Seorang mafia ayam 🐓
Renardo adalah seorang pria yang baru saja bekerja di perusahaan mafia yang aneh. sistemnya menggunakan ayam, jadi setiap pekerja punya rekan kerja ayam masing-masing untuk menjalankan tugas.
ayam-ayam bisa dilatih dan dilengkapi senjata. Para ayam juga bisa memakan obat tertentu untuk mendapat kekuatan.
Renardo yang saat itu hanya disuruh membawa ayam tanpa informasi tambahan membawa ayam jagonya yang berasal dari perternakan biasa bernama Kibo.
Akankah Renardo dan Kibo melakukan pekerjaan mereka dengan baik?
🥚 Peringatan Organisasi Ayam: Segala perdagangan obat-obatan ayam, undian ayam, atau pemerasan peternak dalam cerita ini hanya terjadi di dunia fiksi. Jika Anda mencoba di dunia nyata, Anda bukan mafia ayam… Anda hanya mencari masalah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Radit Radit fajar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pengejaran Lanjutan
Mobil polisi yang kami naiki melesat cepat melewati dua kantor polisi lainnya. Tetap tidak ada kelihatannya mobil merah kami membuat kami mulai cemas.
Apalagi mobil polisi yang mengejar kami bertambah dua mobil lagi. Jadi mobil yang mengejar kami ada enam
Sambil menunggu menyusuri kantor-kantor polisi lain, kami memakan makanan ringan yang kami beli dari toko sebelumnya.
Di persimpangan tiga di depan. Dua mobil polisi menahan kami, itu mobil polisi yang sebelumnya, mereka mengambil rute lain untuk menghalangi kami.
Setiap bagian jalanan dihadang satu mobil polisi yang posisinya miring memblokir jalan.
"Vin!" Van tidak peduli, dia tetap menginjak gas ke arah depan.
Vin mengangguk, memahami kodenya lalu membuka kaca mobil di sebelahnya. Vin melemparkan bom pelontar ke depan mobil polisi di depan kami, membuat mobil itu mundur.
Dengan celah lewat tang lebih besar itu. Vin mengemudikan mobil polisi yang kami naiki melewati jalanan di depan mobil tadi.
"kita tidak bisa begini terus, mobil polisi ini juga bisa kehabisan bensinnya." kata Van.
Aku dan yang lain mengangguk.
"sepertinya kita bisa menjauhkan jarak dengan para mobil polisi yang mengejar kita, lalu kita pergi ke parkiran bangunan bawah tanah kita. Apakah bisa begitu? Jadi nantinya kita bisa mencari mobil merah itu dengan lebih mudah." saranku.
"itu ide yang baik, walau bagian garasi cukup jauh, bensin mobil ini juga masih lumayan banyak. Ayo kita ladeni mereka." jawab Van, lalu dia menekan gasnya lebih cepat.
Mobil polisi yang kami naiki jadi lebih cepat, melewati perkotaan. Kali ini para warga mulai curiga dengan kami, apalagi yang tadi melihat ada bom pelontar keluar.
Saat mobil ini membelok tajam ke arah kiri. Aku dan yang lain menutup bungkus makanan ringan maisng-masing, mencegahnya tidak jatuh.
Kibo juga tidak masalah dengan perjalanan ini, dia menikmati cemilan barunya.
Perjalanan makin kencang, mungkin setara naik roller coaster. Tapi aku belum mengerti kenapa teman-temanku sendiri masih sempat-sempatnya makan cemilan di saat begini.
Aku juga jadinya melihat-lihat bagian kota yang belum pernah kulihat sebelumnya. Seperti restoran, taman, dan sebagainya.
Aku melirik kebelakang. Diantara para mobil polisi yang mengejar ada satu tambahan mobil lagi di belakangnya.
Aku ini aku mengusap mataku memastikan tidak salah lihat. Mobil polisi tambahan itu maju mendahului mobil polisi lainnya, tapi masalahnya, desainnya berbeda sekali dnegan mobil polisi pengejar lainnya dan yang kami naiki. Itu seperti mobil balap!
Badan mobil yang rendah membuatnya jauh lebih cepat. Dia menyusul ke belakang kami dengan mudah.
Aku bertaruh, bahkan dengan kecepatan maksimal mobil yang kami naiki pun, mobil itu masih bisa menyusul kami dengan kecepatan lebih.
"teman-teman, yang mengejar kali ini bukan mobil biasa." kataku setelah melihat itu.
Bruno, Vin, dan Lola menoleh ke kaca belakang mobil setelah melihatku. Bahkan Van melirik kaca di atas barisan kursi kemudi yang memantulkan bayangan kaca depan.
"sialan." gerutu Van setelah melihat mobil balap itu juga.
Belum sempat kami membalas gerutuan Van, sudah terdengar suara speaker yang dikeluarkan dari mobil balap polisi di belakang kami.
"Kepada para perampok yang mengambil mobil polisi di depan kami, harap berhenti dan menepi! Kami tidak akan segan menggunakan senjata api sebagai serangan jika tidak ada balasan."
Tidak ada balasan dari kami. Tapi vin membuka kaca jendela di sebelahnya, lalu melemparkan bom pelontar ke belakang sebagai pembalasan. Mobil balap itu jadi oleng dan terhenti sebentar, tapi dia langsung lanjut. Dan dengan mudah kembali ke belakang kami.
"Oke jika itu yang kalian inginkan, terima ini!" speaker mobil itu bersuara, mobil itu sekarang posisinya tepat di kanan kami.
Kaca di sisi kiri mobil mereka terbuka, dan dua pistol terlihat mengacungkan ke arah kami.
Tapi Van jelas tidak membiarkan itu terjadi. Mobil kami langsung melintas belok ke kiri lagi, ada jalanan sama lurusnya, tapi kali ini ke arah atas.
Tinggal beberapa milidetik saja belokan itu tidak pas, peluru pistol akan melayang ke arah kami.
"lempar ini Ren." Vin berkata, memberiku sebuah bom pelontar, aku menerimanya.
Aku mengangguk, membuka kaca mobil disebelah kananku. Lalu aku menekan tombolnya, baru aku lemparkan ke samping kanan kami.
BOOM!
Suara ledakan terdengar, aku yakin kena mobil polisi tadi yang masih dibawa. Karena terdengar suara mesin-mesinnya yang penyok.
Mereka tadi tidak sempat menyusul di belakang kami, masih di jalanan bawah. Karena itulah Vin memberikan bom itu padaku untuk tidak menyia-nyiakan kesempatan ini.
Mobil kami berbelok ke kiri, mengikuti arah jalanan atas ini membawa kami. Kami tiba ke jalanan masuk ke bagian jalanan atas yang lebih lebar.
"kita harus mengambil jalan memutar, tapi jelas itu lebih baik daripada tertembak polisi tadi." Van berkata, aku dan yang lain mengangguk.
Kali ini, aku bisa lihat jelas di peta digital. Jalan kami memang jauh, dan mengambil jalanan di pinggiran kota.
Perjalanan panjang terjadi lagi, kali ini entah kenapa tidak ada lagi polisi yang mengejar kami. Sepertinya mereka memilih mengurus mobil yang rusak tadi dulu. Atau malah mereka mempersiapkan rencana lain saat kami mulai mencari mobil kami nantinya.
Sudah jam 12 siang. Kami lumayan jauh dari kota tadi, makin dekat ke garasi yang kami cari.
Akhirnya beberapa menit kemudian, mobil polisi yang kami bawa sudah terparkir rapi di parkiran bawah tanah bangunan mafia ayam.
Saat membuka pintu mobil, aku bisa lihat jelas ada seorang pria yang menunggu kami. Dia punya setelan sama, pakai kacamata hitam dengan ayamnya.
Yang mencoloknya dari orang itu, di bagian dada kanan pada bajunya ada lencana huruf "C" kuning dengan latar belakang merah. Sepertinya dia atasan kami.
Kami semua mendekatinya.
"kalian berhasil?" tanya orang itu.
"ya." Bruno menjawabnya.
"bagus, serahkan 500 jutanya, akan aku urus ke bos kita. Sisa 500 jutanya lagi bisa kalian ambil." jawab orang itu.
Aku kaget, kami bisa ambil 500 juta? Itu banyak juga. Kami mengambil 500 juta dari ransel kami, lalu menyerahkannya kepada orang itu, dia menerimanya.
"kalian ini perginya bawa mobil apa pulangnya bawa mobil apa." kata orang itu setelah melihat mobil polisi yang kami bawa.
"hehe, akan kami kembalikan mobil merah sebelumnya nanti." kata Van.
"baiklah, tidak masalah asalkan mobil itu bisa kembali lagi." pria itu balik badan, pergi bersama ayamnya.
Lalu kami semua membagi uang 500 juta tadi dengan rata, 100 juta untuk masing-masing orang.
Gaji di pekerjaan ini memang tidak pasti, tapi kuakui ini besar.