NovelToon NovelToon
The Unstella : Antagonist Talent

The Unstella : Antagonist Talent

Status: tamat
Genre:Action / Fantasi / Tamat / Reinkarnasi / Epik Petualangan / Akademi Sihir / Masuk ke dalam novel
Popularitas:12.9k
Nilai: 5
Nama Author: Estellaafseena

Hal yang membuatmu ragu dalam melangkah, adalah dirimu sendiri.

***
Aku mengalami kecelakaan disaat-saat terbaik. Menjadi seorang chef terkenal dan menghasilkan banyak uang dengan sampingan menjadi seorang penulis handal adalah impianku.

Namun, semua hilang saat jiwaku bereinkarnasi ke dunia lain, di tubuh yang berbeda sebagai seorang antagonis dalam novel romantis kerajaan.

Petualangan ku dimulai, di Akademi Evergreen menjadi seorang antagonis.

***
"Aku tidak melakukannya karena keinginanku, melainkan ikatan yang melakukannya." - Aristella Julius de Vermilion

[COPYRIGHT FYNIXSTAR ]

[INSPIRATION FROM ANIME]
1. RAKUDAI KISHI NO CAVALRY
2. GAKUSEN TOSHI ASTERISK
3. CLASSROOM OF THE ELITE

[ENJOY]

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Estellaafseena, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

CHAPTER XXX

Studion heboh dengan sorakan antusias dari penonton. Tak terduga dari festival ini kesalahan itu terjadi, beberapa peserta yang akan diseleksi untuk naik tingkat ke babak dua ikut tercengang mengetahui hal ini.

"Astaga! Sebenarnya apa yang terjadi?"

"Hey, bukannya kau yang seharusnya berada di sana?"

Dua tiga murid mengepung satu orang murid laki-laki yang kini terlihat duduk sopan dengan wajah pucat.

"Dasar. Kenapa kau di sini? Putri Aristella itu lawanmu!" Entah darimana dia muncul, tiba-tiba saja Layla sudah ikut dalam kerumunan orang yang bertanya pada murid laki-laki itu. Wajahnya begitu kesal.

"Aku juga tidak mengerti. Saat hendak masuk sistem melarang ku dengan memasang sinar laser." Murid laki-laki itu, Neo, menjelaskan dengan tergesa-gesa.

"Apa-apaan? Pertandingan ini tidak adil, kenapa dia menerimanya begitu saja?" Envy ikut menggerutu kesal, tak beralih dari layar dalam ruangan itu.

Riana sudah tegang lebih dulu, merasa cemas, "Ada yang aneh. Tidak seharusnya ini terjadi, sistem tidak mungkin salah begitu saja," gumamnya yakin.

Mexis mengangguk ringan, setuju dengan pendapat Riana.

"Itu berarti, dari awal ini sudah direncanakan." Leon yang bicara, membuat tatapan mereka kini menahan rasa cemas.

"Sialan. Dia belum pernah melawan kelas A sebelumnya bukan? Ini bencana." Gumam Envy mengacak-acak rambutnya dengan kesal. Entah kenapa dia yang lebih cerewet tentang ini.

...***...

"Profesor Egatha."

Belum selesai dengan ucapan ketua dewan akademi yang ikut bertugas melancarkan pertandingan, Profesor Egatha sudah mengetahui situasinya dengan layar kecil transparan yang mengambang di depannya saat ini.

Profesor Egatha menghela napas tipis, "Aiden, periksa ruang kendali dan periksa ini kesalahan teknis atau kecurangan."

Aiden tidak bertanya apapun, mengangguk paham dengan mantap, balik badan pergi menuju ruang kendali sistem akademi.

Profesor Egatha menyatukan kedua telapak tangan di depan bibir, netra nya tak beralih dari layar. Bukan khawatir atau apa karena yakin Stella bisa melewatinya, namun pikirannya tertuju pada motif kejadian janggal ini.

"Semoga ini bukan karena ulahnya."

...***...

Dua peserta berhadapan, dengan posisi siap bertempur akan meluncurkan serangan. Namun satu menit berlalu, tidak ada pergerakan dari mereka. Seakan menunggu lawannya menyerang lebih dulu. Stella mengernyit tak senang.

Penonton mulai heran beserta tamu kehormatan yang lain, namun studion tidak terlepas dari riuhnya sorakan antusias dari mereka. Layar besar yang berada di tengah studion bagian atas—tepat berada di atas lapangan studion—membuat mereka lebih jelas melihat ekspresi kedua peserta yang benar-benar melepaskan aura permusuhan.

"Ada apa Nona? Kau takut? Oh, atau kemampuanmu yang tidak berguna itu tidak bisa digunakan lagi?" Frenzi tertawa remeh, sejenak, berhenti saat ia menatap Stella yang hanya diam menatapnya datar.

Wajah Frenzi menggelap, tak senang karena merasa diabaikan, namun dia menahannya, tersenyum, lalu melangkah santai dengan satu tangan menggenggam pedang, satu tangan lain masuk dalam saku celana seragamnya.

Dengan wajah angkuh serta seringaian yang sombong, Frenzi dengan mudahnya bicara.

"Vermilion benar-benar sampah. Putri terhormat mereka saja seorang pecundang seperti ini. Apa yang bisa dibanggakan? Menang karena keberuntungan? Kami saja tidak percaya kau menang dengan cara yang bersih. Yang ada, kemungkinan besarnya kau menang dengan cara yang licik."

Stella menatap datar, dalam hati dia merutuk, 'Karena inilah aku tidak menyukai orang-orang 3D. Mereka terlalu sombong bahkan belum tahu apa yang ada dihadapannya. Otak melompong. Tidak berisi.'

"Alih-alih menyerang, sepertinya kau hanya bisa mengandalkan mulutmu saja." Stella membalas dengan santainya.

Frenzi tersenyum miring, "Kalau begitu buktikan."

Sorakan kencang menggema dari para penonton saat Stella melesat cepat memulai pertarungan. Frenzi sempat tertegun karena itu terlalu tiba-tiba, begitu cepat Stella melesat sampai kedua pedang mereka saling berhantaman, menimbulkan suara nyaring di telinga pendengar, percikan api dari gesekan kedua logam memenuhi visual pada indra penglihatan.

Stella bergerak cepat—seperti teleport tapi itu hanya sebagai kecohan semata. Dia seakan muncul bagai kabut di belakang Frenzi, pedangnya terayun begitu cepat, namun Frenzi bisa menghindar dengan melompat tinggi, salto di udara melewati Stella dalam posisi menyerang.

Belum sempat menapak di lantai studion, Frenzi yang masih di udara dikejutkan dengan Stella yang kembali bergerak cepat, seakan muncul di depan Frenzi saat ini.

Kedua pedang kembali saling beradu, kekuatan mereka yang kini seimbang berdampak sehingga mereka terpental berlawanan arah.

Stella melakukan satu kali roll depan, berakhir pada satu tangannya yang menyentuh lantai sebagai rem atas tubuhnya yang terus terhempas. Satu detik terhenti dari dampak kedua hantaman kekuatan itu, Stella kembali melesat.

Kali ini, Frenzi berdiri dengan seringaian di wajahnya. Pedangnya terayun, dengan sangat kuat saat ia berseru, "Sabit!"

Stella refleks menghentikan langkahnya. Tidak terjadi apapun, namun satu detik kemudian sesuatu seakan memukul telak tubuh Stella sampai ia terpelanting ke lantai.

Orang-orang berseru tertahan karena kaget.

"Wow! Serangan tidak terduga! Apa itu tadi? Benar-benar tidak tertangkap pada penglihatan." Pembawa acara pengganti Layla berseru dengan wajah takjub.

Stella tersenyum dalam hati, merasakan kesakitan untuk yang pertama kalinya. Menakjubkan. Dadanya menderu panas karena kobaran api penuh debaran tantangan di depannya.

"Berhati-hatilah Nona. Seranganku tidak akan bisa kau tebak," Frenzi bicara dengan yakin. Merasa puas karena berhasil mengenai Stella. Pencetak rekor pertama yang bisa menyerang Stella seperti itu.

Alih-alih cemas, Stella malah merasa tertantang, semangat baru memunculkan rasa antusias. Ia berdiri dengan tenang.

"Yeah. Dengan syarat kau memberikan nama yang bagus untuk seranganmu barusan. Sabit? Itu lebih seperti serangan dari terhantam sebuah batu." Stella membalas dingin.

Frenzi mengangkat bahu dengan hidungnya yang memanjang penuh kesombongan, "Terserah apa yang kau katakan. Satu hal yang perlu kau ingat Nona. Aku tahu kemampuanmu itu tidak berguna dengan objek yang tidak terlihat. Jadi, bisa dipastikan kau akan kalah."

Ucapan Frenzi dibuktikan dengan serangan tiba-tiba, membuat Stella lagi-lagi terpental hingga tubuhnya menghantam lantai studion. Dia berguling beberapa kali dengan teknik yang sama menghentikan gaya gravitasi akibat serangan itu.

Stella melesat, secepat mungkin untuk menghindari kemungkinan arah serangan Frenzi. Kali ini, Frenzi turun tangan langsung, dia melesat ke arah Stella.

Mereka saling melesat satu sama lain. Pedang yang terhunus membuat hantaman dari kedua pihak. Seakan Frenzi memegang seribu pedang, dia menyerang tanpa cela sedikitpun. Stella dengan posisi bertahan menangkis serangan Frenzi dengan sangat baik.

Keanehan terjadi, Frenzi tiba-tiba menyeringai sembari bicara pelan saat jarak mereka begitu dekat, menyisakan tiga langkah saja.

"Hati-hati sebelah kanan."

Sempat mengira itu hanya gurauan, Stella tetap bertahan, beberapa saat ucapan Frenzi terbukti dengan ia yang terpental dengan serangan yang mengenai perut bagian kanannya.

Orang-orang kembali terkejut dengan hal itu sampai tak mengeluarkan suara apapun.

Stella sedikit meringis, memegangi perutnya yang nyeri, mungkin saja memar karena itu sangat keras. Frenzi tertawa puas, "Sudah di tentukan, siapa pemenangnya di sini."

...***...

Ruang para peserta kini menampakkan wajah terkejut, pucat pasi. Begitu tak percaya apa yang mereka lihat sebelumnya.

"Apa itu ... barusan ..." Suara Riana bergetar saking terkejutnya, Layla juga tak mampu mengeluarkan kata-kata menatap layar.

"Sialan! Gunakan itu dasar!" Envy sudah kehilangan akal sendiri, merasa geram karena Stella tak kunjung menggunakan kemampuannya yang sudah mendunia di akademi ini.

"Bukan. Sepertinya dia memang sengaja tidak menggunakan itu untuk saat ini." Leon membalas dengan yakin.

"Kenapa?" Envy berseru tidak sabar. Pertandingan sudah berjalan kini mendekati menit ke sepuluh.

"Efek dari kemampuan itu." Bukan Leon yang menjawab, itu Mexis, "Apa kau tidak sadar, dia selalu menggunakan kemampuannya di detik-detik terakhir. Saat itu pula, seakan benar-benar tak berenergi, dia sampai pingsan."

"Kemungkinan, dia berpikir untuk mencari celah terlebih dahulu karena jika tidak dan dia menggunakan kemampuannya saat itu juga, besar kemungkinannya tidak berhasil dan terdapat sisa serangan lawan. Jika dia pingsan karena efek kemampuan itu, tamat sudah."

Masuk akal mengingat durasi serangan 'Mythic' juga begitu singkat. Mereka mulai berpikir mustahil jika kemenangan ada di genggaman Stella. Situasinya benar-benar berbeda saat ini.

'Cepat temukan celah itu sialan.' Envy terus-menerus tak bisa tenang, raut wajahnya sudah berbeda sejak awal. Namun, tidak ada yang tidak mungkin.

"Pemain ganda, ya."

...***...

Seluruh studion geger dengan apa yang diucapkan Stella. Dia lebih memilih berdiri, membersihkan seragamnya yang kusut dengan santai. Frenzi tersenyum simpul, "Apa maksudmu?"

Stella menatapnya datar seolah tak peduli dengan tersudut nya dirinya saat ini, "Kau tidak sendirian, itu maksudku."

Frenzi mengernyit tak senang, mulai bertingkah aneh dengan melirik sekeliling. Tiba-tiba dia tertawa kaku, "Bicara apa kau? Apa karena sudah mengakui kekalahan, kau membuat dugaan palsu?"

"Palsu katamu? Baiklah. Kau akan mengelak jika belum terdapat bukti bukan?" Stella bicara dingin, menggenggam Exclart kuat-kuat. Tanpa di duga, ia dengan mudahnya melempar Exclart melesat ke arah samping, seperti permainan lempar pisau pada sasaran.

Anehnya, beberapa detik Exclart terpental menimbulkan bunyi dentingan antar senjata sebelum benar-benar jatuh ke lantai.

"Suara apa itu? Ini begitu membingungkan! Suara dentingan dua logam bagaimana bisa muncul di udara?" Pembawa acara serta para penonton memasang wajah bertanya-tanya.

Stella mengusap tengkuknya dengan satu tangan, tangan lain berkacak pinggang, berekspresi malas menatap Frenzi yang kini menampilkan wajah pucat pasi, "Ku kira kau hebat dari lawanku sebelumnya ternyata, kau seorang sampah."

Frenzi berdecih, mengatupkan rahangnya kuat-kuat, "Jangan bicara omong kosong. Kau menuduhku melakukan kecurangan? Beraninya kau!"

Diantara mereka kini tersisa keributan di bangku penonton, mempertanyakan beberapa hal tentang masalah ini. Kedua peserta—dugaan tiga orang—kini terdiam satu sama lain.

Stella menghela napas tipis, menatap datar lalu bicara dua kata yang membuat semua orang terbelalak.

"Time over."

Selesai dua kata itu ia katakan, dalam satu kedipan mata Stella menghilang, muncul di jarak satu meter dari Frenzi. Tangannya ter-acung ke samping, Exclart yang tergeletak di lantai bertahan berdesing, melayang—melesat ke arah Stella. Dengan mudahnya Stella menangkap pedang itu, mengayunkannya pada Frenzi.

Frenzi yang belum selesai dengan keterkejutannya hanya bisa bertahan, menangkis serangan Stella, membuatnya kehilangan keseimbangan sehingga melompat ke belakang, mengambil jarak.

Dugaannya Stella akan kembali menyerang, namun salah. Stella menghilang, muncul di salah satu arah—berjarak delapan meter dari Frenzi—mengayunkan pedangnya hingga menimbulkan suara dentingan satu kali lagi. Kali ini, diselingi suara rintihan.

Di udara, memunculkan sosok murid laki-laki lain yang terpelanting di lantai studion, serta senjatanya seperti palu besar dengan warna hijau metalik.

Seluruh penonton bersorak memekakkan telinga, tak sedikit yang berteriak emosi, tak sedikit pula yang merasa kagum dengan Stella yang menyadari hal itu. Mudah saja ia mengetahuinya, dari gerakan dan udara.

Sebelumnya ia merasakan desiran angin di kulitnya yang berakhir dengan tubuhnya seakan terhantam benda keras. Benar saja. Sebuah senjata palu besar itu yang baru saja menghantam tubuhnya.

Di sisi lain, Profesor Egatha bersandar pada punggung kursi kepemimpinan akademi, menghela napas beberapa kali karena tak menduga hal ini, "Benar-benar orang yang tidak terduga."

Sejujurnya ia sangat terkagum dengan kemampuan Stella yang bisa dibilang hanya dia pemilik kemampuan itu.

Di sisi lain yang berbeda dari ruangan sesak penuh pekerjaan kepala akademi, di ruang tunggu peserta lain gempar. Memekik beberapa kali meneriaki kata-kata kekaguman.

"Keren!" Riana sudah bersorak kegirangan yang sebelumnya dia sempat cemas. Layla sudah bersiap dengan kamera, "Putri Aristella Julius mengungkap kecurangan senior kelas A. Majalahku akan laku dalam waktu singkat. Potret!"

"Tu ... tunggu dulu! Hey, kau bilang celah. Apa itu celah yang dimaksud? Ku kira freezer itu menggunakan sihir manipulasi udara!" Envy memberikan keluhan pada Mexis, matanya benar-benar terbuka lebar tak percaya.

Leon bersedekap tangan, menatap Envy dengan heran, "Manipulasi udara masih bisa dilihat dari aura, itu sudah pasti sihir kamuflase. Dasar. Lagipula namanya Frenzi."

"Payah sekali kau tidak bisa mengetahui hal ini," tambah Mexis.

"Eh? Tidak ada yang menjelaskan nya padaku!"

Dengan emosi Envy mencengkeram rambutnya sendiri. Rambutnya yang sudah berantakan tambah berantakan karena ulahnya.

...***...

Beberapa detik di tengah kegemparan ini, Stella melirik tajam ke arah Frenzi. Kecurangannya sudah terbongkar. Wajahnya menampilkan ekspresi pucat, melangkah mundur perlahan.

"I ... ini belum selesai!" Frenzi berteriak nyaring, tubuhnya mengeluarkan aliran listrik bertenaga besar. Saat pedangnya terayun, petir menyambar—memanjang sampai hendak mengenai tubuh Stella.

Stella hanya menyerong untuk menghindari petir itu. Rambut panjang hitamnya yang terurai berkibar saat petir yang melesat melewatinya tanpa permisi, meledak membentuk garis api di belakang.

Suara pekikan lain berasal dari rekan Frenzi, dia mengangkat palu besar, menghantamkannya ke lantai. Stella yang menyadari gelombang besar melompat ke udara, tubuhnya menghilang, muncul di depan rekan Frenzi sampai kedua matanya terbelalak.

Stella hanya memberikan satu tendangan namun kuat sampai dia terpental jauh ke tepi lapangan studion, tubuhnya terhantam dinding.

Belum selesai sampai di situ, Stella menghilang, muncul di depan Frenzi yang kini terselimuti aliran listrik berwarna hitam keunguan. Satu detik, ia bergumam.

"Mythic."

^^^つづく^^^

...ーARIGATO FOR READINGー...

...THANKS...

1
lee ary
ayuh mulakan
syrd_hiyya
Suka dengan alur ceritanya. Adegan pertarungannya di jelaskan secara detail jadi kita bisa membayangkannya.
muti
ini seriusan envy sama stela GK bersatu/Sob//Sob/ pdhl mau liat mereka bucin.
𝚁𝚊𝚢𝚊♡
ehh kirain bakal berlayar
Monifa Shani
Kalau tidak salah, kalian sama-sama bokek, kan? Lebih hemat untuk memasak daripada membeli makanan
Ni Ketut Patmiari
Luar biasa
Ni Ketut Patmiari
semangat thor... ceritanya menarik👍
Darkness Crystal14
kak kok di wp di unpublish
Fyn_Casttle: maaf ya ... ketentuan kontrak NT/Cry/
total 1 replies
Jihan
Asli ini klo bnrn karam, sedih asli asksksk pls, udh trbang sm duo ini dhl..
Jihan
btw kak, klo di spam like, gbkl knp² kn ini?
Fyn_Casttle: amann
total 1 replies
Jihan
Kapal gue, mau merenung dlu sih, klo envy bnrn g sama stella😔
Jihan
maapkeun ktinggalan
Jihan
kak, ini knp jdi Aiden? kapal gue tnggelem kah?
Monifa Shani: Apa Envy akan melakukan hal sinting, lagi?
Jihan: selalu mantau dhl ka, eh bnrn up exchap, tpi mau merenung dlu sih grgr kapal gue..
total 4 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!