Vivian Shining seorang gadis dengan aura female lead yang sangat kuat: cantik, baik, pintar dan super positif. Dia tipe sunny girl yang mudah menyentuh hati semua orang yang melihatnya khusunya pria. Bahkan senyuman dan vibe positif nya mampu menyentuh hati sang bos, Nathanael Adrian CEO muda yang dingin dengan penampilan serta wajah yang melampaui aktor drama korea plus kaya raya. Tapi sayangnya Vivian gak sadar dengan perasaan Nathaniel karena Vivi lebih tertarik dengan Zeke Lewis seorang barista dan pemilik coffee shop yang tak jauh dari apartemen Vivi, mantan atlet rugbi dengan postur badan bak gladiator dan wajah yang menyamai dewa dewa yunani, juga suara dalam menggoda yang bisa bikin kaki Vivi lemas sekita saat memanggil namanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon whatdhupbaby, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 29 Munculnya Seseorang Dari Masa Lalu
Esok paginya mereka telah bersemangat untuk menikmati hari ke dua liburan mereka. Setelah sarapan makanan lezat yang disajikan penginapan mereka menyusun rencana jadwal kegiatan yang akan mereka lakukan hari ini.
Jadwal pertama mereka adalah...tentu saja berbelanja!.
Matahari bersinar cerah ketika mereka sampai di pasar tradisional tempat tujuan utama para turis berburu oleh oleh khas Bali, mulai dari baju, aksesoris juga makanan.
Saat Vivian dan Mia melangkah ke dalam keriuhan pasar tradisional, aroma rempah-rempah tajam, bunga melati serta kamboja beradu dengan manis gurihnya olahan makanan.
" Wah, ramai sekali!" teriak Mia, matanya berbinar melihat hamparan warna-warni dari buah-buahan tropis yang ditata rapi. Vivian hanya diam terkagum dengan semua baju dan gaun yang tergantung rapi memamerkan kecantikannya.
"Lihat itu, Vi! Mangganya besar-besar!" seru Mia sambil menarik lengan Vivian ke sebuah pedagang buah. Mereka mencoba sample mangga madu yang manisnya bukan main dan membeli satu kilo untuk dinikmati nanti.
Vivian dan Mia dengan semangatnya berkeliling dari satu kios ke kios lain. Warna-warni kain sarung, baju pantai, dan aksesoris tangan memenuhi pandangan.
“Lihat yang ini!” seru Mia, mengangkat sebuah bikini merah menyala dengan motif bunga Kamboja.“Ini pasti bikin Zeke dan Nathanael melongo!”
Vivian hanya terkikik, tapi matanya tertarik pada sebuah dress flowy bermotif bunga biru. “Aku suka yang ini Mi. Rasanya bakal cocok buat santai dipantai sambil nikmatin senja."
Tanpa berpikir dua kali Mia langsung membeli dress itu, dua sekaligus. “Ini satunya buat kamu Vi. Biar kita bisa kembaran."
______
Sore harinya, semangat mereka masih membara di Pantai Laguna. Dengan life jacket berwarna oranye terang, mereka duduk berderet di atas banana boat kuning yang mengembang.
"Ready, girls?" teriak instruktur yang mengendarai speedboat di depan.
"READY!" jawab Mia dan Vivian kompak, meski Vivian menggenggam tali pegangan dengan erat.
Speedboat pun melesat!.
Awalnya banana boat meluncur mulus, meninggalkan buih-buih putih di air laut yang jernih. Vivian dan Mia tertawa lepas, menikmati angin yang menerpa wajah.
"WOOOHOOO!" teriak mereka yang telah dipenuhi adrenalin.
Tiba-tiba, instruktur membuat manuver memutar. Banana boat oleng dengan keras!
"AAAAAKKKH!" jerit Vivian dan Mia bersamaan saat mereka terlempar ke air laut yang hangat. Mereka menyelam sejenak sebelum muncul ke permukaan, terbahak-bahak.
"Astaga, ini seru banget!" ucap Vivian sambil menepuk air dan tertawa.
"Seru banget, kan? Ayo lagi!" ajak Mia dengan semangat yang tak pernah pudar.
Mereka naik kembali dan proses terlempar itu terjadi lagi, dan lagi. Setiap kali jatuh, tawa mereka justru semakin menjadi-jadi, mengisi udara sore di antara gemericik air laut.
___________
Keesokan paginya liburan mereka masih berlanjut. Adrenalin berganti dengan ketakjuban. Berdiri di atas kapal kecil, Vivian dan Mia dengan dibantu instruktur menyiapkan peralatan scuba diving mereka.
Wajah Vivian terlihat sedikit gugup.
"Gimana, Vi? Nggak apa-apa kan?" tanya Mia, menepuk pundaknya.
"Sedikit deg-degan, tapi aku excited," jawab Vivian sambil menarik napas dalam-dalam namun senyumnya tak pernah jatuh.
Satu per satu, mereka terjun ke air. Dunia yang sama sekali berbeda menyambut mereka. Suara menjadi redup, digantikan oleh desisan napas mereka sendiri melalui regulator. Vivian menggenggam tangan Mia erat-erat saat mereka perlahan menyelam lebih dalam di antara pemandu.
Dan oh, pemandangannya sungguh memesona. Sekolah ikan neon berwarna kuning dan biru berenang dalam formasi yang harmonis, seolah menari untuk mereka. Karang-karang keras dan lunak membentuk taman bawah laut yang penuh warna, oranye, ungu, hijau. Seekor kura-kura laut lalu lintas dengan tenangnya, mengabaikan kedua manusia yang memandangnya dengan takjub.
Mia mengacungkan jempol ke arah Vivian, matanya berbinar di balik kaca masker. Vivian membalasnya, rasa gugupnya telah hilang sepenuhnya diganti oleh kekaguman yang luar biasa. Mereka berdua seperti berada di planet lain, berbagi momen ajaib yang hanya mereka berdua yang mengerti.
Setelah sekitar empat puluh menit, mereka pun naik ke permukaan.
"VI! ITU LUAR BIASA!" teriak Mia begitu melepas regulatornya, wajahnya bersinar. "Aku melihat penyu! Dan ikan-ikan itu warnanya... wow!"
Vivian, masih terpesona, hanya bisa mengangguk sambil tersenyum lebar. "Aku... aku nggak bisa berkata-kata. Indah sekali. Terima kasih Mi, ini liburan yang sempurna.
Mia memeluk temannya. "Liburan yang sempurna, ya?"
"Dengan teman yang sempurna," balas Vivian.
Mereka berdua terdiam sejenak, memandang laut lepas yang baru saja menyimpan rahasia indah untuk mereka, hati dipenuhi kenangan manis yang akan mereka ceritakan berulang kali.
_________
Setelah kelelahan dengan semua aktivitas mereka, Vivian dan Mia bersantai diatas pasir halus yang hangat. Asyik berjemur, menikmati jus kelapa dan obrolan ringan tentang rencana selanjutnya. Ombak berdesir pelan, dan suasana terasa sempurna.
Tiba-tiba, seorang pria tampan dengan tubuh atletis mendekat, senyumnya ramah tapi agak ragu.
“Vivian?.Vivian Shinning?” Tanyanya.
Vivian menurunkan kacamatanya, wajahnya menunjukkan keheranan yang dalam. Dia membeku sejenak, lalu menunjukkan keterkejutan.
“Noah?!” katanya, suaranya bergetar antara terkejut dan tidak percaya.
Mia yang duduk di sebelahnya langsung ikut memperhatikan interaksi keduanya. “Kamu kenal, Vi?” tanyanya penasaran, matanya bolak-balik memandangi Vivian dan pria asing itu.
“Kami... dulu satu kampus,” jawab Vivian singkat, namun seolah menghindari detail lebih lanjut.
Pria itu, Noah tersenyum malu-malu, matanya tak lepas dari Vivian. “Kamu terlihat... sangat berbeda,” ujarnya, suara nya penuh kekaguman. “Aku hampir tidak mengenalimu.”
“Terima kasih,” balas Vivian sopan, tapi tubuhnya agak kaku. “Ini Mia, temanku.”
Noah mengangguk pada Mia, lalu kembali fokus pada Vivian. “Aku sedang ada konferensi di resort sebelah. Tidak menyangka bisa bertemu kamu di sini.”
Percakapan pun berlanjut dengan canggung. Noah mencoba menyapa, menanyakan kabar dan pekerjaan Vivian sekarang. Vivian menjawab dengan singkat dan sopan, tidak membuka kesempatan untuk obrolan lebih dalam.
Mia memperhatikan dengan mata tajam, sensing that there’s more to the story. Tapi dia tidak bertanya, hanya duduk sebagai pendiam yang waspada.
Setelah beberapa menit, Noah akhirnya mengundurkan diri. “Senang bertemu kamu lagi, Vivian. Mungkin kita bisa minum kopi suatu saat?”
“Mungkin,” jawab Vivian samar, tersenyum tipis.
Begitu Noah pergi, Mia langsung melompat. “Okay, spill it. Who was that? And why did you look like you saw a ghost?”
Vivian menghela napas. “Dia Noah. Kakak tingkat waktu kuliah. Dulu... aku pernah naksir berat sama dia.”
Mia mengangkat alis. “And? What happened?”
“Dia menolakku,” kata Vivian pendek. “Bahkan pacaran dengan teman dekatku yang tahu kalau aku suka sama dia.”
Mia mengerenyit. “Ouch. That’s rough. Apa dia juga yang membuatmu memiliki anxiety itu?."
Vivian menggeleng. " Aku memang introvert sejak masuk kuliah. Beban tugas yang banyak dan untuk mengejar nilai membuatku lebih menghabiskan waktu dengan buku dan membuatku tidak mempedulikan penampilan juga orang disekitar ku."
" Oh, lalu...?"
“ Itu dulu,” Vivian tersenyum, kini lebih rileks. “Aku sudah move on. Jauh move on.”
Mini-Vivi tiba-tiba muncul di atas kacamata hitam Vivian. " BENAR KATAMU VI!! TAK ADA GUNANYA MEMIKIRKAN MASA LALU!! CUMAN NAMBAH BEBAN PIKIRAN SAJA!!"
Vivian hanya geleng-geleng kepala, kembali berbaring dan menutup matanya. “Ayo lupakan dia. Kita punya sunset untuk dinikmati.”
" ...Tapi mungkin..." Ucap Vivian tiba tiba namun diam sesaat tidak melanjutkan ucapannya seolah memikirkan sesuatu." ...mungkin Noah lah yang membuatku seperti ini, Vivian yang baru. Penolakannya seperti cambukan untukku. Membuatku ingin berubah dan belajar untuk lebih percaya diri."
Itu membuat Mia penasaran." Memang bagaimana penampilanmu dulu sampai cowok itu sampai menolakmu?. Maksudku, lihat dirimu sekarang Vi, bahkan sampai diperebutkan dua laki laki, rasanya bodoh sekali kalau Noah menolakmu kan?. "
" Ermm... Aku yang dulu jauh berbeda dari yang sekarang..." Jawabnya ragu sambil mengeluarkan HP nya. " aku rasa aku masih punya foto jaman kuliah dulu...tapi janji jangan ketawa ya..." Ucapnya dengan wajah memerah yang semakin menambah rasa penasaran Mia.
" Janji!!." Angguk Mia mantap.
Vivian menyodorkan HP nya dengan layar menampilkan gambar cewek dengan kacamata tebal dan poni menutupi wajah, dengan kaos kebesaran. Benar benar biasa dan aura NERD nya terpancar sempurna. Sangat beda dengan Vivian yang penuh pesona sekarang!!.
" Pfft.." Mia hampir menyemburkan air kelapa yang baru diminumnya.
Mini-Vivi jatuh berguling guling diatas bahu Vivian tertawa terbahak-bahak. " GYAHAH CUPU BANGET!!."
Mia yang gak bisa lagi nahan ketawa ikut terbahak.
Vivian dengan muka merah karena malu karena membuka aibnya sendiri merasa terkhianati. " Mia kamu janji gak ketawa!!".
_________