ketika kita ingin melupakan masa lalu namun itu sulit, padahal itu semua yang membuatnya sakit hati setelah 5 tahun dia menghindar dari segala urusannya dengan masa lalu apa jadinya jika takdir justru menuntunnya bertemu dengan org yang selama ini ingin dia hindari.
apa dia akan menemukan kebahagiaan atau akan terluka untuk yg kedua kalinya?
ini karya pertama ku mohon dukungannya teman-teman
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sriiwidiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Beri Aku kesempatan
Ziah tersadar dari lamunan panjangnya, Saat dia menerima undangan itu. Dia menghapus Air matanya yang tiba-tiba keluar begitu saja.
Iya dia masih sakit hati, tapi juga masih mencintai seorang Andreas Wijaya, padahal orang itu yang membuat dia seperti mayat hidup. Ziah pergi menuju toilet guru untuk membasuh wajahnya, Dia harus kuat lima tahun tanpa Andreas pun dia masih bisa.
Ziah kembali lagi ke perpustakaan, sebentar lagi jam pulang dia ingin cepat-cepat pulang. Saat sampai ruangan banyak Anak-anak yang sedang duduk di luar.
"Mau belajar di perpustakaan apa mau pinjem buku?" tanya Ziah saat sudah di hadapan mereka, dan membuka pintu perpus.
"Belajar di sini Bu Hanna. Tapi kalau tugas nya belum selesai nanti bukunya di pinjam.soalnya tugas nya banyak." jawab Adam si ketua kelas 11A.
"Ya udah ayo masuk tapi jangan ribut ya." perintah Ziah pada mereka. Mereka semua pada mengangguk.
Ziah melihat mereka semua, yang mulai menyusuri rak untuk mencari buku. Dia juga pernah mengalami hal itu tapi kebanyakan waktu sekolah hanya bersama Mariam dengan teman yang hanya sebatas dekat jika membahas pelajaran atau film yang sedang booming.
Bel berbunyi tanda pelajaran hari ini sudah berakhir, Murid-murid tadi mendesah bersamaan karena tugas mereka masih sangat banyak.
"Bu Hanna bisa gak jangan pulang dulu, biar kita kerjain sampe beres di sini." pinta Dita salah satu murid lainnya.
"Gak bisa, Ada-ada saja kamu. Udah baris yang rapi buat absen yang pinjem buku. Kartu perpus nya di bawa kan?" Tanya Ziah pada mereka.
"Bu Hanna mah imut, meski lagi marah aja malah keliatan lucu bukan serem" canda murid laki-laki. Ziah hanya menggeleng karena banyak murid yang selalu menggodanya.
Mereka pun berbaris dengan rapi, tidak ada yg berebut barisan karena itu akan menghambat waktu mereka untuk pulang. Namun di sela-sela mengantri ada salah satu murid laki-laki untuk umur remaja dia terbilang tampan.
"Bu Hanna mau gak saya ajak keluar?" tanya satria sambil menatap Ziah yang sedang mencatat di buku perpus.
"keluar kemana?" tanya Ziah heran. Murid yang lain sudah menahan senyum saat tahu temannya sedang mencoba menggoda Ziah.
"Keluar dari zona jomblo ibu,trus saya ajak ke pelaminan." jawabnya serius namun Ziah dan teman-temannya malah tertawa mendengar hal itu.
"heh elu punya apaan berani-beraninya ngajakin Bu Hanna ke pelaminan. Lagian speknya Bu Hanna mah bukan remahan rengginang kayak loe" ucap teman laki-lakinya. Ziah malah tertawa lepas melihat kelakuan anak-anak di depannya. Namun suara seseorang membuat mereka terkejut.
"Siapa yang mau ke pelaminan?" Tanyanya tegas. Mereka semua menoleh termasuk Ziah, ternyata yang datang adalah Andreas. Dia sudah menunggu Ziah di parkiran namun sudah hampir menunggu 30 menit tidak ada tanda-tanda Ziah datang Akhirnya dia menyusul ke perpus.
"Ini pak si satria ngajakin Bu Hanna nikah." ucap Malik, mereka semua mengangguk sedangkan Ziah hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah murid-murid itu.
"Ayo saingan sama bapak buat dapetin Bu Hanna." Tantang Andreas. Saat Satria akan menjawab Ziah menengahi mereka berdua.
"Udah kalian mau pulang gak ibu juga pengen pulang, kalo becanda mulu gak bakal beres-beres antriannya." ucap Ziah menatap ke arah mereka.
"Ibu jawab dulu mau saya bawain apa buat ke pelaminan?" tanya nya lagi. Ziah rasa ini gak bakalan berakhir kalau gak di jawab.
"bawain mahar rumah beserta isinya tapi harus ada kasih sayang dan kenyamanan di dalamnya." canda Ziah bahkan dia sendiri merasa geli dengan ucapannya. Dia kira kedua pria yang mengajaknya ke pelaminan menanggapi dengan candaan juga, namun Andreas malah menanggapi dengan serius.
Tidak lama semua murid sudah membubarkan diri. Ziah masih membereskan meja kerjanya. Dia memasukkan ponsel ke dalam tasnya. Setelah itu dia keluar dari perpus sambil mengunci pintunya. Ziah kira Andreas sudah pergi tapi ternyata laki-laki itu masih di sana duduk di kursi yang ada di depan perpus.
"Astaghfirullah." Ziah malah istighfar karena terkejut melihat Andreas.
"Kenapa sih dek kayak liat Abang kayak liat hantu aja." ujar Andreas sambil tertawa.
"Kirain saya bapak udah pulang. Ngapain masih di sini?" Tanya Ziah sedikit sinis. Dia pun berjalan melewati koridor menuju parkiran motor lumayan jauh jaraknya sekitar lima meter menuju parkiran.
Andreas berjalan bersebelahan dengan Ziah. Namun Ziah seolah tidak peduli dengan kehadirannya.
"Abang mau ngajak pulang bareng makanya nungguin kamu pulang" jelas Andreas. Dia melihat Ziah mencebikan bibirnya.
"Abang adek Abang adek, geli dengernya juga." gerutu Ziah, dan masih bisa di dengar Andreas.
"Apa?" tanya Andreas, Ziah menggeleng tanpa menatap Andreas.
"Saya bawa motor sendiri pak, lagian gak baik jalan berdua kayak gini." jelas Ziah.
"Zi ayo kita ngobrol, dengerin penjelasan Mas untuk kesalahan yang terjadi di masa lalu." pinta Andreas.
"Maaf pak tapi bagi saya itu sudah berakhir, jadi tidak perlu ada lagi yang di jelaskan." Tegas Ziah.
"Zi beri Mas kesempatan lagi buat memperbaiki semuanya." pintanya lagi.
"Kesalahan yang mana yang ingin Bapak perbaiki?" tanya Ziah.
"bapak tau kaca retak saja tidak bisa di kembalikan seperti semula. Begitu juga dengan perasaan saya."setelah mengatakan itu Ziah mempercepat jalannya. Dia tidak ingin terlihat rapuh di hadapan Andreas.
Ziah sampai di parkiran lalu menstatert motor matic nya sebelum pulang dia harus menjemput adiknya di sekolah. Ziah pun Melajukan motornya meninggal kan area sekolah. Ziah tidak sadar kalo Andreas mengikuti nya dari belakang, Andreas tidak akan menyerah untuk menjelaskan semuanya kepada Ziah.
Sampai sekolah dia melihat adiknya sudah menunggu di pinggir jalan.
" Teteh ngapain di kawal segala, biasanya juga kalo pulang sendiri" tanya adiknya heran karena melihat Andreas di belakang kakaknya.
"Teteh sendirian kok." kata Ziah belum menyadari Andreas yang ikut berhenti di belakang nya.
"Terus itu siapa." tunjuk adiknya ke arah Andreas, Ziah menengok ke belakang, di mendelikan matanya karena kesal dengan kelakuan Andreas yang keras kepala.
"Ega mau bareng Mas gak? Ayo dari pada di bonceng teteh kamu." pinta Andreas setelah melepas helm full face nya. Tentu saja Ega akan memilih pergi dengannya karena kapan lagi dia bisa naik motor sport seperti itu.
"Ega bareng Mas Andreas aja ya Teh." pintanya, tapi sebelum Ziah menjawab adiknya sudah berlalu dan menaiki motor yang di bonceng Andreas.
"Besok mah jangan minta uang jajan ke Teteh." kesalnya sambil melajukan motornya mendahului Andreas. Mereka berdua hanya tertawa mendengar dumelan Ziah.
Mereka Akhirnya sampai di pekarangan rumah Ziah, Andreas menatap sekitar tidak ada yang berubah dari rumah itu, masih tetap sama dari terakhir dia ke sini lima tahun lalu. Hanya saja yang dulu nya di samping rumah Ziah masih kebun sekarang sudah berubah menjadi sebuah vila.
Ziah nyelonong masuk ke dalam rumah, tanpa menawarkan Andreas untuk mampir.
"Mas ayo masuk dulu, jangan di anggap aja kelakuan Teh Ziah mah. Paling itu tating singa nya lagi keluar." Canda Ega. Andreas pun mampir karena dia kekeh ingin mengobrol dengan Ziah.
Bu Aminah keluar rumah saat mendengar suara motor berhenti di depan rumah nya. Bu Aminah kaget karena ternyata Andreas datang. Bu Aminah tidak pernah bertanya pada Ziah soal Andreas yang tidak pernah datang ke rumah nya dulu, karena melihat itu dia sudah paham kalo keduanya berpisah.
Andreas menghampiri Bu Aminah sambil mencium takzim tangan yang sudah keriput di makan usia. Tangan yang sudah membesarkan wanita yang masih menempati hatinya sampai saat ini.
"Ibu apa kabar?" Tanya Andreas sambil tersenyum.
"Alhamdulillah ibu baik, kok gak cerita mau ke sini?" tanya Bu Aminah.
"Iya tadi gak sengaja ketemu Ega di jalan jadi sekalian anter pulang aja." jelas Andreas. Ziah keluar dari kamar langsung nyelonong ke arah dapur karena perutnya sudah minta di isi.
"Zi, ini ada tamu kok kamu malah kayak gitu. Gak sopan, ibu gak pernah ngajarin kamu kayak gitu." ucap Bu Aminah saat melihat Ziah yang seperti tidak peduli dengan kehadiran Andreas.
"Itu tamunya Ega Bu, Zi gak ngajakin dia buat ke sini kok. Kalo dia gak nyaman sama Zi ya udah pulang aja." Sarkas Ziah sambil menuju dapur. Tidak menghiraukan tatapan ketiganya.
"gak papa Bu, Andreas mampir sebentar kok." ucap Andreas merasa tidak enak.
Ibu menyuruh Andreas duduk dulu setidaknya Bu Aminah memberi dia minuman dan cemilan. Andreas menurut dia berharap Ziah akan menghampiri nya jika dia berlama-lama di situ.
Namun sampai menjelang sore Ziah masih mengurung diri di kamar tidak ada tanda-tanda wanita itu akan keluar. Andreas Akhirnya menyerah dia memutuskan untuk pulang. Karena dia tidak bisa berdiam diri lebih lama di sana, di rumah ada jagoan kecil yang menunggu kepulangan nya.