NovelToon NovelToon
Istri Tak Ternilai

Istri Tak Ternilai

Status: tamat
Genre:Tamat / Pengganti / Cinta Seiring Waktu / Keluarga / Romansa
Popularitas:12.6M
Nilai: 4.9
Nama Author: Desy Puspita

Terbangun dari koma akibat kecelakaan yang menimpanya, Lengkara dibuat terkejut dengan statusnya sebagai istri Yudha. Jangan ditanya bagaimana perasaannya, jelas saja bahagia.

Namun, Lengkara merasa asing dengan suaminya yang benar-benar berbeda. Tidak ada kehangatan dalam diri pria itu, yang ada hanya sosok pria kaku yang memandangnya saja tidak selekat itu.

Susah payah dia merayu, menggoda dan mencoba mengembalikan sosok Yudha yang dia rindukan. Tanpa dia ketahui bahwa tersimpan rahasia besar di balik pernikahan mereka.

******

"Dia berubah ... amnesia atau memang tidak suka wanita?" - Lengkara Alexandria

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desy Puspita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 08 - Ikhlas!!

"Yudha ... apa jiwamu bisa masuk dalam ragaku? Bukankah seharusnya yang berada di posisimu itu adalah aku?"

Yudha menggeleng pelan, dia memang hancur. Di bulan pertama dia tidak menerima keadaannya, bukan hanya merasa tidak pantas, tapi dengan dirinya yang tidak lagi sempurna Yudha memilih untuk mengubur mimpinya bersama Lengkara.

Sakit memang, terlebih lagi dia memikirkan Lengkara yang kala itu terbaring seakan tidak memiliki harapan hidup. Semua memang salahnya, andai saja malam itu Yudha tidak keras kepala dan menuruti saran Bima, mungkin kecelakaan itu tidak akan pernah terjadi.

Yudha dan Lengkara sama-sama gila dalam perihal cinta. Di tengah keputusasaannya, tepat di bulan kedua Yudha melontarkan sebuah permintaan yang berhasil membuat Bima tercengang. Ya, tepat dua bulan lalu dia meminta Bima menggantikan dirinya, bukan sekadar meminta tapi juga memohon.

Tidak hanya pada Bima, tapi juga keluarga calon istrinya. Meski Mikhail sudah tegaskan akan menerima, tidak peduli keadaan Yudha, tapi tetap saja pria itu bertahan dengan keinginannya.

Tidak tanggung-tanggung, Yudha mengancam akan mengakhiri hidup andai tidak menuruti kemauannya. Sama seperti Bima, keluarga besar jelas tidak serta merta menerima. Namun, Yudha yang kala itu benar-benar tidak terkendali dan tidak ada pembicaraan lain selain itu membuat mereka menyerah.

"Aku tidak sempurna dan tidak akan pernah bisa sempurna untuk Lengkara ... aku rasa Tuhan mempertemukanku dengan Bima tentu ada alasannya."

Hanya itu yang Yudha utarakan, sebuah kalimat yang membuat Zean murung berhari-hari. Tiga bulan terakhir adalah masa dimana semua terasa berat, bagi saudara dan sahabatnya terutama.

Kendati semua menganggap itu sebagai pil pahit yang membuat jiwa mereka sama-sama sakit, Yudha justru perlahan membaik pasca Bima memenuhi permintaannya.

Bukan dia tidak cinta, tapi memang begini cara Yudha mencintainya. Sejak awal sudah dia tegaskan, berharap boleh, tapi memaksa jangan. Dia bahkan menyaksikan Bimantara menjabat tangan pria yang sejak dahulu dia sebut papa, Mikhail.

Hanya itu yang bisa dia berikan, karena selama ini Lengkara kerap mengeluhkan waktu dan Yudha membuatnya cemburu dengan banyak hal. Bersama Bima dia akan lebih baik, meski untuk saat ini banyak yang ragu akan langkahnya, tapi menurut Yudha tidak.

"Berhenti berguling di sana, bajumu kotor, Bima."

Sejak tadi hanya Bima yang tenggelam dalam kesedihan sepertinya, Yudha tidak. Atau mungkin air matanya sudah habis selama ini? Bima tidak paham juga. Yang jelas, sejak statusnya berubah menjadi suami Lengkara, mata pria itu berbinar dan harapan untuk kembali hidup dengan baik itu tetap ada.

Tidak ada ancaman untuk mengakhiri hidup seperti yang sudah-sudah, ibunya juga mengatakan jika Yudha sangat tenang dan tidak pernah mengeluhkan keadaannya.

"Kau sudah malam pertama?"

"Apa pentingnya, Yudha," ucap Bima menghela napas kasar, pria itu menutup matanya dengan lengan demi menghalangi cahaya matahari dari luar.

"Apa kau memperlakukannya dengan baik?"

Untuk pertanyaan ini, Bima mulai menanggapinya serius. Pria itu beranjak dan kini duduk di tepian tempat tidur. Tidak berjauhan dengan Yudha, mereka bahkan saling menatap untuk sesaat.

"Sedang berusaha ... tapi sepertinya tetap salah."

"Jangan dibentak, dia tidak suka dibentak. Walau telingamu sakit karena teriakannya, tetap hadapi dengan sabar ... kuncinya sabar saja."

Terdengar mudah, tapi pada praktiknya sulit sekali. Kemarin saja sudah salah, Bima menerima imbasnya tadi pagi. Bahkan mungkin saat ini Lengkara masih menangis, atau mungkin membalikkan tempat tidur Ameera.

"Akan kuusahakan, dia keras kepala ya?"

"Sangat ... wataknya juga begitu, intinya sama persis seperti kakaknya."

Begitu banyak yang mereka bicarakan, Yudha mengatakan jika Lengkara keras kepala. Buktinya dia juga sama, hingga setelah Yudha memberikan tips untuk menghadapi Lengkara muncul sebuah pertanyaan di benak Bima.

"Andai dia tahu rahasia kita bagaimana?"

"Aku tidak memintamu merahasiakan hal ini selamanya, tapi paling tidak tunggu Lengkara benar-benar baik dan kau sudah memahaminya."

"Aku tidak yakin hal itu bisa terjadi," ungkap Bima seketika menyampaikan keraguannya, tidak selamanya dia bisa bersikap seperti Yudha karena memang sikap mereka begitu berbeda.

"Yakin saja, Lengkara adalah wanita yang mudah cinta dan terbawa suasana tanpa dia sadari ... di saat kau sudah memahami dan batin kalian terikat sama lain, maka kau bisa menjelaskan siapa dirimu dan katakan bahwa aku sudah tiada. Ketika hatinya telah terbuka untukmu maka kehilanganku bukan lagi masalah baginya."

"Kau seyakin itu, bagaimana jika prediksimu salah?" tanya Bima mendadak kesal sendiri.

"Hanya itu caranya, Bima ... hidup Lengkara masih panjang, aku tidak ingin dia hancur dan untuk alasan apapun, aku tidak ingin bersamanya lagi."

"Yudha ...."

"Aku tidak sempurna, bersamaku dia hanya akan terluka jadi kumohon jangan ingkari tanggung jawab yang sudah kau janjikan," tegas Yudha menatap tajam ke arah Bima.

"Bukankah cinta tidak meman_"

"Aku yang tidak mau, sekalipun Lengkara yang ingin aku tidak mau."

Keras kepala, jawabannya memang selalu sama dan beginilah jika sudah membahas Lengkara lebih dari satu jam. Keduanya akan berselisih paham dan berakhir dengan Bima yang mengalah.

"Ikhlas?"

"Hm."

"Jawab yang tegas!!" sentak Bima meninggi, tangannya sudah mengepal dan entah kenapa dia sebal sendiri.

"Iya, ikhlas!! Aku ikhlas, Bima, bukankah selama ini kau terluka juga? Bagiku kau dan Lengkara sama-sama berharga, dahulu membahagiakan Lengkara adalah keinginanku, tapi untuk saat ini kau yang bisa. Dan dengan cara ini juga, lambat laun, percaya atau tidak percaya kau akan bahagia nanti."

.

.

- To Be Continued -

Hi, Dear ... di novel sebelumnya sudah kukasih kisi-kisi dengan harapan tidak terlalu kaget. Semoga masih bersedia mengikuti alurnya yang masih sekian persen ini ya.

Teruntuk yang jarinya asal jeplak mohon bijak dalam berkomentar, ngasih saran boleh, tapi kalau mau ngata-ngatain mikir lagi. Saya berbeda seperti penulis lain yang kamu komen penulis bodoh diam saja. Biasakan dalam diri jangan menebar kebencian di lapak orang.

Siape, Thor? Ada tuh orang pintar, dukun kali.

1
Kalsum
jgn kendor bima
Kalsum
😭😭😭😭
Kalsum
🥺🥺🥺🥺🥺
Kalsum
semangat kara
Nurul Syahriani
Kara anak bungsu ya? Lupa
Kalsum
emang yuda sakit ap
Kalsum
yuda kemana ya ko mestri
Kalsum
masih nyimak thooor 💪💪💪
Kalsum
jgn2 yuda meninggal
Nani Suarni
aku sangat kecewa sekali, atas sikap Bima yang tidak mau berjuang untuk lengkara
padahal jika bima perjuangkan pasti hati lengkara akan luluh.
wanita manapun pasti luluh akan cinta yang lelakinya tunjukan
Kasih Sayang
/Joyful/gusti ngakak so hard
Kasih Sayang
Lumayan
Kasih Sayang
Biasa
Nani Suarni
Kecewa
Nani Suarni
Buruk
Shaqueena Arsyila Mecca
Luar biasa
Christina Dariyem
Kecewa
Christina Dariyem
Buruk
Dewilakstri Astini
Luar biasa
Christina Dariyem
Sabar ya thor semangat thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!