Xuan Jian adalah putri yang terlahir dari selir kesayangan kaisar Wei Huang, namun memiliki nasib yang sangat buruk.
Dia bersama sang ibu, selir Xuan Yang diasingkan di sebuah paviliun yang paling buruk dan berada jauh dibelakang istana utama, dan hanya memiliki satu orang pelayan untuk mengurus seluruh kebutuhannya.
Semua orang begitu membenci keberadaannya karena dianggap pembawa sial, Xuan Jian terlahir saat gerhana matahari bersamaan dengan lahirnya putra permaisuri, namun naas sang pangeran kecil tidak bisa bertahan hidup, sehingga semua orang berfikir jika Xuan Jian lah penyebab dari semua kejadian buruk yang menimpa putra mahkota kekaisaran Jiahu itu.
Siapa yang menyangka setelah dia beranjak remaja, Xuan Jian menjelma menjadi seorang gadis yang sangat kejam, tak hanya itu...
Dia juga sangat membenci seluruh penghuni istana dan mulai membalas satu persatu orang yang telah menyakiti dirinya beserta sang ibu dengan tanpa belas kasih.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arlingga Panega, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 30
Keesokan harinya, nampak permaisuri Xue Yi mulai membuka kelopak matanya perlahan, kemudian segera berteriak memanggil para pelayannya untuk segera menyiapkan air.
Dia ingin segera membersihkan diri setelah sebelumnya dia merasakan jika saat ini seluruh tubuhnya terasa sangat lengket, akibat keringat, karena tadi malam cuaca memang sedikit lebih panas dari biasanya.
Apalagi saat ini permaisuri juga merasakan hal yang lain, tenggorokannya terasa sangat kering, perutnya juga agak mual. Perlahan-lahan permaisuri pun duduk di pembaringan, dia nampak memijat kepalanya yang agak pusing, entah apa yang telah dia makan sehingga membuat tubuhnya seolah sedikit berbeda dari biasanya.
Tak lama, Permaisuri pun segera bangkit dari pembaringan, dia ingin menyegarkan dirinya dengan membuka jendela agar segarnya angin pagi, bisa masuk ke dalam ruangan kamarnya. Meski tubuhnya serasa sedikit kurang nyaman namun tidak mengundurkan niat permaisuri untuk menikmati udara pagi.
Krieeeet...
Terdengar suara jendela terbuka, perlahan-lahan permaisuri mulai menghirup udara segar sambil sesekali membuang nafasnya dengan kasar. Namun baru saja dia akan melangkah menuju ke salah satu kursi, matanya langsung melotot horor melihat penampakan sebuah kepala yang ada di atas meja riasnya.
Permaisuri pun menjerit dengan sangat kencang sehingga para pelayan yang sedang berjaga di luar ruangan itu pun bergegas untuk segera masuk.
"Aaaaaaa...!" teriakan permaisuri menggema di seluruh ruangan, bahkan saat ini tubuhnya pun telah merosot ke lantai. Badannya yang sejak tadi terasa lemah, kini menjadi semakin lemah.
Para prajurit dan juga pelayan yang tengah berjaga di depan ruangan milik permaisuri pun bergerak masuk, mereka dengan cepat berlari menuju permaisuri dan segera memapahnya kembali ke atas peraduan.
Wajah permaisuri terlihat pucat pasi, seolah tidak ada darah setetes pun yang mengaliri tubuhnya, dia benar-benar merasa kaget sekaligus takut, terlebih saat dia melihat kepala siapa yang saat ini ada di atas meja riasnya.
"Yang mulia, apakah anda baik-baik saja?" salah seorang pelayan bertanya kepada permaisuri dengan nada yang sangat cemas.
Permaisuri hanya menganggukan kepalanya perlahan, entah kenapa sejak bangun tadi dia merasa sedikit berbeda dengan tubuhnya, tak lama dia pun segera menunjuk dengan jarinya ke arah kepala yang saat ini ada di atas meja rias.
"Segera singkirkan itu dari meja rias! Aku tidak ingin melihatnya lagi." ucap permaisuri memberikan perintah kepada para prajuritnya.
Para prajurit pun segera melirik ke arah yang ditunjuk oleh jari permaisuri, mereka nampak kaget dengan penampakan yang saat ini ada di depan matanya, namun salah seorang dari mereka, langsung mendekati kepala itu dan segera membawanya keluar, sepertinya dia tidak merasa jijik sedikitpun, sehingga menentengnya dengan sangat santai. Sedangkan permaisuri semakin mual karena penampakan itu.
Huek...
Huek...
Huek...
Terdengar suara permaisuri yang saat ini tengah memuntahkan isi perutnya, dia benar-benar merasa seolah tubuhnya telah diguncang, sehingga tak lagi bisa menahan, kepalanya juga terasa semakin pusing, hingga akhirnya dia pun dibantu oleh para pelayannya untuk kembali merebahkan diri di atas peraduannya.
Salah seorang pelayan segera berlari ke tempat di mana tabib istana berada, dia harus segera meminta tabib itu untuk memeriksa permaisuri yang saat ini tengah sakit, dia tak ingin disalahkan karena telah lalai menjaga orang nomor 2 di seluruh kekaisaran jiahu itu.
Kedatangan pelayan itu langsung disambut oleh tabib tua, dia juga bertanya ciri-ciri penyakit yang diderita oleh sang permaisuri, pelayan itu pun mengatakan jika saat ini permaisuri dalam keadaan lemah, dia merasakan pusing dan juga mual di perutnya.
Mendengar hal itu tabib tua mengatakan, jika mungkin saja saat ini permaisuri tengah kembali mengandung. Sehingga ucapan dari tabib itu akhirnya terdengar oleh para pelayan yang lain, Mereka pun segera bergegas menuju majikan mereka masing-masing, untuk memberitahu gosip terbaru dari permaisuri pagi ini.
Berita itu juga sampai ke telinga selir Xuan Yang dan juga Putri Xuan Jian, sang selir hanya tersenyum tipis, sedangkan Putri Xuan Jian langsung tertawa terbahak-bahak.
"Dasar tabib bodoh! Bagaimana mungkin dia tidak bisa membedakan antara orang yang sedang mengandung dengan orang yang keracunan? Tidak disangka ternyata tabib di istana juga bisa salah dalam mendiagnosis penyakit seseorang!" ucap Xuan Jian seraya meneguk tehnya dengan santai.
Selir Xuan Yang melirik ke arah putrinya, sebenarnya dia ingin bertanya, namun dia mengurungkan kembali pertanyaannya, karena melihat selir Xiao Xia beserta selir Feng Ling mendekati mereka di Gazebo depan paviliun Anggrek saat ini.
"Salam selir Xuan Yang." ucap kedua selir itu bersamaan seraya membungkukkan sedikit badannya.
Selir Xuan Yang pun segera membalasnya, dia juga membungkukan sedikit badannya ke arah kedua selir yang saat ini ada di hadapannya.
Xuan Jian mempersilahkan keduanya untuk ikut duduk, beberapa pelayan pun datang, mereka segera menyiapkan cemilan beserta teh untuk kedua selir, nampaknya hari ini wajah kedua selir sedikit masam, setelah mendengar berita yang dibawa oleh pelayan mereka, tentang kehamilan sang permaisuri.
"Apa kau sudah mendengar berita kehamilan permaisuri, selir Xuan Yang?" tanya selir Xiao Xia.
Selir Xuan Yang hanya menganggukan kepalanya, seraya menyunggingkan senyuman tipis. "Ya, beberapa orang pelayan telah menyampaikan berita itu padaku, semoga saja berita itu benar adanya dan permaisuri bisa kembali melahirkan anaknya dengan selamat." ucap selir Xuan Yang dengan tulus.
Selir Xiao Xia dan selir Feng Ling pun langsung saling melirik, keduanya merasa sangat aneh dengan respon dari selir Xuan Yang. Wanita itu seolah tidak terganggu dengan berita kehamilan sang permaisuri, sangat berbeda dengan mereka berdua yang sangat kesal, karena hingga hari ini keduanya belum juga diberikan keturunan.
"Apa yang kalian pikirkan? Kenapa harus berwajah masam seperti itu? Bukankah sebagai seorang selir kalian harusnya ikut bahagia dengan kabar baik ini?" tanya selir Xuan Yang kepada kedua selir Kaisar yang lain.
Selir Feng Ling segera menggelengkan kepalanya perlahan, "Kami bahkan berharap, jika kami juga bisa mengandung anak dari Kaisar." ucap selir Feng Ling sambil menatap jauh ke depan.
Kedua selir itu seolah telah kehilangan harapan untuk bisa memiliki seorang anak. "Aku yakin, suatu saat nanti Kalian pasti akan memiliki keturunan juga." ucap selir Xuan Yang.
Namun kedua selir Kaisar itu hanya menggelengkan kepalanya perlahan, kemudian mengungkapkan hal yang selama ini hanya diketahui oleh keduanya.
"Sebenarnya tabib telah memeriksakan keadaan kami berdua, hanya saja dia mengatakan jika kami tidak bisa memiliki keturunan, karena masalah yang ada di dalam tubuh kami berdua." ucap selir Xiao Xia.
Mendengar hal itu Xuan Jian hanya melirik sekilas, kemudian kembali mengangkat cangkir teh yang ada di tangan kanannya dan menyesapnya perlahan dengan sangat anggun.
"Tidak ada yang tidak mungkin jika dewa sudah berkehendak! Lagi pula apa yang terjadi dengan kalian bukan karena sebuah penyakit, melainkan karena racun yang pernah kalian makan dan tentu saja itu pasti dikirim dari paviliun permaisuri." ucap Xuan Jian dengan santai.