NovelToon NovelToon
Maple Blue

Maple Blue

Status: tamat
Genre:Tamat / Kehidupan di Kantor
Popularitas:6.9k
Nilai: 5
Nama Author: atps0426

Ini adalah kisah lanjutan dari Radio Maple. Pertemuan kembali antara Biru dan Langit setelah sepuluh tahun lamanya. Jadi kalau kalian belum baca Radio Maple, baca dulu ya.

(Bukan untuk anak dibawah Umur, mohon minggir cari yang lain saja ya)

"Aku ingin menunjukkan padamu, jika tidak semua pernikahan berakhir dengan perceraian" ~ Langit.

"Aku ingin dunia tau, kamu adalah laki-laki terbaik diantara yang terbaik. Aku ingin semua wanita cemburu karena perlakuan mu padaku" ~ Biru

"Cinta sejati itu benar-benar ada. Menghabiskan waktu hanya untuk menunggu satu wanita" ~ Dewa

"Mendapatkanmu adalah obsesi terbesar dalam hidupku" ~ Nando

"Jika kau percaya padaku, kau akan menceritakan suka duka mu. Berbagi segala perasaanmu padaku dengan nyaman" ~ Jingga

"Aku tepati janjiku untuk selalu bersamamu hingga tua nanti" ~ Kenzo

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon atps0426, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

MB - Amarah Bunda

Tak lama setelah itu, Langit bangun dan keluar kamar usai mandi. Ia menyapa Ayah dan Bunda yang berada di rumahnya.

"Pagi sayang, hadiahku sudah datang?" Tanya Langit seraya mencium kening istrinya.

"Hadiah? Apa maksud kamu dengan hadiah?" Sahut Biru memandangi wajah Langit.

"Jadi yang datang barusan itu hadiah kamu? Kamu sudah gila ya? Kamu ingin menyakiti istri mu? Mas, anakmu ini benar-benar, aku tidak mengerti dengannya" keluh Bunda frustasi.

Langit yang tidak memahami situasinya pun merasa bingung. Terdengar seseorang datang, Bunda kembali melihat keluar. Kali ini mobil box datang dan berhenti di depan rumah mereka. Dua orang kurir mengeluarkan boneka beruang besar dari dalam mobil. Langit menandatangani tanda terima itu kemudian menghampiri istrinya.

"Aku tidak mengerti, ada apa sayang?" Tanya Langit seraya mengelus tangan istrinya.

"Michelle datang, kamu punya hubungan apa sama dia? Jujur aja, aku mau dengar dari kamu, kalian tinggal satu apartemen?"

"Iya satu apartemen tapi tidak satu unit, dia ada di lantai bawah. Kami memang satu kampus dan ya sering main bareng"

"Biru kamu tinggal sama Bunda dan Ayah saja, suamimu tidak bisa melakukan apapun dengan benar" saran Bunda.

"Bunda ini ngomong apa? Aku gak main cewek Bund, aku cuma cinta dengan Biru. Bunda masih marah padaku karena aku membuka saluran radio? Bunda masih marah karena itu? Aku sudah menjaga Biru dengan baik, aku tidak meninggalkan dia saat hamil. Aku salah apa Bund?"

Biru memandangi Bunda yang tampak marah, ia tak pernah tau jika Bunda menentang keinginan Langit.

"Bunda, maafkan aku ya, gara-gara aku Langit mendirikan Maple Blue. Aku minta maaf Bunda" sela Biru dengan mata berkaca-kaca.

Ayah mengelus kepala menantunya, ia juga memperhatikan sang istri yang mulai merasa bersalah.

"Bunda kecewa karena Langit tidak bisa menjaga kamu. Bukan karena radio, sudah dua kali kamu hampir celaka. Langit masih belum bisa diandalkan sebagai suami, dia masih berpikir jika dirinya bisa sama seperti saat melajang. Apa Bunda salah? Kamu sering main-main dan pulang malam karena teman-teman mu itu. Apa Bunda salah?"

"Tapi Biru kan tidak masalah Bund, dia mengijinkan"

"Tentu saja Biru mengijinkan, dia tidak mau membatasi pertemanan kamu. Tapi kamu membatasi pertemanan nya, mengurungnya di dalam rumah dengan alasan keselamatan nya. Kamu egois Langit, bukan hanya fisik tapi mental juga harus sehat"

"Bunda kamu benar, tidak baik membatasi pergaulan Biru nak. Ayah tau kamu sangat mencintai nya, tapi Biru juga butuh kebebasan. Dia juga ingin bermain dengan teman-temannya, kamu mengurungnya di dalam rumah dan mengikuti kemana-mana selama tiga bulan terakhir" sela Ayah membela Bunda.

Langit menatap istrinya, Biru tampak baik-baik saja dengan semua ini. Ia menarik tangan Biru dan membawanya masuk kedalam kamar. Langit meminta kedua orangtuanya untuk pergi dan tidak ikut campur urusan keluarga nya. Ia mengatakan bisa menjaga Biru dengan baik tanpa bantuan mereka.

Biru tak suka dengan pertengkaran ini, namun ia tak mau memperkeruh suasana. Langit masuk kedalam kamar setelah beberapa saat. Ia menghampiri istrinya yang duduk di kursi kerjanya.

"Sayang, kita tinggal di apartemen ku dulu ya. Bunda terlalu ikut campur urusan kita" bujuk Langit.

"Sayang, kita selesaikan dulu saja permasalahannya. Tidak baik kalau menghindari nya" jelas Biru.

"Aargghhhhh, kamu tidak suka berada di dekatku? Kamu juga meragukan niatku? Jawab Biruuu!!!" Sentak Langit seraya mencengkram dagu istrinya.

Mata mereka saling memandang, Biru melihat ada amarah besar dalam tatapan Langit. Biru menyentuh tangan Langit, air matanya menetes.

"Ahh, sayang tidak, maaf, maafkan aku" lirih Langit menyadari sikap bodohnya.

"Kamu menyakiti ku Langit, ada apa?" Tanya Biru yang melihat perubahan dalam sikap suaminya.

Langit berlutut di hadapan istrinya, ia meletakkan kepalanya pada paha Biru.

"Aku tidak bisa menjagamu dengan baik, aku egois. Aku hanya tidak ingin kamu terluka Biru, aku tidak mau kehilangan kamu lagi. Kamu nyawaku" ujar Langit sedih.

Biru mengelus kepala suaminya dengan sayang, ia tau Langit sudah berusaha keras untuknya.

"Sayang, kita bisa kembali seperti dulu, kamu tidak perlu terus menjagaku. Kamu bisa pergi ke kantor dan aku juga bisa ikut kelas masak, bertemu teman-teman"

"Kamu juga tidak suka aku ada di dekat mu?"

"Bukan begitu sayang, kamu tau kan Bunda juga psikolog. Bunda hanya takut kita kenapa-napa, gimana kalau kita lihat hadiahnya? Lebih besar dari aku bonekanya"

Langit berdehem dan bangun dari posisinya, Biru menahan tangan suaminya.

"Tentang Michelle, dia sudah menyakiti keluarga kita. Tidak bisakah kamu putus hubungan dengannya? Dia jahat Langit"

"Tentu, maaf membuatmu terluka sayang" ujar Langit kemudian mencium kening istrinya.

Biru tersenyum dan berjalan keluar bersama Langit, tak ada siapapun di rumah selain mereka. Gadis itu menghampiri boneka beruang besar lalu memeluknya erat.

"Empuk banget, jadi kayak tempat tidur ya sayang" celetuk Biru.

Pemuda itu hanya berdehem, ia duduk di meja makan untuk menikmati sarapannya. Biru menatap Langit, ia tak menyukai suasana dingin menyedihkan ini. Ia mendekati Langit dan duduk di sampingnya, menatap sang suami dengan senyuman.

"Ayah makan sendiri aja ya sayang, padahal kita belum makan" gumam Biru mengelus perutnya.

"Kok belum makan? Ayo makan, jangan sampai si kecilnya Ayah marah karena lapar. Bunda kamu kan sering ngambek kalau lapar"

"Iih gak gitu kok, kamu nih"

"Tuh kan, baru aja dibilangin. Hari ini, kita jalan-jalan yuk, sudah lama tidak kencan kan?"

Biru mengangguk kemudian mengambil sarapannya. Ia memakan makanannya sambil bermanja-manja pada suaminya. Langit tersenyum dan merangkul pundak sang istri yang manja ini.

Selepas makan, mereka bersiap untuk kencannya. Selagi menunggu Langit, Biru berbincang dengan Bunda, ia mengatakan jika dirinya sangatlah senang sebab akan berkencan bersama suaminya. Bunda tersenyum memandangi menantunya yang tampak bahagia.

"Sayang" panggil Langit.

"Iyaa, kami berangkat dulu ya Bund, sampai nanti" pamit Biru kemudian pergi menghampiri mobil suaminya.

Langit membukakan pintu untuk Biru, ia memandangi Bunda sambil tersenyum dan mengedipkan sebelah matanya. Bunda ikut tertawa karenanya, seolah tak terjadi apapun diantara mereka. Tentu saja tidak ada, Langit merencanakan semua ini, ia tau jika Biru masih canggung berada di dekat Ayah dan Bunda. Karena itulah Langit ingin Biru tau bila Bunda dan Ayah sangat menyayangi dirinya.

Pemuda itu masuk kedalam mobil, ia menggenggam tangan istrinya sambil melajukan mobilnya perlahan.

"Sayang" panggil Biru.

"Iya sayang kenapa?"

"Ayah dan Bunda sayang sekali ya sama aku, aku takut tidak bisa jadi menantu yang ideal untuk mereka" jawab Biru.

Langit mencium tangan istrinya, ia tak mengerti dengan apa yang sebenarnya Biru pikirkan. Sebelum pernikahan, Biru khawatir Ayah dan Bunda tidak menyukainya. Tapi sekarang kekhawatiran itu berganti, ada banyak hal yang Biru takutkan. Langit hanya tak ingin istrinya memikirkan hal yang tidak perlu. Padahal ia sudah berusaha yang terbaik untuk istrinya, tapi pikiran Biru menciptakan ketakutan lain.

"Sudah jangan pikirkan itu, Ayah dan Bunda jelas lebih menyayangi mu daripada aku. Jadi kamu harus memanjakan aku" pinta Langit bersikap seperti anak kecil. Ia membuat istrinya tertawa karena tingkah konyolnya.

1
Rinjani Putri
hallo KK author salm knl ijin titip bintang dikaryamu yuk saling follow dan mendukung ya
Efi Ana
wah sahabat yg patut di buang ke laut ini nadin
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!