“Kak, ada yang ingin saya omongin,” Alisha sengaja menunggu Arkana agar tak ada kesalahpahaman di kemudian hari. Biarlah dijalan ia sedikit ngebut agar tidak telat ikut ujian.
“Lain kali aja, aku ada meeting pagi-pagi. Lakukan saja apa yang menurutmu baik aku setuju,” Arkana tak sarapan dan hanya meminum juice yang disiapkan oleh bi Sona.
Kepoin yuk cerita seru mereka. Kisah Faisal Arkana Kaif dan Alisha Mahalini yang dikemas dalam kisah "CINTA BERBALUT EGO"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Roslaniar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CBE # 30 》》KAYAKNYA ENAK, NIH
Sejak seminggu yang lalu Alex bolak balik ke rumah sakit untuk mencari dokter Alin namun belum ketemu jua. Menurut para suster seharusnya dokter Alin sudah kembali bekerja seperti sediakala sebelum terkena imbas akibat tindakan gegabahnya bertanda tangan atas nama keluarga pasien dan lalu mengoperasi pasien tersebut.
Alex hanya berharap agar dokter Alin segera kembali ke rumah sakit agar bisa bertemu kangsung dengannya. Tak seorangpun dari suster yang bertugas mengetahui alamat dokter wanita itu. Dokter itu sepertinya tak ingin kehidupan pribadinya terganggu. Wajar sih karena terkadang pasien tak mau mengerti dengan waktu istirahatnya seorang dokter. Mereka terlalu egois padahal dokter juga manusia biasa yang butuh pemulihan tenaga setelah bekerja.
Sementara itu mama Alice tampak antusias menyambut kedatangan putrinya setelah satu bulan menunggu kepulangannya.
“Alhamdulillah akhirnya kamu pulang juga, sayang,” Mama Alice memeluk Alisha yang baru saja memasuki rumahnya.
“Aku masih capek ma, tolong jangan banyak drama dulu,” Alisha memperlihatkan wajah lelahnya. Setelah satu bulan lebih beberapa hari ia terus belajar ilmu yang sangat terkenal di negeri tirai bambu tersebut maka Alisha berharap saat kembali ke tanah air maka ia akan beristirahat sejenak sebelum kembali ke rumah sakit.
Alisha berencana akan memadukan akupunktur dengan pengobatan yang selama ini ia lakukan. Bukan tidak mungkin jika ada pasien yang sakit dan memerlukan akupunktur untuk mempercepat proses penyembuhannya.
“Mama sangat gembira karena akhirnya kamu kembali nak.” Mama Alice memang sangat bahagia karena Alisha menepati janjinya kembali ke tanah air namun dibalik semua itu tentu saja wanita cantik khas bule itu ingin menagih janjinya pada putri semata wayangnya.
Alisha memeluk sang mama lalu berjalan menuju kamarnya. Ia sangat merindukan mama dan papanya namun ia pun benar-benar lelah. Meskipun Alisha tahu apa yang sebenarnya sang mama inginkan. Setidaknya ia ingin istirahat sejenak barulah membahas perjanjian mereka selanjutnya. Alisha tak mungkin mengingkari janjinya.
“Biarkan putri kita istirahat sejenak ma, kasihan dia baru tiba,” Ucap pak Ahmad bijak. Pak Ahmad memaklumi alasan Alisha yang tidak dibuat-buat. Pria paruh baya itu sangat mengerti keadaan sang putri. Meskipun pak Ahmad tidak memahami ilmu akupunktur namun ia tahu jika tidak semua orang bisa mempelajarinya dengan cepat karena butuh ketelitian dan konsentrasi penuh.
“Iya pa, asal jangan pura-pura lupa aja atau berkelit dengan berbagai alasan.” Mama Alice memang seratus persen wanita. Kecurigaannya sangat berlebihan.
“Gak akan ma, asalkan kita jangan terus-terusan mendesaknya. Ingat putri kita manusia langka.” Pak Ahmad terkikik geli diakhir kalimatnya. Sejujurnya pak Ahmad pun mempunyai keinginan sama seperti sang istri namun ia harus tetap memberikan ruang pada putri semata wayangnya itu agar tak merasa terpaksa memenuhi keinginan mereka.
Pak Ahmad ingin agar Alisha dengan kesadaran sendiri mengganti kedudukan pak Ahmad di perusahaan. Sehingga putri tunggalnya bisa bekerja dengan nyaman dan bisa memajukan perusahaannya.
Mama Alice tak lagi ngotot setelah mendengar ucapan pak Ahmad. Apa yang dikatakan pak Ahmad masuk diakal mama Alice. Menuruti pak Ahmad sepertinya sebuah solusi yang baik. Rupanya mama Alice berusaha menekan keinginannya yang tak pernah ingin dibantah. Mama Alice merupakan tipe wanita keras kepala namun jika dibandingkan dengan Alisha maka mama Alice bukan apa-apa.
Alisha adalah wanita pintar dan mandiri, tentu saja keras kepalanya tak lantas membuatnya menderita karena bisa menghidupi dirinya sendiri. Beda halnya dengan mama Alice yang keras kepala karena terlalu dimanja oleh Jonathan Smith, namun soal otak jauh dari putrinya.
Sejenak Alisha mengedarkan pandangannya setelah beberapa saat berada di dalam kamarnya. Tak ada yang berubah bahkan wanginya masih tetap sama. Hari ini Alisha memutuskan untuk kembali menetap di rumah kedua orang tuanya.
“Akhirnya aku kembali juga,” Gumam Alisha seraya membaringkan tubuh lelahnya. Saat ia kembali ke tanah air untuk pertama kalinya setelah menyelesaikan pendidikannya di negara sang mama, Alisha memilih tinggal di apartemen dan akan mengunjungi kedua orang tuanya saat akhir pekan. Selain rumah terlalu jauh, Alisha juga menghindari permintaan sang mama yang memenuhi rongga telinga Alisha.
Bukan salah mama Alice jika meminta Alisha mengganti posisi sang papa di perusahaan ataupun meminta putri tunggalnya itu untuk segera menikah. Namun yang menjadi persoalan adalah Alisha masih ingin menikmati kebebasannya. Jika ia menggantikan posisi papanya maka seluruh waktunya akan tersita pada perusahaan. Dan menikah ?! Alisha belum membuat list untuk sebuah pernikahan.
Untuk saat ini pernikahan adalah hal yang paling di hindari oleh seorang Alisha Mahalini. Pengalaman masa lalunya membuat ia harus berpikir dan penuh pertimbangan untuk sebuah hubungan seumur hidup.
Dengan posisi terlentang, Alisha menatap langit-langit kamarnya. Sekilas bayangan Arkana dengan kondisi terakhir yang ia lihat melintas di antara langit-langit kamarnya.
“Semoga saja dia sembuh total,” Lagi-lagi Alisha bergumam sebelum mencoba menutup matanya. Kurang istirahat dan lelah perjalanan jauh menguasai seluruh sendi-sendinya sehingga hanya menutup mata dan merupakan solusi terbaik untuknya.
Baik mama Alice maupun pak Ahmad membiarkan putrinya menikmati istirahatnya hingga waktu jam makan malam barulah mama Alice membangunkan Alisha dari alam bawah sadarnya.
“Sayang, ayo bangun. Udah malam lho.” Mama Alice menggoyang-goyangkan badan Alisha. Saking lelahnya Alisha tak mengunci pintu kamarnya. Lagian tak ada yang perlu dikhawatirkan. Hanya mereka bertiga yang menghuni rumah besar tersebut karena para ART memiliki rumah sendiri tepat dibelakang rumah utama.
“Padahal serasa aku baru tertidur ma,” Alisha terduduk sambil mengucek matanya menyesuaikan cahaya lampu yang menerangi kamarnya.
“Sana cuci muka, papa udah nungguin putri kesayangannya di meja makan,” Mama Alice segera bergerak meninggalkan kamar Alisha.
Tanpa menunggu lama, Alisha beranjak ke kamar mandi. Bukan hanya cuci muka tapi ia sekalian mandi agar rasa ngantuknya hilang. Gak enak kan jika setelah makan masuk kamar lagi. Tentu saja mama dan papanya ingin berbagi cerita dengannya. Alisha lalu keluar kamar setelah memakai baju.
“Wahhh, kayaknya enak nih,” Mata Alisha berbinar melihat makanan diatas meja. Khusus malam ini ia tak memikirkan pola makan yang selalu dijaga selama ini. Entah kapan terakhir ia menikmati masakan sang mama.
Walaupun mama Alice terlahir di salah satu negara dibenua eropa namun sejak menikah dengan pak Ahmad wanita bule itu tak hentinya belajar memasak makanan khas Indonesia. Mama Alice pun pada akhirnya pandai memasak berbagai makanan khas Indonesia bahkan beberapa makanan Asia lainnya.
Alisha segera memindahkan lauk kesukaannya ke piringnya tanpa nasi. Rupanya Alisha tak ingin dengan total menghancurkan pola makannya. Sejak dulu Alisha pantang makan nasi pada malam hari. Ketiganya lalu menikmati makan malam dengan suasana hangat sebuah keluarga.
💧💧💧💧
Terima kasih tas dukungannya.
Selamat berpuasa bagi yang melaksanakan
Salam sehat selalu🤗🤗🤗
sy suka dgn cerita2 nya.