NovelToon NovelToon
High School Iyuna

High School Iyuna

Status: sedang berlangsung
Genre:Anak Genius / Teen Angst / Teen School/College / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Menjadi NPC / Romansa
Popularitas:891
Nilai: 5
Nama Author: Anggara The Blukutuk³

Setelah berhasil kabur dari Ayah angkatnya, Iyuna Marge memutuskan untuk bersekolah di sekolah elite school of all things Dengan Bantuan Pak kepala yayasan. Ia dengan sengaja mengatur nilainya menjadi 50 lalu mendapat kelas F. Di kelas F ia berusaha untuk tidak terlihat mencolok, ia bertemu dengan Eid dan mencoba untuk memerasnya. Begitu juga beberapa siswa lainnya yang memiliki masa lalu kelam

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anggara The Blukutuk³, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Alta Atler

Saat ini, Iyuna sedang dalam perjalanan ke sekolahnya, ia berjalan santai dengan langkah ringan dan teratur tanpa memedulikan sekitar. Rambutnya bergoyang lembut tertiup angin pagi, sementara tangannya menggenggam tali tas dengan erat. Matanya menatap lurus ke depan, ekspresinya tetap tenang dan datar.

"Iyunaaa!" Teriak Lucy dari kejauhan (belakang), Lucy berlari menghampiri Iyuna yang sedang berjalan. Kakinya melangkah cepat dan bersemangat, rambutnya berkibar liar di belakangnya, napasnya tersengal-sengal karena berlari.

Iyuna mempercepat langkahnya, ia berusaha tidak terlihat oleh Lucy. Bahunya sedikit menegang, kepalanya menunduk sedikit seolah berusaha menyembunyikan wajahnya. Namun, ia gagal karena Lucy sudah disampingnya, menarik napas dalam-dalam untuk menenangkan deru napasnya.

"Bagaimana kencanmu dengan kakak kemarin?" Tanya Lucy, mencondongkan tubuhnya ke Iyuna. Matanya berbinar penasaran, bibirnya melengkung membentuk senyuman menggoda, alisnya terangkat naik dengan ekspresi ingin tahu.

"Ke-kencan!?" Sahut Fyona kaget. Tubuhnya muncul tiba-tiba, matanya terbelalak lebar, mulutnya terbuka membentuk huruf 'O' sempurna.

"Hwaa!" Lucy kaget karena Fyona tiba-tiba disampingnya. Tubuhnya terlonjak ke belakang, tangannya refleks terangkat ke dada, jantungnya berdebar kencang karena terkejut.

"Se-sejak kapan?" Tanya Lucy kaget. Matanya berkedip cepat, tangannya masih berada di dadanya yang naik turun.

"Hihihi," Fyona tertawa kecil, jari-jarinya menutupi mulutnya dengan anggun. "Sejak tadi dong, jadi? Iyuna benar-benar berkencan dengan Rakha-Senpai?" Tanyanya antusias. Tubuhnya bergoyang ke kanan dan kiri karena tidak bisa menahan kegembiraan, tangannya saling menggenggam di depan dada.

"Tidak, aku tidak berkencan dengan siapapun," Elak Iyuna datar, ia hanya melirik Fyona dari sudut matanya yang tajam. Postur tubuhnya tetap tegak, dagunya terangkat sedikit dengan sikap defensif.

"Hwalah, Kakakku kemarin bilang dia berkencan denganmu. Jadi, jangan mengelak!" Ucap Lucy, nadanya meninggi, menodong Iyuna dengan jarinya. Tubuhnya condong ke depan dengan agresif, matanya menyipit penuh kecurigaan, jari telunjuknya teracung tepat di depan wajah Iyuna.

"Wah, aku benar-benar iri padamu Iyuna. Siapa sangka kau bisa dilirik oleh Rakha-Senpai!" Ucap Fyona antusias. Tangannya menepuk-nepuk pipinya yang merona, matanya bersinar dengan kekaguman, tubuhnya melompat-lompat kecil di tempat.

"Tidak-tidak Lucy, bisa jadi Kakakmu hanya membual," Elak Iyuna datar. Jari-jarinya merapikan anak rambut yang jatuh di depan wajahnya dengan gerakan lambat dan terkontrol, matanya menatap lurus ke depan menghindari kontak mata.

"Tidak mungkin! Karena aku mengawasi kalian lohh dari jauh," Goda Lucy. Alisnya bergerak naik turun dengan jenaka, bibirnya tersenyum lebar hingga memperlihatkan deretan giginya yang rapi, tangannya menyikut lengan Iyuna dengan gerakan main-main.

"asal kau tau saja, Aku melihatmu sangat antusias dengan kakakku lohh," Ucapnya sembari membayangkan adegan saat Iyuna menggandeng tangan Rakha diingatannya. Matanya menerawang ke langit, jari telunjuknya mengetuk-ngetuk dagunya, bibirnya tersenyum.

"Huh," Iyuna hanya menghela napas panjang, bahunya turun sedikit. "Padahal aku hanya berakting waktu itu," Gumamnya tak terdengar. Matanya menatap ke bawah, jari-jarinya memainkan ujung seragamnya dengan gerakan gelisah.

"Tidak-tidak, kau salah mengira itu aku padahal orang lain," Elak Iyuna. Tangannya terangkat dengan telapak menghadap ke depan dalam gestur menolak, kepalanya menggeleng pelan dari kiri ke kanan, matanya menatap tajam ke arah Lucy.

Lucy mendekatkan tubuhnya, hampir menempel pada Iyuna, hidungnya nyaris menyentuh pipi Iyuna. "Benarkah? Masa sih?" Godanya. Matanya menyipit curiga, bibirnya tersenyum miring penuh kemenangan.

"Hee, kau mengikutinya? Kenapa ngga ajak aku?" sela Fyona kesal, ia mengembungkan pipinya sebal. Kakinya menghentak-hentak kecil di aspal, tangannya terlipat di depan dada, alisnya bertaut menunjukkan kekesalan.

Lucy mengacak rambut Fyona dengan gerakan lembut namun berantakan, jari-jarinya menyisir helaian rambut Fyona. "Aduh, maaf yah! Habisnya, aku lupa!" Ucapnya. Matanya membentuk lengkungan seperti bulan sabit, bibirnya tersenyum meminta maaf.

"Hmmpk..." Fyona hanya buang muka ke arah lain dengan gerakan dramatis, rambutnya berputar mengikuti gerakan kepalanya. "Baiklah," Ucapnya, suaranya masih bernada kesal. Sedangkan Iyuna hanya melirik mereka berdua sembari fokus berjalan, langkahnya tetap teratur dan terkontrol, postur tubuhnya tegak.

Setelah mereka berjalan cukup lama, kaki mereka melangkah beriringan dengan ritme yang berbeda, mereka berbelok ke lorong yang menuju sekolah mereka. Di lorong, mereka dihadang oleh seorang gadis yang berdiri tegak dengan kaki terbuka selebar bahu, tangannya bertumpu di pinggang.

"Jadi kau? Iyuna Marge?" Ucap gadis itu. Benar, gadis itu adalah Alta Atler. Matanya menatap tajam ke arah Iyuna, dagunya terangkat menantang, bahunya tegak menunjukkan kepercayaan diri.

"Oh ya, kalian duluan saja! Aku ada pembicaraan dengan gadis ini," Bisik Iyuna ke Lucy dan Fyona, tersenyum menghilangkan kecurigaan. Senyumnya tipis namun meyakinkan, matanya melunak sesaat, tangannya menepuk lembut bahu Lucy.

"E-eh? Ba-baiklah," Ucap Lucy, ia kemudian menggandeng tangan Fyona. Jari-jarinya menggenggam erat pergelangan tangan Fyona, matanya melirik khawatir ke arah Iyuna.

"Ayo," Ucap Lucy, menarik tangan Fyona dengan lembut namun tegas. Fyona hanya mengangguk sebelum mereka pergi duluan meninggalkan Iyuna, kaki mereka bergerak cepat, hampir berlari kecil menjauhi tempat itu.

Pandangan Alta teralihkan sejenak ke Lucy dan Fyona yang berlari menjauh, kepalanya berputar mengikuti gerakan mereka, lalu berjalan mendekati Iyuna dengan langkah berat. Suara sepatu Alta bergema di lorong yang sunyi, tangannya terkepal erat di sisi tubuhnya.

"Aku tidak menyangka gadis kecil sepertimu bisa diakui oleh kak Reza," Ucap Alta kesal, tangannya mengepal hingga buku-buku jarinya memutih. Matanya menyipit, alisnya bertaut dalam, bibirnya berkedut menahan amarah.

"Jangan panggil aku kecil, ngaca sana," Ucap Iyuna datar. Matanya menatap lurus ke mata Alta tanpa rasa takut, posturnya tetap tenang meski ada ancaman di hadapannya, dagunya terangkat sedikit menunjukkan keangkuhan.

Alta menggeram, suara rendah keluar dari tenggorokannya. Ia maju lebih dekat dengan langkah berat dan kemarahan, sepatunya menghentak lantai dengan suara keras, tangannya terangkat seperti hendak mencengkeram Iyuna.

"Berhenti," Ucap seseorang di belakang Alta. Suaranya tegas dan dalam, memenuhi lorong dengan otoritas.

Reza muncul dari belakang Alta, langkahnya tenang namun penuh percaya diri. "Kau tidak akan menang melawannya," Ucap Reza, memegang pundak Alta dengan genggaman yang kuat namun tidak menyakitkan. Jari-jarinya sedikit menekan ke dalam, menunjukkan keseriusannya.

"T-t-tapi, itu tidak mungkin!" Ucap Alta tak percaya. Tubuhnya menegang, matanya terbelalak lebar tidak percaya, bibirnya bergetar sedikit, tangannya turun perlahan ke sisi tubuhnya.

Reza kemudian berjalan mendekati Iyuna yang hanya berdiri menatap dengan datar. Langkahnya pasti dan terukur, bahunya tegak, tatapannya fokus. Reza hanya berjalan melewati Iyuna tanpa mengucap sepatah katapun, hembusan angin kecil tercipta saat tubuhnya melewati Iyuna dengan jarak yang begitu dekat.

Iyuna hanya menatap sejenak, matanya mengikuti gerakan Reza tanpa menggerakkan kepalanya, napasnya tertahan sedetik. Ia lalu lanjut berjalan melewati Alta, langkahnya ringan dan anggun. Rambutnya bergoyang pelan saat ia berjalan melewati Alta yang masih terpaku, lalu keluar dari lorong dan sampai ke sekolah. Sinar matahari pagi menyinari wajahnya yang tetap tanpa ekspresi saat ia melangkah memasuki gerbang sekolah.

1
Jumpri Cry
lanjut
SukiDenial
Mcnya keren. Dan ada banyak fanservicenya😍. Iyuna itu waifu ku banget titik🤬
Dimas Saputra
lanjut thor, dan Saling suport
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!