Tidak ada satupun yang mau hidup dalam kegelapan termasuk Kiyara. Seorang wanita yang hidup sebatang kara. Tuhan merampas seluruh kebahagiannya namun sekarang Tuhan menggantinya dengan hadirnya sosok baru dikehidupannya, yaitu Adrian. Sosok laki laki yang berjanji kepada dirinya sendiri untuk membahagiakan jiwa rapuh Kiyara.
Mampukah Andrian menjaga janjinya dan menyembuhkan jiwa Kiyara?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon PenaJenaira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ujian mata kuliah Bu Yulia
Matahari kembali menunjukkan eksistensinya. Bersinar terang hingga membuat yang gelap menjadi hilang.
"Oh my God! Ini udah jam 9 pagi!"
Kiyara bergegas untuk berganti baju dan kemudian berangkat ke kuliah. Dengan rambut seadanya ia memakan sebungkus roti dan mengunci kamar kosnya.
"Lah, telat juga?" Sapa Renata yang penampilannya hampir mirip dengan Kiyara.
"Aku kira kamu sudah berangkat! yasudah ayo berangkat!" seru Kiyara.
Mereka berdua pun berlari bersama menuju Universitas Dirgantara. Hari ini adalah hari ujian dari mata kuliah Bu Yulia. Salah satu dosen Killer di Universitas Dirgantara.
"Gila! Untung saja kamu juga telat. Jika tidak, pasti aku akan memarahimu Ki,!" Teriak Renata dengan tetap berlari
"Kamu pikir aku juga tidak begitu." balas Kiyara. Mereka kemudian tertawa bersama dan tetap berlari.
Sementara di kelas, Adrian dan Renald berusaha menelfon kedua wanita yang saat itu masih berlari kencang. "Cari tau keberadaan mereka." titah Adrian yang membuat Renald seketika langsung faham.
"Dimana kamu? Aku tidak akan membiarkan Nadia mengusikmu!" batin Adrian dalam hatinya.
Namun baru saja Renald akan memulai pencariannya di ponselnya, kedua orang yang mereka tunggu pun sampai dengan kondisi yang sangat tidak fresh. Rambut Renata dan Kiyara yang semula di kuncir satu kini sedikit terurai tak beraturan. Nafas mereka pun juga tidak beraturan. Keringat mereka pun mulai membasahi dahi mereka.
"Astaga! Kalian kenapa?" tanya Renald yang menghampiri Kiyara dan Renata. Sementara Adrian, ia hanya diam dan mengamati Kiyara yang berpenampilan tidak fresh itu. Mata mereka pun bertemu. Tak lama kemudian Adrian berdiri kemudian menarik tangan Kiyara untuk keluar ruangan.
"Mau kemana ini?" tanya Kiyara yang kaget.
"Ikuti saja." jawab Adrian.
"Tapi Bu Yulia?" tanya Kiyara yang khawatir.
"Tenang saja." jawab Adrian.
"Tapi.." ucap Kiyara yang membuat Adrian berhenti lalu memojokkan Kiyara. Kedua telapak tangannya menempel ke dinding. Wajah Adrian kemudian mendekat ke leher Kiyara. Reflek Kiyara memiringkan kepalanya.
"Ma..mau.. Apa?" tanya Kiyara yang bingung.
"Apa kau yakin akan bertahan dengan penampilan begini?" bisik Adrian.
Kiyara terdiam membisu. Ia sedikit gugup dengan apa yang dilakukan Adrian. "Ba..baiklah." jawab Kiyara yang terpaksa.
Adrian pun menarik tangan Kiyara dan kembali berjalan. Mereka masuk kedalam perpustakaan yang sudah dipastikan akan kemana. Ya, ke ruang rahasia mereka berdua.
"Mandilah." Seru Adrian yang membuat Kiyara mengangguk. Kiyara pun segera mandi. Sementara Adrian, ia menyiapkan baju ganti untuk Kiyara. Semenjak Kiyara mengetahui ruangan rahasia itu, Adrian dengan sengaja menyiapkan beberapa kebutuhan untuk Kiyara di tempat itu. Salah satunya adalah baju. Hal itu untuk mengantisipasi kejadian yang seperti ini.
Setelah lima belas menit berlalu, Kiyara keluar dengan memakai baju yang sama seperti sebelumnya.
"Ganti ini." ucap Adrian dengan menyodorkan sebuah dress berwarna abu abu muda kepada Kiyara lengkap dengan pakaian dalamnya.
"Oh my God! Dia bahkan menyiapkan pakaian dalamku? Apa dia punya kelainan?" batin Kiyara.
"Jangan membatinku seperti itu. Udah cepat ganti saja sana. Apa kau sengaja terdiam agar aku yang menawarkan diri untuk mengganti pakaianmu sayang?" Ucap Adrian dengan wajah yang menantang.
"Dasar Mesum! Berhenti memanggilku sayang.!" balas Kiyara yang membuat Adrian tertawa keras.
Tak perlu waktu lama untuk menunggu Kiyara berganti baju.
"Gimana? Sudah pas?" tanya Adrian.
"Pas apanya? jangan mesum lagi padaku!" bentak Kiyara yang lagi lagi membuat Adrian tertawa.
"Ya sudah, ayo! Bu Yulia sudah menunggu kita." ujar Adrian.
"Astaga! iya! Bu Yulia!" teriak Kiyara dengan panik.
Kini giliran Kiyara yang menarik tangan Adrian dan mengajaknya berlari. Kiyara benar benar takut membuat Bu Yulia marah. Karena itu bisa membuat penilaian bulanan untuk berkelakuan baik Kiyara mendapat nilai merah. Hal itu akan berpengaruh pada beasiswanya.
Adrian hanya mengikuti Kiyara. Sesekali Adrian menggoda Kiyara dengan berhenti sejenak. "Iiishh.. Ayo!" Seru Kiyara.
"Menggemaskan!"
Akhirnya setelah berlari dengan menarik tangan Adrian, Kiyara akhirnya sampai di ruang kelas. Tidak ada Bu Yulia disana. Yang ada hanyalah anak anak kelas yang ngobrol dengan kelompok-kelompoknya.
"hfftt!!"
Kiyara melirik tajam ke arah Adrian. Adrian hanya mengacungkan dua jarinya sehingga membentuk angka dua dan menyengir.
"Iishhh!!"
Kiyara pun duduk dibangkunya dengan nafas yang terengah-engah.
"Nih, minum dulu!" ucap Renata dengan menyodorkan sebuah botol mineral ke Kiyara.
"Terima kasih." ucap Kiyara yang kemudian menoleh ke arah Renata. Namun bukannya menerima botol minum itu, Kiyara salah fokus dengan penampilan Renata yang berubah.
"Ya, kamu benar. Siapa lagi kalau bukan dia!" ujar Renata dengan menatap tajam ke arah Renald. Kedua sahabat itupun berakhir dengan tertawa.
Tak lama, Bu Yulia pun datang. Seperti biasa wajahnya tak pernah terlihat ramah. Suara sepatu fantofelnya yang menggema, membuat sebagian mahasiswa merinding jika mendengarnya.
"Akhirnya bisa masuk kelas juga." ucapnya lirih.
Kiyara yang tau bahwa ini pasti perbuatan Adrian pun menoleh kearah Adrian dan kemudian tersenyum. Ia juga memberi simbol finger love dengan jari jempol dan telunjuknya.