Anabela Velove gadis cantik yang kini beranjak dewasa. Selama ini dia hanya hidup berdua dengan daddy angkatnya. Dia tak pernah tahu, kalau laki-laki yang selama ini menyayanginya, adalah orang yang menyebabkan dia kehilangan orang tuanya.
Sampai suatu malam, akhirnya dia tahu kalau Benigno Amstrong adalah orang yang menyebabkan dia kehilangan kedua orang tuanya untuk selamanya. Anabela pun akhirnya tahu, kalau Daddy angkatnya seorang Mafia kejam.
Bagaimana kisah mereka selanjutnya? Mampukah takdir menyatukan mereka? Akankah Anabela memaafkan Benigno, menghapus rasa dendamnya atas kematian kedua orang tuanya? Ikuti kisahnya di karya "Terjerat Cinta Daddy Mafia."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SyaSyi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menghindar
"Berani-beraninya kamu, ingin bersaing denganku," Alena berkata dalam hati.
Ana langsung menyambar tasnya dan memasukkan ponselnya ke dalam tasnya. Dia memilih untuk pergi, daripada harus melihat keromantisan daddynya dengan saingannya itu.
Alena tersenyum penuh kemenangan, karena Ana akhirnya pergi meninggalkan Mansion. Kini tak ada lagi penghalang baginya. Dia salah. Mungkin Alena tak ingat, kalau Benigno meminta dia bersikap romantis. Jika ada Ana diantara mereka.
"Daddy kira, aku tak bisa berdandan layaknya wanita dewasa? Selama ini Daddy selalu melarang aku berpakaian seksi. Tapi ternyata, Daddy justru menyukai wanita berpakaian seksi. Sungguh tak adil!"
Selama dalam perjalanan, dia terus saja menggerutu.
Dengan beraninya, Alena memasuki kamar Benigno. Dia melihat Benigno yang masih tertidur nyenyak. Alena berjalan menghampiri Benigno. Baru saja dia hendak mencium bibir Benigno, Beniqno terbangun dan mendorongnya dengan kasar. Membuat Alena terjungkal ke belakang.
"Berani sekali kamu, mengambil kesempatan! Siapa yang menyuruh kamu ke sini?" pekik Benigno.
Benigno bangkit dan duduk sambil memegang kepalanya yang terasa sakit.
"Bukannya kamu kemarin menyuruh aku datang pagi ke sini? Aku hanya ingin menjalankan tugasku saja," sahut Alena, sambil berusaha bangkit berdiri.
"Memangnya, ini sudah pagi?" tanya Benigno memastikan.
"Ya. Bahkan anak angkat mu sudah berangkat ke kuliah," jawab Alena.
"Ana yang kamu maksud?" Benigno bertanya.
"Tentu saja. Siapa lagi? Memangnya, kamu punya anak angkat banyak?" Alena berkata ketus.
"Sepertinya, dia sangat cemburu melihat kedekatan kita. Tadi pun dia pergi dengan perasaan kesal melihatku," timpal Alena.
Benigno beranjak turun dari ranjang, dan mengusir Alena dari kamarnya. Namun, Alena tak patah semangat. Dia akan tetap menunggu Benigno turun dari kamarnya.
"Demi segalanya, aku akan menghapus perasaan kesal aku kepadamu. Aku yakin, sebentar lagi aku akan menjadi Nyonya di rumah ini. Dengan begitu, aku bisa dengan mudah menendang dia dari sini," Alena berkata dalam hati.
Ana baru saja sampai di kampusnya. Sejak datang dia sudah menunjukkan wajah tak bersemangat.
"Kemana saja kamu, An? Kami pikir, kamu tak akan kembali kuliah," sindir Angelica.
"Sepertinya, kalian sudah tak menginginkan kehadiran aku di sini. Bahkan kalian terlihat biasa saja, saat bertemu aku lagi. Teman macam apa kalian ini? Baiklah, jika kalian maunya begitu. Mulai sekarang, hubungan persahabatan kita putus! Aku tak ingin memiliki sahabat seperti kalian," Ana berkata ketus meluapkan perasaan kesalnya.
Ana beranjak bangkit dari tempat duduknya, hendak pergi meninggalkan tempat itu. Perasaannya bertambah kesal, saat Dave datang menghampirinya.
"An, tunggu! Aku ingin bicara padamu!"
Dave berlari mengejar Ana, dan kini berdiri tepat di hadapannya.
"Mau apalagi? Tak ada yang perlu kita bahas lagi! Semua sudah jelas. Lagipula, aku pun tak benar-benar mencintai kamu," Ana berkata ketus.
"Aku cinta sama kamu, An. Semua terjadi, karena kamu selalu menolakku. Andai saja kamu tak menolakku, aku tak akan melakukan hal itu dengan wanita lain. Aku mohon, An! Tolong maafkan aku!" Dave memohon.
"Dasar laki-laki gi*la!" Ana berkata, dia pun mendorong tubuh Dave dengan kasar. Dave yang saat itu tanpa persiapan, langsung terjatuh.
Ana langsung pergi meninggalkan Dave begitu saja. Tak mempedulikan Dave yang terus memanggilnya.
"Breng*sek! Awas saja kau Ana! Aku akan membalasmu. Aku akan membuat kamu, jatuh ke pelukanku!" Dave mengepalkan tangannya, merasa tak terima.
Mood Ana semakin buruk. Baginya, semua menyebalkan. Namun, tak ada pilihan lain. Mau tak mau dia harus kembali ke Mansion. Dia harap, daddy dan Alena sudah pergi meninggalkan Mansion.
"Sungguh malang sekali nasibmu, Ana. Tak ada satu orang pun yang mempedulikan perasaanmu."
Ana sudah sampai di Mansion, dan do'anya terkabul. Dia tak melihat mobil daddynya ada di parkiran. Itu tandanya, daddynya sudah pergi bekerja. Dengan perasaan malas, dia langsung masuk ke dalam menuju kamarnya.
Sesampainya di kamar, dia menghempaskan tubuhnya ke ranjang. Hari ini dia memilih tidak kuliah kembali.
Benigno sudah berada di perusahaan, sedangkan Alena sudah diusir olehnya. Andai saja tak ada meeting hari ini, pasti dia akan memilih bersantai di Mansion.
"Entah kenapa. Aku merasa ada yang aneh dengan hubungan Daddy dengan Alena. Apa mungkin, mereka hanya berpura-pura saja?"
Tiba-tiba saja Ana terpikir, kejanggalan yang dia rasakan. Dia berniat mencari tahu.
"Tapi, untuk apa Daddy seperti itu? Apa karena dia ingin menghindar dari aku?" Ana bermonolog kembali.
