CINTAMU MENJADIKAN AKU YANG KEDUA

Satu tahun setelah pertemuan pertama mereka di Bandung, Anjar dan Ara jadi lebih sering terhubung dan sesekali bertemu jika keduanya sedang ada tugas di tempat masing masing.

Entah itu Ara yang sedang melakukan pertemuan di Bandung, atau Anjar yang sedang ada tugas ke Jakarta.

Pertemuan mereka terjadi tak lepas dari peranan Alwin yang selalu jadi mediator untuk keduanya, karena Ara tetap dengan sikapnya yang selalu acuh tak acuh seperti biasa.

Namun dari intensitas pertemuan mereka, Anjar jadi tau bahwa selama ini Ara memendam kesakitannya karena ditinggal Jade, suami tercintanya.

Dari sepenggal sepenggal cerita yang ia dapatkan dari Alwin, Tama, serta sedikit cerita dari Ara dan Kayden, Anjar juga sedikit banyak jadi tau bagai mana sosok Jade sebagai seorang suami dan Ayah yang sangat mencintai keluarganya.

Dari sanalah Anjar mengerti akan sikap Ara selama ini yang terkesan selalu dingin dan datar pada semua orang, terutama pada kaum Adam yang berusaha mendekatinya, tak terkecuali pada dirinya sampai saat ini.

Anjar sadar bahwa perasaannya kini terhadap Ara telah berkembang begitu besar dan sulit untuk lepas dari jerat pesona Ara, apalagi selama ini memang Ara lah sosok yang selalu ia cari cari yang tidak lain adalah cinta pertamanya.

Selama usahanya untuk tetap terhubung dengan Ara, bahkan kini Anjar telah mengenal Kayden dengan baik, bukan hanya karena sikapnya yang membuat Kayden terpikat pada Anjar, tapi sosok Anjar yang seorang tentara menjadi daya tarik tersendiri bagi Kayden yang memang bercita-cita untuk jadi seorang penerbang pesawat tempur katanya.

Semenjak mengenal Anjar, Kayden seperti menemukan seseorang yang menjadi sosok pengganti Ayah untuknya, bahkan bila terjadi sesuatu di sekolah atau ada kesulitan dalam mengerjakan tugas Pekerjaan Rumah (PR)nya, Kayden akan menghubungi Anjar tanpa meminta ijin terlebih dahulu pada ibunya.

Anjar yang selama ini tidak pernah dekat dengan anak perempuannya yang berada di pesantren, merasa senang dan tidak pernah keberatan dengan Kayden yang sering menghubunginya hanya untuk sekedar bercerita atau bertanya tanya seputar ceritanya sebagai tentara.

Seperti saat ini, Kayden sedang curhat versi anak kecil yang merajuk pada Anjar.

Kayden merasa akhir akhir ini ibunya terlalu sibuk sehingga sering melupakan janji untuk menemaninya berlatih renang atau sekedar nonton diakhir minggu.

"Uncle, hari sabtu besok uncle jadi kan ajak aku ke gelanggang renang?"

Malam itu seperti biasa Kayden menelpon Anjar, kali ini dia menanyakan tentang rencana mereka berdua yang telah mendapat ijin dari ibunya.

"Oh tentu saja Kay, mana mungkin uncle lupa."

Jawab Anjar dari seberang telepon.

"Tapi mommy bilang katanya Uncle nggak usah jemput ke sini, nanti aku berangkat kesana bareng Uncle Alwin aja supaya nggak merepotkan."

"Oke gapapa deh sekalian bareng sama Uncle Alwin, tapi nanti nginepnya disini yah dirumah dinas Uncle Anjar, kan mau berkeliling sekalian melihat lihat Alutsista yang ada disini." Ucap Anjar mengingatkan kembali akan janji yang mereka buat.

"Ready Uncle, I'm very excited for that."

Kayden terdengar sangat bersemangat.

"By the way mommy gak mau ikut ?"

Anjar mencoba menyelidik.

"Nggak, mommy ada janji sama temannya di Singapura katanya, Jum'at sore mommy berangkat juga."

Jawab Kayden lurus.

"Ooh oke." Ucap Anjar

Dalam hati ia bertanya tanya, teman seperti apa yang akan ditemui Ara di Singapura, apakah laki-laki atau perempuan, apakah urusan pribadi atau pekerjaan karena kalau urusan pekerjaan ia selalu tau bocorannya dari Alwin.

Seketika Anjar gundah, dengan semua misteri yang ada dalam diri Ara, menjadikannya tidak bisa tenang setiap Ara akan bepergian. Menurut cerita yang ia dengar dari Alwin, banyak laki-laki yang mengejar Ara setelah tau statusnya yang seorang single parents.

Ia tau persis laki laki yang mengejar cinta Ara bukanlah laki-laki sembarangan, kebanyakan mereka adalah pebisnis atau para pejabat yang berhubungan dengan pekerjaannya sebagai orang yang punya posisi penting di perusahaan KUSUMAH JAYA.

Bila menilik dirinya sendiri, ia sering merasa kecil untuk berharap akan cinta Ara jika dibandingkan dengan pengejar Ara yang lainnya... Apalagi statusnya yang telah beristri, itu merupakan sebuah benteng kokoh antara dia dan Ara saat ini.

Ara yang seorang bisnis women sejati dengan kenyataannya yang baru ia ketahui, bahwa kekayaan Ara sangatlah diluar dugaannya.

Harta peninggalan Suami, Aset yang dimana mana, saham di perusahaan keluarga suaminya, belum lagi penghasilan pribadinya yang diluar nalar.

Bagaimana bisa seorang wanita berpenghasilan milyaran disetiap bulannya...? Itu sangatlah membuat Ara begitu tak terjangkau olehnya, apalagi hanya untuk dijadikan istri kedua, yang ada itu merupakan penghinaan buat Ara.

Bila mengingat akan hal itu, seketika Anjar merasa kecil dan tak berdaya. Ia yang hanya seorang abdi negara dengan pangkat menengah, ibarat pungguk yang merindukan bulan.

Tapi setidaknya dengan ia masih bisa terus terhubung dengan Ara, ditambah Kayden yang kini dekat dengannya itu sudah merupakan satu anugerah tersendiri buatnya.

Hari harinya yang biasa sepi kini menjadi ceria, ruang hampa yang selama ini kosong telah terisi oleh dua orang yang spesial dihatinya. Ada kebahagiaan yang tercipta saat ini, dimana sebelumnya ia tidak pernah merasakannya.

***

*

"A, akhir akhir ini semenjak Aa pindah tugas saya perhatikan kok wajahnya berseri seri terus, kenapa A ? " Tanya Aditya sewaktu mengunjungi rumah dinas kakaknya.

"Emang iya..? masa sih ? "

Jawab Anjar seraya meraba raba wajahnya dengan senyum nya yang mengembang.

"Mmm curiga siga keur beuger deui nya Aa ?"

( Curiga seperti lagi kasmaran lagi yah Aa)

Selidik Adit sambil mendelik menatap Anjar.

"Memangnya kenapa kalau saya beuger lagi, istri saya juga gak melarang malah nyuruh untuk nyari calon istri lagi.. he he."

Anjar menjawab dengan setengah bercanda padahal dalam hatinya membenarkan ucapannya.

"Ishh Aa mah sok kamana mendi, hati hati nanti katuliskeun jurig..!! "

(Ishh Aa mah suka kemana aja, hati hati ketulis hantu)

"Bukan katuliskeun jurig atuh De, katuliskeun malaikat gitu... ha ha ha."

Ucap Anjar masih menanggapi dengan bercanda.

"Serius A, jangan gitu ah Ade mah jadi ngeri."

"Kenapa harus ngeri, kalau untuk kebaikan sih kenapa tidak, iya kan..? "

Anjar menoleh sambil tetap dengan senyumannya.

"Jangan jangan Aa manggil Ade kesini berkaitan dengan ini yah, mau curhat yah..?"

Tanya Adit kembali menelisik.

"Iya" Jawab Anjar. Ia beranjak mengambil kopi dan rokok yang ada di atas meja kerjanya.

"Kamu ingat De, dulu saya pernah menelpon waktu saya masih bertugas di Aceh, saya bilang kalau saya bertemu Gema disana."

Ucap Anjar memulai curhatannya pada Adit.

"Hmm.. " Adit mengangguk ngangguk.

"Saya benar benar bertemu dia, De... Dan sampai sekarang saya terus terhubung."

"Serius A, Aa ketemu dia..? Kirain Aa heureuy waktu itu. " Ujar Adit dengan wajah antusias serta menggeser kursinya lebih dekat.

"Dia kerja di sebuah perusahaan di Jakarta, waktu itu dia sedang menangani projectnya disana."

Anjar menoleh pada Adit yang duduk berseberangan. Ia menjeda ucapannya untuk kembali menghela nafas panjang.

"Selama ini dia kemana katanya, kok baru sekarang ketemu, dan kenapa bisa seperti kebetulan..?"

Adit merasa heran dengan penuturan Anjar.

"Selama ini dia ikut suaminya keluar negeri, dan setelah kematian suaminya dia pulang ke Indonesia bersama anak laki lakinya, ini adalah tahun ke empat dia ada disini."

Jelas Anjar pada Adit yang dari tadi mendengarkan ceritanya dengan seksama.

"Ooh pantesan jejaknya selama ini seperti ditelan bumi."

Adit manggut manggut seraya meneruskan ucapannya...

"Berarti sekarang statusnya janda dong,, anaknya berapa A ? "

"Satu, laki laki usia sebelas tahun, mau masuk SMP tahun ini."

"Mmm... Tapi ingat A jangan macem macem ah, ingat kalau Aa punya keluarga juga."

Adit menatap Anjar dengan khawatir.

"Justru itu De, sejak saya bertemu dia dunia saya seperti terbalik, saya seperti menemukan kembali jiwa saya yang hilang selama bertahun tahun."

"Astaghfirullah A, istighfar A, ingat anak dan istri Aa yang selama ini selalu mendukung Aa sampai di titik ini. Kurang kumaha atuh teh Widi selama ini berkorban untuk Aa, tidak pernah protes mau Aa ditugaskan dimana wae oge, malah ngadukung.... Belum lagi Aa sekarang sudah masuk jajaran perwira menengah, jabatan oge bukan ecek ecek, teh Widi juga seorang Dokter spesialis, mau nyari apalagi A, kata orang mah kehidupan Aa teh sudah sempurna sudah bahagia, bersyukur A, tinggal bersyukur sekarang mah."

Panjang lebar Adit mengingatkan Anjar.

"Nanti De, saya ketemukan kamu dengan dia, setelah kamu ketemu dia baru kasih saya penilaian."

Tak ingin berdebat lebih panjang dengan Adit, Anjar mengakhiri sesi curhatnya kali ini.

###