Icha Adeela, anak angkat dari keluarga Raffi Hamzah. Dia diperlakukan tidak adil, dijadikan sebagai penebus utang. Ayah angkatnya mempunyai banyak utang dan keluarga mereka terancam kehilangan rumah dan aset lainnya.
Dalam upaya menyelamatkan keluarga dan ibu angkatnya yang sekarat di rumah sakit, Icha dipaksa menikah dengan orang tua dan cacat.
Ternyata, Icha juga diperlakukan kasar oleh suaminya. Icha berusaha membayar utang agar terbebas dari belenggu suaminya.
Apakah Icha berhasil membebaskan dirinya dari situasi tersebut?
Ikuti jalan ceritanya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yenny Een, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20 Pelaku Tabrak Lari
Fairel beristirahat di dalam kamarnya. Beberapa waktu yang lalu, Fairel memasukkan Zaki ke penjara. Zaki sudah memfitnahnya di hadapan Icha. Fairel kemudian mengeluarkan Zaki karena ingat jasa-jasa Zaki selama ini kepada Fairel.
Fairel menghubungi Zaki. Fairel meminta informasi Icha secara lengkap yang Zaki dapatkan. Menurut informasi dari Zaki, Icha adalah anak kandung dari Carmen.
Zaki juga memberitahu Fairel, Putra juga menyelidiki Icha. Putra sejak lama mencari seorang gadis yang memakai kalung berliontin hijau. Dan gadis itu adalah Icha. Kemungkinan besar Putra dan Icha pergi bersama.
"Putra mencari seorang gadis dan gadis itu Icha? Siapa Icha?" Fairel keheranan.
"Tuan Putra bilang, gadis itu sangat berarti baginya dan keluarganya. Apa jangan-jangan mereka dijodohkan dari lahir? Tidak mungkin, Nyonya Icha kan istri dari Tuan Fairel. Tapi, bukanya Anda dan Nyonya Icha akan bercerai?" suara Zaki dari balik telepon.
"Sekarang juga persiapkan segalanya. Besok pagi kamu akan terbang ke Negara H," Fairel memberikan perintah.
"Tapi, bagaimana dengan Maira? Saya tidak bisa meninggalkannya sendirian. Bos, siapa yang jaga Maira di sini?" Zaki dengan kepanikannya.
"Kalian akan tinggal di sana untuk sementara waktu."
Fairel menutup teleponnya. Fairel juga mentransfer sejumlah uang ke rekening Zaki. Fairel sangat yakin, Putra kembali ke negara H. Walaupun Fairel sangat dekat dengan Putra, tapi Fairel tidak pernah berkunjung ke kediaman Putra di negara H. Putra sangat menutupi latar belakang keluarga dari kakeknya.
"Putra, apa kamu juga menyukai Icha?" gumam Fairel.
Fairel berusaha memejamkan matanya. Fairel teringat Icha, wajah bengkak Icha, bekas luka yang banyak Fairel tinggalkan di tubuh Icha. Fairel sungguh sangat menyesal. Fairel ingin segera menemukan Icha. Fairel tidak akan menceraikan Icha. Mungkin Icha memang jodoh yang terbaik yang dipilihkan papanya.
Fairel menunggu esok siang untuk bertemu dengan Vahira. Fairel memaksa menutup matanya.
...----------------...
Keesokan siangnya, Fairel memenuhi undangan makan siang di tempat yang sudah ditentukan Vahira. Fairel ditunggu Vahira di depan depot yang terkenal di kota itu. Mereka mengambil makanan sendiri yang disajikan secara prasmanan.
Mereka kemudian masuk ke dalam ruangan yang terpisah dan tertutup. Ruangan privasi yang dipesan oleh Vahira. Mereka menyantap makan siang bersama.
Vahira menanyakan kabar Fairel, apakah Fairel merasa lebih sehat. Vahira dengar dari Dayana, Fairel sakit dan mengalami kelumpuhan. Vahira juga bertanya apa yang telah terjadi.
Fairel yang sudah selesai menghabiskan makan siangnya dengan santainya mengelap bibirnya dan memandangi Vahira yang terlihat bahagia di depan Fairel.
Fairel kemudian cerita apa yang terjadi kepadanya beberapa tahun yang lalu.
Fairel menyukai seorang gadis sejak pertama kali dia menginjakkan kakinya ke kampus. Gadis itu supel, ramah, pintar dan menjadi idola di kampus Fairel. Gadis itu menjadi penyemangat Fairel kuliah. Gadis itu dan Fairel sering satu kelompok dalam menyelesaikan tugas-tugas kuliah.
Seiring berjalannya waktu, Fairel menaruh hati kepadanya. Fairel ingin mengungkapkan perasaannya. Dan tibalah hari yang sudah ditentukan. Fairel menyiapkan segalanya untuk memberikan kejutan kepada sang gadis.
Tapi bukannya kebahagiaan yang Fairel dapatkan, melainkan sebuah kemalangan. Sebuah mobil berkecepatan tinggi menabrak Fairel yang sedang menyeberang jalan.
Si pengendara mobil sempat menghentikan mobilnya saat melihat Fairel tertabrak. Tapi beberapa detik kemudian mobil pink itu mundur dan kembali menginjak pedal gas semakin dalam.
Alhasil, kaki Fairel terlindas ban mobil. Fairel terluka parah. Kedua kakinya dinyatakan lumpuh. Fairel bahkan sulit bergerak dan bangun dari tempat tidur. Selama beberapa bulan Fairel hanya terbaring di tempat tidur.
"Oh Fairel, malangnya dirimu. Sungguh kejam orang yang menabrakmu," Vahira memegang jemari Fairel dan menunjukkan rasa iba.
Di tempat kejadian, assisten Fairel menemukan kartu pelajar. Saat itu Fairel beranggapan orang yang telah menabraknya adalah seorang pelajar. Fairel menyebar orang untuk mencarinya.
"Apa kamu menemukan pelakunya?" tanya Vahira.
"Iya," jawab Fairel.
"Siapa?"
"Icha Adeela," jawab Fairel.
"Icha Adeela. Siapa?" Vahira mencari tahu.
Fairel meneguk habis air minumnya.
"Dia adalah istriku. Aku menikahinya karena ingin membalas dendam. Tau kah kamu apa yang aku lakukan padanya?" Fairel menatap tajam ke arah Vahira.
Vahira melepaskan genggaman tangannya. Vahira takut melihat tatapan Fairel yang seolah ingin membunuhnya. Fairel tiba-tiba saja berubah. Aura marahnya terpancar jelas dari raut wajahnya.
"Setelah kami menikah, setiap hari Icha aku siksa, Icha hampir kehilangan pita suaranya. Tidak ada ruang untuknya bernapas di rumah. Tidak ada kebahagiaan yang dia dapatkan kecuali rasa lelah dan air mata," kembali Fairel lekat menatap Vahira.
Vahira tertunduk, Vahira takut menatap Fairel.
"Ternyata, aku salah. Orang yang menabrakku saat itu bukan Icha. Dan pelaku sebenarnya berpesta pora di luar sana. Dia bebas berjalan, berlari, tebar pesona tanpa merasa berdosa," Fairel berdiri dan sedikit menundukkan badannya di hadapan Vahira.
"Vahira, bertahun-tahun lamanya aku menyukaimu. Kamu lah orangnya yang membuat aku ingin sekali memilikimu," Fairel menyentuh wajah Vahira sangat lembut dengan jemarinya.
Dan secara tiba-tiba, Fairel mencengkram leher Vahira. Vahira berusaha melepaskan tangan kuat Fairel. Vahira kesulitan bernapas.
"Ternyata, kamu orangnya yang membuat aku lumpuh! Gara-gara kamu, ini semua gara-gara kamu! Aku benci kamu!"
Fairel melepaskan cengkeramannya. Fairel mengamuk, melempar semua yang ada di meja makan. Fairel melampiaskan kemarahannya.
Vahira memegang lehernya yang sakit. Vahira terbatuk, napasnya tersendat, pandangan matanya berkunang-kunang. Vahira memegangi kepalanya yang sakit . Vahira mulai mengingat kejadian yang tidak ingin dia ingat selama hidupnya.
Iya, Vahira pernah diputusi cinta oleh kekasihnya. Kekasihnya pergi meninggalkan Vahira bersama dengan seorang gadis yang menurut kabar pengganti Vahira. Vahira tidak terima, tanpa alasan yang jelas diputusin begitu saja.
Vahira saat itu mengejar mobil kekasihnya. Vahira tidak fokus dan akhirnya menabrak seseorang. Saat itu Vahira panik. Vahira melihat saat itu semua orang memandang ke arah mobilnya. Vahira mundur perlahan dan langsung tancap gas. Vahira takut digebukin massa.
Vahira menuju kantor papanya. Dengan suara bergetar, takut, gugup, Vahira meminta papanya menemuinya di parkiran kantor papanya. Papanya Vahira bergegas menemui Vahira. Vahira dengan berlinang air mata menceritakan semuanya.
Papanya Vahira dengan kekuasaannya, membayar orang untuk menghilangkan rekaman CCTV dekat kejadian. Vahira tertekan, saat itu juga Vahira dikirim papanya ke luar negeri. Vahira juga mengalami depresi. Vahira rutin melakukan hipnoterapi.
Dan saat ini, Fairel mengingatkan kembali kejadian yang membuat Vahira tertekan. Vahira melihat ke arah Fairel
"Ja ... Jadi, waktu i ... tu, kamu orangnya?" susah payah Vahira mengeluarkan suara.
Fairel menunjukkan video rekaman CCTV kepada Vahira. Di rekaman itu Vahira membuang sesuatu. Fairel bertanya, apakah yang dibuang Vahira saat itu adalah kartu pelajar. Dari mana Vahira mendapatkannya.
"Aku ingat, aku ingat, ada seorang gadis pelayan restoran, dia ingin meminjam uang 50 rb karena harus ke rumah sakit, dia ingin naik taxi tapi gak punya uang. Dia memberikan kartu pelajarnya. Dan mungkin saking paniknya aku membuang kartu pelajar itu," Vahira menstabilkan napasnya, suaranya hampir tidak terdengar.
Fairel melepaskan Vahira kali ini. Fairel ingin Vahira tidak lagi menampakkan wajahnya di hadapan Fairel atau Vahira akan merasakan dingin dan sempitnya ruang tahanan. Fairel meninggalkan Vahira sendiri.
"Pa, Fairel ingin ke negara H. Fairel ingin mencari Icha di sana," Fairel bicara dengan Ihsan via ponselnya.
"Ok, hari ini juga papa akan atur penerbanganmu," jawab Ihsan.
"Icha, Icha, di mana kamu. Aku akan mencarimu. Biar bagaimanapun kamu masih istriku."
Fairel bergegas pulang ke rumahnya. Menyiapkan segala sesuatunya untuk pergi dan mengejar istrinya. Kali ini Fairel benar-benar melepaskan dendamnya. Fairel ingin mengejar Icha, meminta maaf dan memulai kembali rumah tangga bersama Icha.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...