Memiliki kecantikan dan kepintaran saja tidak cukup untuk membuat ibu mertuanya senang padanya. Elleana Bella, seorang wanita karier dan juga ibu yang baik untuk putranya.
Namun ia selalu di cap sebagai menantu yang buruk oleh ibu mertuanya, bahkan suaminya pun selalu memojokan dan menyalahkan dirinya dalam segala hal dan selalu membenarkan kata-kata ibunya.
Bagaimana cara Bella menghadapi sikap toxic ibu mertuanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon QueenMama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30
"Kasihan sekali, di umurnya yang sekecil ini dia sudah melihat hal-hal yang tidak seharusnya ia lihat. Bella aku tidak pernah menyangka bahwa pernikahan mu dan suamimu akan serumit ini." Batin Bagas terus bermonolog.
Begitu juga dengan Zayn yang kini sudah menerka bahwa papanya pasti kembali membuat sang mama kembali bersedih. "Kenapa papa tidak pernah bisa berubah? mengapa dia terus menggangu kehidupan kami, sungguh aku tidak menyukai hal ini." Kini Zayn menatap wajah sahabat mamanya dengan tatapan penuh arti.
"Uncle apa kau tidak berniat untuk menjadi ayahku?" Tanya Zayn dengan wajah polosnya, membuat Bagas langsung terbatuk mendengar ucapan bocah kecil yang ada fi hadapannya saat ini.
"Apa maksudmu?" Bagas sedikit gugup menatap wajah Zayn yang kini memandang lurus ke depan.
"Sudahlah lupakan saja, ayo cepat! aku pasti bisa mengalahkan mu dengan mudah, jadi bersiap-siaplah." Zayn menantang Bagas.
"Baiklah bocah kecil aku pasti akan mengalahkan mu kali ini." Bagas pun kembali pokus dengan permainannya.
Bagas dan Zayn kembali melanjutkan permainan game mereka, sedangkan Abimana tetap berada di rumah itu dan menunggu Bella sampai ia keluar dari dalam kamarnya.
"Yang pria itu katakan memang ada benarnya juga, selama ini aku memang tidak bisa menjaga perasaan ku pada keluarga ku, aku mudah marah saat aku merasa lelah. Dan aku juga tak pandai memahami bagai mana lelahnya menjadi seorang ibu sekaligus istri yang tangguh seperti Bella. Aku terlalu bodoh dan naif, hingga inilah akibatnya. Keluarga kecilku pergi meninggalkan aku dan aku disini berdiri kesepian sendirian tanpa mereka." Sesal Abimana.
Abimana mulai mengingat kembali kala ia berbuat kasar dan seenaknya pada Bella. Bahkan ia tak pernah mendengar alasan istrinya. Tangisan dan rintihan Bella saat itu tak membuat Abimana terbuka hatinya.
Saat itu Abimana hanya percaya pada ucapan sang ibu dan selalu menghakimi istrinya tanpa tahu sebab dan penyebabnya. Hingga dengan sadar ia sudah membuat luka yang begitu dalam di kehidupan anak dan istrinya.
Kini Abimana baru tersadar setelah istrinya memilih untuk pergi dan mengakhiri hubungan pernikahan mereka. Begitu pula dengan putranya yang lebih dekat dan nyaman dengan pria lain, di bandingkan dengan Abimana yang merupakan ayah kandungnya.
"Go... Go.. Go..."
Suara teriakan keseruan Zayn kini terdengar jelas di telinga Abimana, hingga ia mulai penasaran dan berjalan menghampiri ruangan tersebut.
"Yeayy.. Aku menang! uncle harus membelikan ku eskrim selama satu minggu kedepan." Seru Zayn dengan wajah sangat terlihat bersemangat .
"Oke jagoan! sepertinya aku harus melakukan pemanasan setelah ini agar aku bisa mengalahkan mu." Bagas mengacak-acak rambut Zayn dengan gemas.
"Uncle jangan menghilangkan kadar ketampananku! mama sudah susah payah untuk menata rambutku sampai seindah ini." Zayn menjauhkan tangan Bagas dengan wajah mengerucut.
"Astaga Zayn, sebaiknya kau cukur saja! buang rambut jelek ini, kau akan terlihat lebih tampan setelah mencukur nya." Bagas semakin gencar menggoda Zayn.
Bagas menggelitik perut Zayn dan membuatnya tertawa lepas. "Sudah! hentikan uncle, ini sangat geli sekali." Zayn tak bisa berhenti tertawa karena ulah Bagas.
Sedangkan Abimana yang kini berada di ambang pintu hanya memperhatikan putranya dengan tatapan nanar. "Zayn papa rindu, apa kamu tidak merindukan papamu ini." Abimana mulai meneteskan air mata nya dan perlahan menjauh dari tempat itu dan kembali ke ruang tamu.
Abimana terus terisak meluapkan segala kesedihan dan penyesalan dalam hatinya. Saat ini ia benar-benar rapuh karena Zayn telah mengacuhkannya. Hingga ia tak sadar seseorang kini sedang berdiri tak jauh darinya dan menatapnya dengan tatapan yang tak dapat di jelaskan.
Setelah beberapa menit kemudian, kini Zayn dan Bagas pun keluar dari ruangan itu dengan wajah berbinar ceria.
"Uncle, dimana mamaku?" Zayn mulai celingukan mencari keberadaan sang mama.
"Mungkin mama mu sedang beristirahat boy."
"Lalu bagai mana dengan aku yang sudah sangat kelaparan ini?" Zayn mengusap perutnya yang terus berbunyi meminta untuk di isi.
"Kau tunggu disini aku akan membelikan makanan untuk mu sebentar. " Pamit Bagas yang langsung di hentikan oleh Abimana.
"Tidak perlu! Zayn papa akan membuatkan sesuatu untukmu duduk dan tunggulah saja. Kini Abimana pun langsung berlalu ke dapur Bella untuk mempersiapkan makan yang untuk putranya.
"Aku rasa ini adalah waktu yang baik untuk mendekat diriku dengan putraku." Guman Abimana yang kini mulai bersiap memasak untuk putranya.
Sedangkan Bagas hanya bersedekap dada menatap Abimana dengan tatapan yang tak dapat di artikan.
Setelah menunggu beberapa menit kini makanan yang di buat Abimana pun susah tersaji di hadapan putranya.
Zayn sedikit meragukan tampilan makanan yang ada di hadapannya, namun ia pun terpaksa harus mencicipinya dengan sedikit ragu. Perlahan Zayn memasukan makanan itu ke dalam mulutnya.
Namun tanpa di duga kini Zayn kembali mencoba masakan itu dan memakannya sampai tak tersisa. "Ini sangat enak, terima kasih papa." Ucap Zayn yang kini membuat Abimana tersenyum penuh haru.
"Jika kau mau, aku akan memasak untukmu setiap hari bahkan tak hanya itu, aku juga akan mengantarkan dan menjemput sampai di tempat tujuan." Abimana tersenyum memamerkan deretan gigi putih.
"Tidak perlu repot ,karena setiap hari mama memasak .
**
Sefangkan di Di rumah ibu Maya merasa sangat keharusan dan kelaparan, namun sejak tadi perawat yang merawat nya hanya diam dan terus memainkan ponsel nyandengan tawa reyah nya.
Sedangkan Ibu Maya terus berusaha sekuat mungkin untuk mengambil air yang tak jauh dari tempatnya duduk saat ini.
"Abi..! Abimana dimana kamu nak? tolong ibu?" Ibu Maya terus berusaha untuk berteriak memanggil putranya berharap bahwa akan ada seseorang yang membantu nya saat ini.
Namun nyatanya tak ada satu orang pun yang tahu tentang hal itu. Perawat ibu Maya kini tertidur dengan earphone yang menempel di telinganya. Sedangkan Ibu Maya terus berusaha untuk mengambil apa yang ia butuhkan saat ini.
"Aku pasti bisa!" Ibu Maya mengerahkan seluruh tenaganya mencoba mulai menggerakkan tangannya walau pun hasilnya tak seperti yang ia harapkan.
"Beginikah rasanya terzalimi? aku yakin ini adalah karma karena aku selalu menyakiti hati dan perasaan menantuku selama aku masih sehat dulu." Ibu Maya menghela nafas kasar lalu ia pun mulai memejamkan matanya menahan rasa lapar dan haus yang ia rasakan saat ini.
Sudah beberapa kali ibu Maya mencobanya untuk memejamkan matanya, namun ia tak bisa karena rasa lapar dan haus semakin menyiksan dirinya
Kini ibu maya punkembali pada niat utamanya agar bisa menggerakkan tangannya. Hingga kini ia pun hampir terjatuh jika seseorang tak menahan tubuh kakunya dan memberinnya minum.
"Minumlah." Ucapnya orang yang kini memberi ibu Maya minum.
Bersambung