My Love Rafa Aditya

Rafa masih memeluk tubuh Ira. Saat berada di dekat Ira rasa nyaman di dalam tubuh menghampiri. Rafa langsung terlelap dalam mimpi.

Ira merasa kehausan, saat akan pergi mengambil minum Ira sadar ada lengan yang memelukknya dengan erat.

"Rafa...," Ira memandang wajah suaminya yang polos dengan teliti.

Aku selalu mencintaimu, tetapi sepertinya kenyataan tidak akan berpihak kepadaku. Walaupun aku mengandung anakmu. Tetapi rasanya aku tidak memiliki suami. Kamu menghabiskan banyak waktu dengannya. Agar misimu berhasil. Tapi kamu menelantarkan aku dan anak ini. Ucap Ira dalam hati dan mengelus perutnya.

Setelah minum air putih. Ira melanjutkan tidurnya.

Sura kicauan burung terdengar sangat gaduh, SSSRRREEEKK.... Ira membuka tirai cendela kamarnya. Melihat Mang Aan memberikan pakan pada semua hewan.

Ira segera turun ke lantai satu. Tanpa membangunkan Rafa, karena hari minggu jadi Ira membiarkan Rafa tertidur.

Ira juga memberi pakan untuk ikan-ikan yang ada di kolam. Ira duduk di atas kolam yang ada jembatan kecil.

"Apa kamu bahagia tinggal disini?" Ira bertanya pada ikan-ikan yang sedang melahap pakan yang di berikan Ira.

Rafa yang baru bangun, langsung mencari Ira. Melihat Ira tidak ada di kamar. Segera Rafa menuruni anak tangga.

DDEEGGHH..., jantung Rafa sakit saat melihat Ira yang melamun dengan tatapan kosong menatap kolam ikan.

Raut wajah Ira begitu sangat menyedihkan pagi ini. Tidak seperti kemarin sebelum Rafa membuat kesalahan.

Rafa segera mendekat dan memeluk pinggang Ira.

"Maafkan aku Ira." Memcium pipi Ira.

Ira hanya diam tanpa menjawab.

"Maafkan aku." Rafa mengulangi ucapannya. Tetapi Ira tak bergeming.

Ira melepaskan pelukan Rafa dan berlalu pergi. Mang Aan yang melihat keduanya tidak akur ada rasa hawatir dalam dirinya.

Rafa mengejar Ira dan berusaha menjelaskannya. Ira yang hanya menatap sekilas wajah Rafa ingin sekali menamparnya sampai puas.

Ira berdiri dari duduknya dan langsung melayangkan dua tamparan ke Rafa.

PPLLAAKK... PLAKK.... Rafa menerima tamparan Ira.

"Ini tidak seberapa dengan luka yang kamu ukir di hatiku Rafa. Apa kamu tidak memikirkan anakmu?" ucap Ira membara.

"Siapa yang tidak memikirkan anak?" tanya Meisie yang baru masuk rumah Rafa.

"Kamu memberitahu wanita itu rumahmu?" tanya Ira yang tak habis pikir dengan kelakuan Rafa. Ira menggeleng-gelengkan kepalanya tidak percaya.

Rafa hanya mengangguk.

Ira segera lari saat melihat Meisie merangkul lengan Rafa dengan erat, sementara Rafa membiarkannya. Agar aktingnya berhasil.

Ira lari ke lantai 4 rumah Rafa. Ia menangis sesengukkan di balkon saat melihat Rafa dan Meisie masuk satu mobil.

Rafa terlihat sudah berpakaian rapi. Segera memasuki mobilnya dan melajukan kendaraannya keluar rumahnya.

Mang Aan sudah di beri pesan agar menjaga Nona Ira di rumah.

Ira yang tidak suka di kekang di rumah diam-diam keluar, sebelum keluar ia memberi obat tidur kepada Mang Aan dan 2 pembantu lainnya dengan cara diberi teh hangat. Dan ada satu kepercayaan Ira tidak di beri obat tidur.

"Mbak Tina, tolong pasang plat mobil ku. Cepat ya Mbak aku mau siap-siap dulu." Ira memberikan plat tersebut ke Tina.

Tina segera menerima dan memasangnya. Tidak sulit menganti plat tersebut, sebab hanya memasukkannya ke kotak tempat plat mobil.

"Kenapa ya Nona menggunakan plat palsu, jika ketahuan bagaimana?" Tina hawatir dengan Ira.

Ira yang sudah siap langsung memberi tips pada Tina, Tina menolak tips yang di berikan karena gajinya satu bulan sudah melebihi dari cukup.

Ira tersenyum dan membisikkan sesuatu dan akhirnya Tina menyetujuinya.

Ira tertawa dalam hati.

Walaupun kamu orang kepercayaanku, tapi aku masih ragu denganmu Tina. Maaf aku hanya bisa mengancammu dengan ini. Aku masih perlu bantuanmu untuk melancarkan misiku ini dan untuk membongkar siapa yang menyuruhmu datang kemari. Dalam batin Ira.

Ira segera mengenakan kaca mata hitamnya. Ira berpenampilan sangat menarik saat ini. Orang yang melihatnya mungkin tidak akan sadar jika ia sudah menikah bahkan berbadan dua.

Ira melajukan mobilnya kearaah perusahaan Rudi, orang yang menabrak orang tua Rafa yang tidak mau bertanggung jawab.

Ira ingin tahu apa yang ada di perusahaan tidak terlalu besar ini. Bagaimana karyawannya yang berkerja di sini.

Tidak sengaja ada seseorang yang menabraknya. Orang tersebut meminta maaf kepada Ira. Ira hanya menatap sekilas. Orang tersebut bergegas pergi dan masuk kedalam mobilnya.

"Kenapa aku tidak asing dengan orang itu, sepertinya aku pernah melihatnya di foto. Ya di foto album, wajahnya seperti Papa. Apa benar Papa ada di Indonesia?" Ira binggung dengan dirinya sendiri.

Segera Ira mencari ruangan Rudi. Ira bertanya kepada resepsionis.

"Mbak saya mau tanya ruangan Tuan Rudi dimana ya?" Ira menatap wajah resepsionis tersebut.

"Maaf Nona apa sudah membuat janji dengan Pak Rudi?" tanya Mbak resepsionis.

"Tadi saya sudah telpon, katanya suruh datang kesini Mbak!" jawab Ira berbohong.

"Baiklah Nona silahkan masuk. Ruangan Pak Rudi ada di lantai dua." Dengan menunjukkan arah tangga.

"Terimakasih Mbak!" Ira tersenyum dan langsung menuju lantai 2. Ada tulisan ruangan Direktur Rudi. Ira segera mengetuk pintu ruangan Rudi.

"Masuk..." Rudi menatap siapa yang datang.

"Ooohhh Nona muda dari keluarga Chand. Apa kabarmu Ira." Langsung menyalami Ira.

"Kamu jangan sebarangan menyebut aku Nona muda dari keluarga Chand. Aku bukan salah satu keluarganya!" Ira segera duduk dan melipat tangannya di dadanya.

"Apa kamu tidak tahu jika Papamu adalah Aldo Chand?" tanya Rudi tidak percaya.

"Kamu jangan mengarang, bahkan namanya saja tidak ada dalam memoriku! aku tidak mau basa basi denganmu. Ayo cepat akui kesalahanmu. Dan segeralah ke kantor polisi saat ini juga." Ira diam-diam merekam percakapannya dengan Rudi.

"Kenapa kamu menyuruhku datang kesana. Seharusnya suamimu yang datang kesini dan menyuruhku." Rudi memutar-mutarkan ponselnya.

"Oke aku akan menelponnya saat ini." Ira mengeluarkan ponselnya, saat akan memencet tombol panggilan tangan Ira di hentikan oleh Rudi.

"Apa yang kamu lakukan?" Rudi menatap tajam wajah Ira.

"Mau menelpon suamiku, apalagi!" menepis tangan Rudi.

"Jika kamu menelpon dia saat ini. Kamu pasti akan di ceraikan Rafa saat ini juga. Apa kamu mau menjanda Ira?" ucap Rudi tertawa renyah.

Ini orang benar-benar licik, apa maksudnya dari kata-kata barusan. Dalam batin Ira.

"Aku akan memberimu sebuah teka teki Ira. Tapi tidak untuk saat ini. Pikirkan dengan tenang jika kamu siap bercerai dengan Rafa." Mengancam Ira.

"Apa sih maksud kamu, dari semua perkataanmu, aku berterus terang tidak memahaminya Rudi?" ucap Ira penasaran.

"Nanti, jika waktunya sudah tepat aku beri tahu kamu, untuk saat ini aku ingin menikmati harta yang melimpah ini dari Papamu!" menyalakan pematik api dan segera menghisap rokok.

Ira yang sudah kesal dengan ucapan Rudi bergegas pergi. Saat berada di dalam mobil, Ira tidak sengaja melihat Rafa dengan Meisie keluar dari mobil menuju lobby kantor milik Rudi.

"Sepertinya pernikahanku akan jadi taruhan. Hhaaahhhh......, permainan apa ini. Siapa yang memainkan catur di kehidupanku ini?" Ira segera melajukan mobilnya.

Bersambung.

Maaf jika masih ada beberapa typo teman-teman. Dukung author yaaa dalam berkarya.