Dewi seorang gadis desa yang mengadu nasib ke kota, demi bisa membantu kedua orang tuanya membiayai sekolah adik- adiknya. Ia bekerja sebagai pembantu di kediaman keluarga Aditama.
Devan Aditama CEO tampan dengan sejuta pesonanya. Di usianya yang ke 32 tahun ia belum juga menikah. Hatinya telah beku untuk wanita karena pengkhianatan sang kekasih di masa lalunya. Akankah hatinya mencair akan pesona pembantu barunya.
Akankah terajut cerita cinta di antara keduanya. Ikuti alur ceritanya ya teman-teman.
Karya ini hasil karangan othor sendiri ya. Jika tidak suka cukup di skip aja ya. Tolong jangan kasih bintang 1,2 atau 3, itu bikin mood author buruk. Kalau moodnya buruk, cari ide juga jadi susah. Ok, terima kasih.
Selamat membaca.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunda Wia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30
CUP
Satu kecupan mendarat di pipi Dewi, yang membuatnya mendelik seketika.
Dewi buru-buru melepas pelukan Devan di pinggang rampingnya. memelototi kembali majikannya yang mesum itu.
" Tuan kenapa anda kemari ? Bagaimana kalau sampai nyonya Nabila tahu ? saya tidak mau sampai membuat nyonya Nabila salah paham pada saya. Sebaiknya tuan segera pulang ", kata Dewi mengalihkan rasa gugupnya.
" Astaga Dewi, saya baru sampai. Lelah saya saja belum hilang, masa kamu tega nyuruh saya pulang. Kalau diperjalanan terjadi apa-apa sama saya gimana ? " kata Devan memelas.
" Lagian apa kamu tidak merindukan saya hemmm ? ", kata Devan sambil tersenyum mesum.
Dewi yang melihat tatapan mesum Devan melengos menyembunyikan rona di pipinya. Bohong jika ia tidak merindukan majikan tampannya itu. Tangan Devan telurur membelai lembut pipi Dewi.
" Saya sangat merindukan kamu wi. Kemarin saya hampir gila karena kamu tidak mau mengangkat telepon saya. Kenapa kamu kejam sekali sama saya wi. Bukankah kamu sudah berjanji tidak akan menghindari saya lagi ",
" Maafkan saya tuan, nyonya yang meminta saya menjauhi tuan ", jawab Dewi menunduk menyembunyikan raut kesedihan di wajahnya.
" Bukankah saya sudah berjanji sama kamu akan memperjuangkan cinta kita ! Apa kamu tidak kasihan sama saya ? Saya dua hari ini tidak bisa tidur karena memikirkan kamu wi ", kata Devan yang mulai mendekatkan wajahnya ke wajah Dewi. Dewi yang menangkap sinyal mesum dari tuannya segera beringsut menjauh. Devan yang melihat tingkah kekasihnya mengulum senyum.
" Kenapa wi "
" Tuan jangan macam-macam nanti bisa di grebek sama warga ", jawab Dewi was-was. Bukannya takut Devan malah tersenyum lebar menanggapi omongan Dewi.
" Kalau di grebek lalu langsung dinikahkan, justru membuat saya semakin ingin melakukannya ", kata Devan dengan seringai mesumnya. Dewi yang mendengar ucapan Devan langsung beringsut mundur dan menyilsngkan tangannya di dada. Melihat Dewi salah tingkah membuat Devan semakin semangat menggodanya. Devan terus merayap mendekati Dewi, dan Dewi terus beringsut mundur hingga mentok ke dinding. Saat tangan Devan hendak meraih tengkuk Dewi, terdengar suara cempreng dari halaman depan.
" Om Devan ", teriak Amel dari luar yang membuat Devan langsung menjauh dari Dewi. Di belakang Amel nampak ada Ridwan dan Rani. Mereka masuk dan menyalami Devan satu persatu.
" Om mau menginap lagi di sini ya ", tanyanya dengan mata yang berbinar-binar. Devanpun mengangguk seraya tersenyum membuat Amel lompat-lompat karena senang.
" Yeee om Devan bubuk lagi di sini. Besok bisa jalan-jalan lagi naik mobil ", Devan tersenyum lebar melihat tingkah polos Amel.
" Om ada hadiah untuk kalian, sebentar ya ", kata Devan beranjak dari duduknya dan berjalan menuju mobil. Ia membuka pintu samping kemudi dan mengeluarkan beberapa kantong kresek.
" Ini untuk Amel, ini untuk Rani dan ini untuk kak Ridwan ", kata Devan sambil menyerahkan hadiah itu satu-satu. Mereka menerima hadiah itu dengan sangat senang.
" Makasih om ", kata mereka serempak. Devan tersenyum seraya membelai lembut rambut mereka.
" Oh ya wi, ini ada sedikit oleh-oleh untuk orang tua kamu ", kata Devan sambil menyerahkan satu kantong kresek besar pada Dewi.
" Tuan tidak perlu repot-repot seperti ini ", kata Dewi tidak enak hati. Tuannya ini sudah sangat baik pada keluarganya.
" Tidak apa-apa, saya senang melakukannya. Toh mereka nanti juga akan menjadi keluarga saya ", jawab Devan sambil tersenyum penuh arti. Kemudian ia mendekat pada Dewi.
" Asal kamu mau menjadi istri saya ", bisik Devan yang membuat Dewi jadi salah tingkah.
🌸🌸🌸🌸
Di dalam kamar tidur yang luas dan di dominasi warna abu-abu, nampak papa rehan sedang memangku laptopnya sambil selonjoran di atas tempat tidur. Di liriknya sang istri yang ada di sampingnya. Setelah ia pulang dari Lombok, istrinya itu terlihat seperti banyak pikiran.
" Mama kenapa ? Coba cerita sama papa. Papa tahu mama lagi menyembunyikan sesuatu ", tanyanya pada sang istri.
" Nggak ada apa-apa kok pah. Papa jangan suka berpikir yang tidak-tidak ", jawab mama Nabila yang menunduk tidak berani menatap suaminya.
" Mama jangan bohong. Tadi papa telepon mandor proyek di Bandung, Devan tidak ada di sana ", kata papa rehan yang membuat mama Nabila terkejut.
" Mama jodoh-jodohin Devan lagi ? "
" Nggak pa, malah ini justru lebih buruk dari itu ", kata mama Nabila yang tidak bisa mengelak lagi.
" lalu "
" Devan pacaran sama pembantu baru kita, Dewi pa ", jawab sang istri yang terlihat kesal. Awalnya papa rehan sedikit terkejut. Kemudian ia geleng-geleng kepala mendengar tingkah putranya itu.
" Papa rasa tidak ada yang salah ma. Dewi itu gadis yang cantik dan baik, ia juga terbiasa mengurus rumah. Pasti nantinya bisa menjadi istri yang baik untuk Devan ", kata papa rehan bijak.
" Papa kok gitu, memang papa gak mikirin omongan orang-orang nanti. Pasti keluarga kita akan menjadi bahan gunjingan mereka. Hal ini juga bisa berdampak pada perusahaan papa ", kata mama Nabila ngotot tidak terima dengan pendapat suaminya.
" Tapi karena mama yang grasa-grusu membuat anakmu kabur lagi kan ! ", kata papa rehan yang membuat mama Nabila terdiam.
Papa rehan menatap istrinya yang mulai nampak sedih. Di belainya rambut panjang sang istri. Sebenarnya mama Nabila bukanlah orang yang suka membeda-bedakan kasta. Bahkan istrinya itu selalu akrab dengan para pembantu di rumahnya. Papa rehan yakin, pasti ada orang yang mempengaruhi istrinya.
" Sudah, mama gak usah mikirin masalah ini dulu. Biar nanti papa yang akan bicara sama Devan ", bujuk nya yang di angguki sang istri.
🌸🌸🌸🌸
Pagi ini Devan ingin membantu pak Danu menanam padi di sawah. Dewi yang sudah bersiap-siap ikut di kejutkan dengan penampilan Devan yang keluar dari kamar adiknya Ridwan. Tuannya itu nampak rapi dengan kemeja lengan pendek dan celana bahan. Dewi menahan tawanya melihat penampilan tuannya.
" Tuan kita ini mau ke sawah, bukan mau ke mall ", kata Dewi sambil cekikikan. Devan yang ditertawakan sang kekasih hanya garuk-garuk kepala.
" Tapi baju yang saya bawa semua ya seperti ini wi. Saya tidak punya yang lain lagi ",
" Kalau tuan tidak keberatan, saya akan pinjamkan kaos bapak. mungkin ada baju yang masih belum terpakai. Rasanya terlalu sayang kalau baju mahal tuan itu di pakai ke sawah ", kata Dewi pada tuannya.
" Baiklah saya mau ", jawab Devan.
" Tuan punya celana pendek ? ", tanya Dewi yang di angguki tuannya. Dewi segera masuk ke dalam mengambilkan kaos untuk tuannya. Saat Dewi keluar, nampak Devan yang juga sudah selesai mengganti celananya.
" Maaf tuan, kaos yang belum terpakai hanya tinggal ini saja. Tuan tidak keberatan kan ? ", tanya Dewi sambil menyerahkan kaos itu pada tuannya. Devan segera menerimanya. Namun saat kaos itu berada di tangannya, ia mengkerutkan alisnya.
" Maaf tuan, itu kaos hadiah membeli cat tahun lalu ", kata Dewi menahan tawanya melihat ekspresi aneh tuannya.
Devan menatap nanar pada kaos yang tertuliskan merk cat dengan sangat besar.
" Nggak apa-apa Van, demi mengambil hati calon mertua ", batin Devan pasrah.
Tetep ganteng kok Van wkwkwkwk
🌸 jangan lupa like, komen subscribe dan bintang 5 nya. Semua gratis loh tpi sangat berharga buat author 😁🌸