro-Glove Elara melalui ransel teknologinya—Kabel Jangkar—tiba-tiba menariknya ke depan dengan kekuatan mental yang brutal.
Manifestasi Neva mencoba memutuskan koneksi.
"Tidak!" teriak Kael. Dia mencengkeram Kabel Jangkar, tangannya berdarah karena gesekan. Jika kabel itu putus, kesadaran Elara akan terjebak di The Echoes selamanya.
Saat Kael berjuang dengan kekuatan tak terlihat ini, dia mendengar suara tembakan.
Tiga Mem-Hunters yang lolos dari Sektor Tua telah tiba.
"Di sana! Subjek uji Chronos! Dan teknisi glitch!" teriak Pemimpin Mem-Hunter.
Kael tidak punya senjata fisik. Dia hanya punya tools hacker.
"Kau membuatku melakukan ini, Aether Corp," gerutu Kael.
Kael menarik sebuah alat kecil dari ranselnya—Penghancur Frekuensi Otak (PFO). Alat ilegal yang dirancang untuk merusak Neuro-Link.
Dia melempar PFO ke tanah. Alat itu memancarkan gelombang ultrasonik yang mengganggu.
Mem-Hunters itu tersentak, tangan mereka bergerak ke arah earpiece. "Sinyal kacau! Aku tidak bisa mendengar perintah!"
"Ambil subjeknya!" perintah Pemimpin itu.
Sambil masih mencengkeram Kabel Jangkar Elara, Kael meraih satu-satunya senjata fisiknya: tongkat besi tua yang ia temukan di reaktor.
Mem-Hunters mendekat. Kael, seorang hacker kurus yang takut pada sentuhan, kini harus melawan tiga tentara elit bersenjata demi melindungi Elara.
Di The Echoes, Neva tertawa. Tali jangkar Elara hampir putus.
"Kau lemah, Elara. Kau memiliki belas kasih. Itu adalah kekurangan terbesar dari memori."
"Aku tidak lemah!" teriak Elara.
Elara memfokuskan pandangannya pada pusaran Nexus. Dia tidak akan membiarkan Neva mengambil yang tersisa dari dirinya.
Dia memanggil semua ingatan yang ia curi secara tidak sengaja sepanjang hidupnya: Ingatan Kehilangan. Ingatan Kemarahan. Ingatan Cinta.
Ingatan-ingatan itu tidak kacau kali ini. Mereka berintegrasi dengannya, membentuk perisai dan lonjakan.
Elara tidak menyerang Neva dengan kekuatan. Dia menyerang inti Nexus itu sendiri.
Dia melemparkan semua ingatan mentah—ketakutan, sukacita, kesedihan—ke dalam pusaran itu.
BUM!
Nexus merespons. Pusaran itu terbuka. Bukan dengan cahaya keemasan yang tenang, melainkan dengan badai yang kejam, memuntahkan jutaan pecahan ingatan murni.
Manifestasi Neva menjerit. Kekuatan proyeksinya tidak bisa menahan serangan data mentah ini.
Nexus itu, di dalam intinya, menunjukkan kepada Elara apa yang ia cari.
Bukan peta, bukan kunci, melainkan sebuah ingatan.
Ingatan yang sangat lama. Seorang wanita yang wajahnya kabur, sedang memegang bayi di ruangan putih, dan di sekelilingnya, ada simbol spiral. Wanita itu adalah ibunya.
Wanita itu berkata: "Kami tidak menghapusmu, Nak. Kami menyembunyikan ingatanmu di tempat yang tidak bisa mereka jangkau. Di tempat Gema bertemu."
Neva, yang terhuyung-huyung, menyadari apa yang Elara lihat. "Tidak! Jangan sentuh itu!"
Elara menggunakan sisa kekuatannya, menyentuh inti Nexus yang terbuka itu. Dia mengambil kembali ingatan yang telah lama hilang: ingatan tentang dirinya, ingatan tentang ibunya, dan ingatan tentang bagaimana melarikan diri dari The Echoes dengan aman.
Dengan kekuatan ingatan yang baru dipulihkan, Elara menarik dirinya kembali. Kabel jangkar Kael terasa sangat kuat.
Di Reruntuhan Pabrik Energi Lama, Kael memukul salah satu Mem-Hunter dengan tongkat besinya.
Dan kemudian, tubuh Elara tersentak. Matanya terbuka, penuh dengan cahaya keemasan yang menyilaukan.
Dia telah kembali. Tapi dia tidak datang sendiri.
Dari Krono-Cipta yang bergetar, badai data yang ia picu di The Echoes memanifestasikan dirinya dalam realitas fisik.
Reruntuhan Pabrik Energi Lama dipenuhi oleh Gema. Bayangan dari ingatan yang hilang, seperti hantu data, mulai muncul di sekitar instalasi, membingungkan Mem-Hunters Neva.
Elara berdiri. Kekuatan Kronometri-nya kini jauh lebih besar, didukung oleh ingatan yang utuh.
"Kael! Kita pergi!" teriak Elara. "Aku tahu jalannya!"