Elangga Sky Raymond Wesley, seorang Badboy Tengil yang memiliki tubuh Hot. Dia adalah pemimpin geng motor Black Demon, yang selalu membuat onar di SMA Bintang Alam, masuk bk sudah langganan baginya.
Bagaikan air dan minyak yang tidak pernah bersatu, Elang dan papanya tidak pernah akur karena sebuah masalah. Papanya sudah muak dengan kenakalannya, hingga tiba-tiba menjodohkannya dengan seseorang.
Adzkia Kanaya Smith, anak baru di SMA Bintang Alam. Penampilannya yang culun ternyata menyimpan segudang rahasia. Tujuannya pindah sekolah karena ingin balas dendam pada seseorang. Dan takdir seakan berpihak padanya, ia di nikahkan dengan pria yang di incarnya.
"Ini akan menyenangkan," gumamnya sambil tersenyum smirk.
~HAPPY READING~
UP SEHARI 2X
PUKUL: 00.00 & 01.00
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon risma ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 8
Bogor, 6 Agustus 2024
Di dalam sebuah rumah yang tidak begitu luas. Kia duduk diam di samping Elang, dengan detak jantung yang berdegup kencang. Ia memejamkan matanya sejenak sambil memilin jemarinya karena merasa gugup.
Hari ini mereka akan melakukan acara sakral, ijab kabul pernikahan. Tanpa dekor, hanya dengan gamis putih dan polesan make-up tipis. Hanya terdapat penghulu, wali hakim dan beberapa saksi. Sengaja Kia yang meminta Leon, untuk melakukannya secara tertutup di rumahnya.
Berbeda dengan Kia yang sangat gugup. Elang di sampingnya terlihat biasa saja dengan wajah cool nya. Yang padahal sebenarnya ia juga gugup, keringet dingin mengalir membasahi kemeja putihnya. Mungkin jika tidak menggunakan jas, akan sangat terlihat. Apalagi merasakan kain putih yang menutupi kepala mereka, jantungnya berdegup semakin kencang. Ini nyata, acara sakral yang seharusnya di lakukan sekali seumur hidup. Ini malah di lakukan seperti main-main.
Elang mulai menjabat tangan pria paruh baya di depannya, selaku wali hakim. Saat penghulu sudah selesai mengajarinya dan membacakan do'a untuk mereka. Keduanya mulai mengucapkan kata-kata sakral secara bergantian. Elang yang gugup membuatnya salah mengucap. Dan akhirnya harus mencobanya lagi.
"Tarik nafas pelan, tenangin diri dulu. Jangan buru-buru," ujar penghulu karena sudah dua kali ia gagal.
Sekali lagi ia gagal mengucapkannya, mungkin pernikahan mereka tak bisa di lanjutkan sekarang. Elang menghela nafas kasar, matanya terpejam sejenak. Lalu kembali menjabat tangannya sambil mengangguk mantap, saat penghulu bertanya tentang kesiapan dirinya.
Elang menarik nafasnya dalam saat pria di hadapannya mulai berucap. Hentakan tangan keduanya mengayun bersamaan dengan suara lantangnya.
"Saya terima nikah dan kawinnya Adzkia Kanaya Smith binti William Smith dengan mas kawin tersebut di bayar, tunai!"
"Gimana para saksi? Sah?"
"Sah!" jawab kedua saksi secara serempak.
"Alhamdulillah, secara agama kalian berdua telah sah menjadi pasangan suami istri."
Penghulu pun kembali melafalkan do'a. Kia mengangkat tangannya sambil menunduk, tanpa sadar air matanya menetes pelan. Ia rela melakukan semua ini karena seseorang yang di sayangnya. Menikah secara tiba-tiba dengan seseorang yang tidak di cintainya, tanpa dekorasi dan gaun indah impiannya.
Beberapa menit berlalu, suasana di rumah ini menjadi sepi. Hanya terdapat pasangan pengantin baru dengan sang papa. Sedari tadi pasutri itu hanya diam tanpa bersuara, masih tak menyangka sudah menikah. Walaupun hanya siri, mereka sudah sah secara agama.
"Kalian udah nikah, belajarlah lebih dewasa. Harus saling mengerti dan hilangin ego masing-masing. Kalau ada masalah sebesar apapun, hadapi dengan kepala dingin. Selesaikan baik-baik," nasihat Leon yang di angguki oleh Kia.
"Hm," Elang hanya berdehem pelan.
"Iya, Om."
"Jangan panggil Om dong, panggil Papa," pintanya yang membuat Elang memutar bola matanya.
"Iya O--Papa," ucap Kia gugup.
"Gue udah nikah dan pengen belajar mandiri. Jadi, balikin apartemen gue!" ujar Elang to the point.
"Baiklah, Papa udah hubungin orang untuk kembali mengganti pin nya."
"Nice, sekarang lo siap-siap! Lo harus ikut gue!" titah Elang yang membuat Kia mengerutkan keningnya.
"Ikutlah, dia sekarang suamimu," ucap Leon memastikan.
Kia menghela nafas pelan. Dan mulai beranjak dari duduknya berniat untuk berganti baju dan beres-beres. Rasanya ia sangat tidak rela harus meninggalkan rumah ini. Rumah sederhana dengan sejuta kenangan indah bersama orang-orang tersayangnya.
"Gue udah turutin kan? Sekarang balikin gelangnya!" pinta Elang pada papanya, setelah kepergian Kia.
"Kamu ini gak sabaran banget! Nih," Leon memberikan sebuah gelang kecil yang dengan cepat langsung di rampas olehnya.
Usai Kia membereskan baju dan barang-barang pentingnya. Ketiganya langsung pulang ke kediaman Wesley. Elang berniat mengambil barang-barangnya karena hari ini akan langsung pindah ke apartemen.
Elang sudah tidak sabar untuk pergi dari rumah bagaikan neraka ini. Elang ingin bebas, tidak terus-terusan di kekang oleh pria brengsek itu. Rumah yang tidak pernah memberikannya kehangatan.
"Kenapa gak nginep dulu aja di sini?" tanya Leon merasa tidak ikhlas anaknya itu benar-benar akan pergi dari rumahnya yang sudah pasti jarang main lagi ke sini.
Memang saat Leon mengubah hari pernikahannya. Elang kekeh meminta untuk tinggal di apartemen setelah mereka menikah.
"Gak perlu!" jawab Elang dengan ketus.
"Oke-oke, Papa percaya sama kamu. Kia jika Elang macem-macem, lapor aja ke Papa."
"Iya, Pa."
"Ini mobil hadiah pernikahan kalian, dari Papa," Leon memberikan sebuah kunci mobil pada Elang.
Yang membuat pria itu hanya diam dengan alis di angkat. Tumben Papanya baik memberinya mobil, selama ini Elang tidak punya mobil. Dan dia baru ingat motor satu-satunya berada di markas. Awalnya Elang ke apartemen ingin memesan grab. Tapi keberuntungan berpihak padanya, lumayan dapat mobil.
"Thanks."
"Inget, jangan buat Kia hamil dulu. Kalian belum lulus!" ucap Leon mengingatkan.
"Di nikahin buat di hamilin!" sahut Elang dengan lantang.
"Kuy culun! Kita buat anak banyak-banyak!"
"Biar si tua ini puas!!"
Elang menarik Kia berlalu pergi meninggalkan Leon yang terlihat kesal. Lalu masuk ke dalam mobil barunya. Selama dalam perjalanan hanya ada keheningan di antara mereka. Suasana begitu canggung, Kia hanya diam, begitupun dengan Elang memilih fokus menyetir.
"Seneng kan lo bisa nikah sama cowo tampan dan seksi kek gue?" ucapnya dengan kepedean tingkat dewa, mencoba memecahkan keheningan.
"Inget ya, lo harus tutup mulut! Di sekolah, anggap kita gak saling kenal!" lanjutnya.
Elang menoleh ke Kia karena dari tadi tak ada jawaban darinya, "Bodoh! Dari tadi gue ngomong dia malah tidur!"
Karena sangat mengantuk dan suasana begitu canggung. Kia memilih tertidur, semalam dirinya tidak bisa tidur karena terus memikirkan pernikahannya.
Setelah beberapa menit berlalu. Mobil yang Elang kendarai telah sampai di sebuah gedung apartemen. Elang menoleh ke samping melihat Kia yang masih tertidur pulas.
"Bangun! Udah nyampe!"
Gadis itu tak kunjung bangun. Elang melepaskan seatbelt nya, lalu mendekat berniat untuk menepuk pipinya. Namun, Elang malah terdiam memperhatikannya. Menatap wajahnya yang damai dan menenangkan saat tertidur. Tatapannya tertuju pada bibir tebalnya dengan belah di tengah, lalu pada pipi nya yang sedikit chubby, hidung mancungnya dan semakin naik hingga ....
Blam!
Deg!
Kia dengan tiba-tiba membuka matanya, tepat saat Elang menatap mata indahnya. Pandangan mereka saling bertemu beberapa saat. Entah mengapa jantungnya berdebar-debar.
"K-kamu mau apa?" tanya Kia yang membuat Elang tersadar dan langsung memundurkan tubuhnya kembali duduk di kursinya.
"Jangan ge'er ya! Gue cuman mau bangunin lo, sama sekali gak ada niatan sentuh tubuh kerempeng lo!" tuturnya sambil mengalihkan pandangan mencoba menenangkan jantungnya yang masih berdebar.
'Kurang ajar! Lihat tubuh asli gue yang aduhai, apalagi tanpa busana. Bisa gila lo!'