"Kita tidak akan pernah berpisah," janji Damian.
Tapi janji tak semudah itu untuk ditepati, saat masih anak-anak dan sama-sama ditawan oleh penculik mereka saling memeluk erat.
Tapi beberapa tahun kemudian mereka kembali dipertemukan dan seperti orang asing.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lunoxs, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
WSTM Bab 30 - Harus Mengambil Langkah
"Siapa yang menelpon mu?" tanya Helena, awalnya mereka duduk bersama di ruang tengah. Ada juga Rachel dan Tante Jilliana bersama mereka.
Tapi saat telepon Damian berdering, pria itu justru menjauh demi mengangkat panggilan telepon tersebut. Tak biasanya seperti ini, bahkan biasanya panggilan penting pun Damian tak akan menjauh. Damian akan tetap membiarkan dia dan yang lain mendengar.
Helena lupa bahwa waktu terus berjalan, waktu bisa berubah orang, dan pada saatnya mereka akan memiliki kehidupan masing-masing.
"Jangan begini Hel, aku jadi merasa tidak enak dengan temanku. Kami masih saling menelpon dan kamu menyela," kata Damian.
Helena lantas menelan ludahnya dengan kasar mendengar kalimat tersebut, dia sadar tindakannya memang tidak sopan.
"Maaf Dam, aku hanya heran kenapa kamu harus pergi."
"Kamu bisa bertanya ketika aku sudah selesai menelepon, bukan seperti ini."
"Iya aku salah, maafkan aku," balas Helena yang tak ingin membuat Damian marah, dia jadi mengurungkan niatnya untuk kembali bertanya tentang siapa yang di telepon oleh Damian.
Akhirnya hanya bisa mengikuti langkah pria itu untuk kembali ke ruang tengah.
"Mom, aku naik dulu ya," pamit Damian.
"Iya sayang," jawab mommy Jilliana dengan gampangnya, karena dia pun tengah asik menonton drama kesukaannya bersama sang anak gadis.
Mommy Jilliana tidak sempat melihat wajah Helena yang nampak murung. Bahkan makin murung ketika melihat Damian justru pergi meninggalkan dia sendiri.
Helena sungguh rindu kebersamaan mereka yang dulu. Rasanya dulu mereka seperti tak akan terpisah, tapi sekarang seolah ada jarak.
"Tante, aku pamit pulang saja ya," kata Helena kemudian.
"Loh kok buru-buru, memangnya kamu mau kemana?" balas Tante Jilliana.
"Tidak kemana-mana, hanya mengantuk."
"Tidur di kamarku saja, Kak," sahut Rachel kemudian.
Helena mencebik, tapi pada akhirnya dia mengangguk. Tidak jadi pulang dan tidur di kamar Rachel. Tentang Damian memang sangat mengecewakan dia akhir-akhir ini, tapi Tante Jilliana, Rachel dan om Bastian selalu memperlakukannya dengan baik.
*
*
Di tempat lain, Ainsley dan Zen sudah pergi untuk mulai memelihat beberapa ruko yang bisa mereka lihat. Teman Zen yang bernama Reino juga ikut datang. Reino tinggal di daerah sini, jadi banyak tau tentang harga dan tempat yang aman nyaman.
"Kak Ains, ini ruko yang aku rekomendasikan," kata Reino dengan antusias, satu frekuensi dengan Zen yang memiliki jiwa bisnis.
"Kenapa merekomendasikan ruko ini pada kakak?" tanya Ainsley pula, setelah turun dari motor mereka mulai berjalan mendekati ruko tersebut.
"Di sini memiliki area parkir paling luas, orang-orang akan lebih nyaman berbelanja di sini. Tidak pusing memikirkan kendaraan mereka diletak dimana," jelas Reino.
Ainsley tersenyum, dia senang sekali Zen memiliki teman seperti Reino. Membawa Zen ke dalam pergaulan yang lebih baik. Dulu Zen hanyalah anak jalanan.
"Baiklah, ayo kita temui makelarnya," jawab Ainsley.
Hari ini mereka sibuk sekali, ruko itu memang bagus dan sangat cocok untuk usaha mereka. Tapi sebanding juga dengan harga yang di tawarkan.
"Kita cari yang lain saja Kak," bisik Zen, uang mereka mungkin cukup untuk menyewa ruko tersebut, tapi bukan hanya memikirkan sewa ruko, mereka juga harus memikirkan uang untuk mengisi ruko tersebut. Yang jelas modalnya akan jauh lebih besar.
"Kamu suka ruko ini?" tanya Ainsley.
"Suka, tapi lebih baik kita cari tempat yang lain dulu."
"Bagaimana Pak? harganya bisa di kurangi tidak?" tanya Ainsley kemudian.
Dan melihat perdebatan kakak beradik tersebut akhirnya sang makelar menurunkan harga sewa, "Baiklah, akan saya turunkan jadi 40 juta per tahun," jelas sang makelar, ruko 1 lantai yang cukup luas, bahkan ada dapur dan kantor sederhana di bagian belakang.
"Saya ambil, Pak," kata Ainsley.
Dia juga sangat yakin tentang keputusan ini. Mereka tak bisa terus berjalan di tempat, harus mengambil langkah untuk memperbaiki hidup.