NovelToon NovelToon
INDIGO

INDIGO

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Misteri / Mata Batin / Hantu / Tumbal
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: Lia Ap

Nadia ayu, seorang gadis yang bisa melihat 'mereka'

mereka yang biasa kalian sebut hantu, setan, jin, mahluk halus atau lain sebagai nya.


suara dari mereka, sentuhan bahkan hembusan nafas mereka, bisa di rasakan dengan jelas. Sejak mengalami kecelakaan itu, mengubah cara pandangannya terhadap dunia..

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lia Ap, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pesugihan

Perjalanan ku menuju malang jawa timur, pagi ini bersama wita untuk menjenguk oma nya di kampung, Kedua orang tua nya sedang sibuk dengan pekerjaan. Jadi wita mengajak ku pergi bersama. Berhubung aku mendapat libur kuliah. Ya hitung hitung refreshing

~Hati hati di jalan~ notifikasi dari kak joan tertera di handphone ku

"Ehem... Lancar jaya nih" seru wita melirik ku

"Kepo wlee.." ku julurkan lidah padanya. Memang akhir akhir ini aku dan kak Joan semakin dekat

Perkiraan dari google map kurang lebih 10 jam perjalanan. Kami berangkat dari rumah jam 10 siang. Aku dan wita akan bergantian menyetir, Satu kantong plastik sudah penuh dengan berbagai cemilan di bangku penumpang belakang.

"Rame juga ya" celetuk ku fokus mengemudi sambil sesekali mencomot cemilan di tangan wita

"Setan maksud lo?" Wita melirik ku. Kami mulai memasuki jalan tol

"Iya. Banyak kandang jin juga ternyata" beberapa kali ku lihat lubang hitam bagai portal terbuka. Untungnya sebelum berangkat aku sempat membentengi mobil dulu untuk antisipasi

"Btw, oma sakit apa sih?" Tanyaku baru kali ini aku mendengar oma sakit sampai separah ini. Memang usinya sudah lanjut, tapi aku penasaran

"Kata bang Yudi sih oma jatuh di belakang rumah. Gue juga belum tau keadaanya" jawab wita. Bang Yudi sepupu wita

Jam menunjukkan pukul 6 sore, hujan mengguyur kami. Beberapa kali kami berhenti di rest area, kini giliran wita yang menyetir sedangkan aku memilih tidur dari pada melihat penampakan di jalan.

Aku bermimpi melihat oma yang bersimpuh dilantai, tangannya mencoba melepaskan rantai dari leher nya. Ku tatap rantai itu yang di tarik oleh sosok bertanduk dengan badan merah di tumbuhi bulu. Kira kira 2 meter tinggi sosok itu

Ia menatapku tajam lalu menyeringai lebar. Aku mundur karena takut, baru kali ini aku melihat sosok iblis

"Oma..!" Nafasku memburu menatap sosok itu semakin menyeret oma menjauh. Aku ikut berlari ingin menggapai oma, tapi semakin aku berlari semakin jauh oma berada

"OMAAA..!!" Teriakku spontan bangun. Bahkan wita juga terkejut melihat ku

"Lo gak apa-apa, Nad?!" Panik nya. Mataku liar menatap nya, ku lihat kami sudah dekat dengan pintu keluar tol

"Cepet wit, perasaan gue gak enak. Gue mimpi oma" cecar ku. Wita yang paham tidak banyak bertanya tapi langsung menambah kecepatan mobil

"Tenangin diri lo dulu" ucapnya lagi. Ku raih botol aqua lalu meminumnya hingga tandas.

20 menitan kami akhirnya tiba dirumah oma. Aku dan wita turun dan menyalami beberapa paman dan bibi wita. Sampai saat aku menyalami bang yusuf dan orang tua nya.

Tangan ku terasa panas yang menjalar, reflek ku tatap pakde Akmal, sebuah bayangan sosok di mimpiku muncul di belakangnya.

Aku mundur, sebisa mungkin bersikap biasa saja. Meski hati ku ingin sekali teriak memberitahu wita. Kami masuk ke dalam kamar oma. Wita langsung berhambur memeluknya

"Oma.. ini wita" wita menggenggam tangan oma yang hanya bisa terbaring di kasur, seperti lumpuh.

Aku menatapnya iba, saat aku mendekat apa yang ku lihat di mimpi menjadi kenyataan. Sebuah rantai melingkar di lehernya.

Aku diam sejenak, jangan jangan sosok itu yang memasang rantai ini. Ku tatap kembali pakde Akmal tapi sosok iblis itu sudah hilang.

"Oma ini aku Nadia, oma ingat aku kan?" Tanyaku pelan. Tangan oma perlahan mengelus pipiku. Hatiku sakit sekali melihat nya bak hewan di rantai. Siapa yang keji melakukan hal kotor seperti ini

Ku biarkan wita bersama oma. Aku keluar dan duduk di teras dengan guna menenangkan diri. Bang Yudi datang menghampiri ku

"Gimana kabar kamu, Nad. Sehatkan?" Tanya nya basa basi

"Sehat bang, udah lama gak kesini banyak berubah ya" jawabku sekena nya. Terakhir kali aku kesini bersama wita 4-5 tahun lalu

"Kami sebenernya bingung Nad, banyak dokter udah dateng buat periksa oma. Tapi gak ada satupun yang berhasil" jelas bang Yudi. Air muka nya terlihat sangat frustasi

Apa gue kasih tau aja ya, pikirku.

"Kamu liatkan, makin hari oma makin buruk kondisi nya" lanjutnya. Ku tarik nafas panjang lalu menghembuskannya

"Bang" panggilku, ia menoleh

"Kalau gue bilang oma bukan cuma sakir medis lo percaya gak?" Tanyaku ragu. Bang Yudi terdiam sejenak menatapku

"Maksud lo, gaib?" Aku mengangguk

"Lo liat sesuatu?" Tanya nya lagi

"Di leher oma ada rantai yang melingkar. Gue gak tau kenapa bisa gitu, tapi sebelum kesini, gue juga mimpi liat sosok iblis yang narik oma pakai rantai itu dan eum... " Aku berhenti karena ragu untuk memberitahu nya

"Dan apa, nad?"

"Dan sosok iblis itu gue liat berdiri di belakang pakde akmal" lanjut ku dengan suara lirih. Jujur aku tak enak mengatakannya, karena bagaimana pun pakde akmal adalah keluarga mereka juga

Bang Yudi mengeraskan rahangnya dengan sorot mata tajam. Lalu dia kembali masuk ke dalam rumah mengambil sesuatu yang terbungkus kain putih

Rontokan rambut putih bercampur tanah kuburan di gulung menjadi satu. Bang Yudi menemukan nya di kamar pakde akmal.

"Ini rambut oma Nad" ku amati benda itu. Rambut oma dan tanah kuburan di bungkus dengan kain mori

Ustad Yusuf pernah bilang padaku, media untuk tumbal bisa melalui rambut dan tanah kuburan. Aku melotot pada bang Yudi

"Astaghfirullah bang, tumbal..!! Ini media buat tumbal atau santet juga bisa" pekik ku tak percaya

"Keterlaluan..! berarti selama ini firasat abang bener nad, semenjak pakde akmal jadi banyak uang kampung ini banyak orang meninggal" Kesal nya meremas gulungan itu

"Kamu bisa bantu, Nad?" Pinta bang Yudi. Sebenarnya kasihan melihat oma, tapi aku juga tidak bisa sembarangan bertindak

"Biar gue telpon ustad Yusuf aja bang. Dia lebih ngerti" jawabku di setujui olehnya

Adzan magrib berkumandang, kami kembali ke dalam rumah untuk sholat berjamaah dan makan malam bersama.

Wita dan aku tidur sekamar di lantai dua. Jam menunjukkan pukul 2 dini hari, tapi mataku masih melek seger. Setelah menelpon ustad Yusuf, beliau menyarankan untuk meruqyah oma

Dug Dug Dug

Suara dentuman keras menghantam plafon kamar. Aku menyerit, tikus paling pikirku.

Dug!! Dug!! Dug!!!

Kali ini suara itu terdengar dari arah balkon kamar. Ku tatap lamat lamat, siluet sosok tinggi besar bertanduk sedang membentur kan kepalanya ke pintu kamar. Aku bergidik ngeri. Sosok itu iblis yang merantai oma.

"Ya allah" gumam ku

Beberapa ayat suci Al-Quran ku baca. Sosok itu masih bertengger disana. Ia mulai menggeram tak terima. Membenturkan kepalanya lebih keras

DUG..!! DUG..!!! DUG...!!

Aku sembunyi di balik selimut, masih merapalkan doa dan terakhir aku membaca ayat pemusnah. Seketika itu juga, ia menghilang menjadi kepulan asap. Suasana menjadi hening seketika, Ku tatap wita yang masih nyenyak tidur

∆∆∆

Keesokan nya bang yudi memberitahu kelurganya untuk mengundang ustad. Awalnya pakde akmal menentang ide itu, tapi bang Yudi bersikeras. Perdebatan alot tak terhindarkan hingga akhirnya pakde akmal pulang bersama istrinya

Ustad malik datang dan melihat kondisi oma. Ia menatapku lalu tersenyum, ia mulai meruqyah oma.

Handphone ku juga tak ku mati kan. Ustad yusuf membantu ruqyah dari hp. Oma mulai merasa kesakitan, ia kadang menjerit atau menggeram dengan suara yang lebih berat.

Kami semua berada di ruang tamu. Pakde akmal sudah pulang ke rumah nya. Wita berada di dapur untuk menyiapkan minum. Hanya aku, bang Yudi, 2 paman dan 2 bibi nya saja disini. Duduk agak menjauh dari ustad malik yang sedang melakukan ruqyah

Ku lihat kepulan asap hitam keluar dari rantai itu. Sedikit demi sedikit berurai hingga hilang dari leher oma. Aku bernafas lega, oma juga sudah lebih tenang

"Oma ini di targetkan menjadi tumbal" jelas ustad malik, wita dan keluarga nya tentu syok mendengar itu

"Kalian tidak perlu tahu siapa pelakunya, oang itu biar Allah yang kasih ganjaran" lanjutnya lagi

"Dan kamu nduk" ustad malik menatapku tajam membuatku agak menciut takut

"Kamu itu istimewa hanya perlu di asah lagi dan jangan takut kalau berhadapan dengan mereka. Derajat kita lebih tinggi dari mereka" nasehat ustad malik ku dengarkan baik baik.

"Iya ustad" jawabku.

"Iblis itu juga sudah kamu musnah kan semalam" lanjutnya. Aku berfikir sejenak, semalam memang aku membaca ayat pemusnah yang di ajarkan ustad Yusuf.

"Biar Allah yang balas setiap perbuatan keji" ucapnya lagi. Beberapa jam berlalu. Ustad malik sudah kembali sore tadi, ku lihat wita bergelayut manja di lengan oma, semua orang berkumpul menonton tv. Kecuali pakde akmal dan istrinya

Aku yang baru turun tangga menatap oma sumringah, ia menatapku lalu menyuruhku menghampirinya.

"Ya ampun cucu oma, apa kabar?" Tanyanya dengan senyuman manis. Aku duduk di sebelah wita

"Baik oma, oma mendingan sekarang?" Tanyaku

"Alhamdulillah sehat, makasih ya karena kamu bantuin oma" oma meraih tanganku mengusapnya lembut.

"Ah, nadia gak bantu apa apa oma. Kan ustad malik yang bantuin oma" sungkan ku

"Tapi tetep karena kamu oma jadi sehat lagi. Oma sebenarnya tahu siapa yang membuat oma seperti ini" ucap oma, kami semua menatapnya serius.

"Siapa mah?" Tanya pakde adam paman nya wita

"Akmal" jawab oma singkat, kami semua diam

"Dia melakukan perjanjian dengan iblis untuk kekayaan" lanjutnya lagi

"Tega dia nyakitin oma demi kekayaan!" Bang Yudi meradang emosi

"Oma sudah coba mengingatkan akmal untuk berhenti melakukan hal kotor itu, tapi dia tetep kekeh" jelasnya. Ku lihat wajah oma yang sedih

"Biar ku kasih perhitungan sama dia" pakde adam sudah berdiri dari duduknya tapi oma menahan nya. Ia menggeleng

"Biar aja, biar Allah yang balas. Oma ikhlas dam" wita memeluk oma makin erat begitupun aku di belakang wita

Gawai bang Yudi bergetar di atas meta. Ia mengambilnya dan terkejut saat melihat isi pesan itu.

"Inalillahi wainnailaihi rojiun" ucapnya. Kami semua menegang

"Oma, pakde Akmal meninggal" ucap bang Yudi, detik itu juga oma jatuh pingsan

1
Afiq Danial Mohamad Azmir
Wahhh!!
Alexander
Nggak kebayang ada kelanjutannya!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!