Sinopsis
Darren Mahendra, seorang CEO muda yang tangguh dan berdedikasi, namun memiliki latar belakang yang kompleks. Meskipun bukan pewaris utama keluarga Syailendra, ayahnya mempercayakannya untuk mengelola perusahaan. Ini membuatnya harus bekerja keras untuk membuktikan dirinya.
Kehilangan ibunya secara misterius masih menghantui pikirannya, dan dia terus mencari kebenaran. Pertemuan kembali dengan Dokter Aqila, adik angkatnya, membawa sedikit kelegaan dalam hidupnya. Aqila memiliki kepribadian yang ceria dan peduli, membuat Darren merasa nyaman di dekatnya. Tanpa disadari, Darren mulai merasakan ikatan yang lebih dalam dengan Aqila.
Apakah Aqila akan menjadi sumber kekuatan baru bagi Darren? Ataukah dia hanya melihat Darren sebagai kakak angkatnya? Bagaimana Darren akan menghadapi tantangan sebagai CEO muda yang bukan pewaris utama?"
Disarankan untuk membaca karya "DINIKAHI DUDA KAYA" terlebih dahulu ya 🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eli Priwanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pergi ke Toko Buku
Menjelang tengah malam, akhirnya mereka bertiga tiba di kediaman Syailendra, wajah lelah terlihat begitu sangat jelas, Maura dan Aqila berkali-kali menguap karena menahan rasa kantuk sedari tadi.
Keesokan harinya.
Mengingat hari ini adalah hari minggu, Aqila terlihat hanya bermalas-malasan saja, ia masih merasa lelah atas syuting kemarin, begitupun dengan Darren, ia lebih memilih mengurung diri di dalam kamarnya.
Sedangkan Maura, iya pagi-pagi sekali sudah sibuk pergi menuju agensinya, bersama Tim yang lainnya untuk menyelesaikan hasil video yang mereka garap kemarin, kini mereka tinggal menyelesaikan pengeditan video tersebut menjadi mahakarya yang selama ini mereka impikan.
"Hoammm...kenapa hari ini aku begitu lelah? Ternyata syuting kemarin telah membuat seluruh tubuhku serasa remuk, semoga saja hasilnya sesuai dengan harapan Maura, tapi seru juga sih, ehhh.. kira-kira kak Darren sedang apa ya?" seketika terlintas didalam benaknya tentang Darren Kakaknya.
Ia pun bergegas beranjak dari atas tempat tidurnya lalu bersiap-siap untuk membersihkan diri, sebelum nantinya ia keluar dari dalam kamar.
Setelah semuanya selesai, Aqila bergegas pergi menuju lantai dasar, secara bersamaan Darren keluar dari dalam kamarnya juga, kini keduanya saling berpapasan.
"Kak, aku kira kakak gak akan keluar kamar!"
ucapnya sambil berhenti sejenak.
Lalu Darren menoleh dan menatap dalam sang adik." sebenarnya aku sedang malas keluar kamar, memangnya kenapa La?"
"Tidak apa-apa kok kak, yasudah kita barengan saja, pasti kakak belum sarapan kan?" tanya Aqila sembari meraih tangan sang kakak, Darren sempat terkejut atas sikap Aqila yang selalu bersikap manja padanya.
'Kenapa setiap di dekatmu aku selalu merasakan sesuatu yang aneh? Sebenarnya ada apa dengan diriku?' batinnya bimbang.
kini keduanya tiba di ruang makan, dimana di sana sudah ada Papah dan Mamahnya serta Daffa yang sedang asik menikmati roti sandwich plus segelas susu hangat.
"Wah kebetulan sekali kalian sudah bangun, ayo kita sarapan sama-sama!" ajak Zara kepada Aqila dan Darren
lalu Aqila mulai mengedarkan pandangannya ke arah sekitar ruang makan."Bun, Oma dan Maura mana, Kok gak ikut sarapan?" Aqila meraih kursi lalu ia duduk disana, begitupun dengan Darren ia duduk di sebelahnya.
"Oma lagi gak enak badan, sekarang sedang istirahat di kamarnya, kalau Maura tadi pagi-pagi sekali sudah pergi ke tempat kerjaannya." jawab Zara.
"Bagaimana dengan liburan kalian kemarin Nak?" sambung Saga sambil menikmati sarapan paginya.
"Menyenangkan dong Pah, iya gak kak? Apalagi kemarin kita sama-sama menikmati Sunset di pasir putih, aku dan kak Darren jadi teringat saat dulu kita liburan di Bali!"
Daren hanya tersenyum tanpa berkomentar.
"Wah, tahu gitu kemarin Papah ikut kesana!" jawab Saga
"Ngapain sih Papah ikut-ikutan acara anak muda segala!" sindir Zara sambil menatap lekat Saga
Saga pun langsung terdiam ketika Zara sudah mengoceh seperti itu.
Aqila dan Darren sempat tersenyum tipis atas sikap kedua orangtuanya.
"Nanti setelah sarapan, aku mau jenguk Oma, Mah, Pah!"
"Jangan dulu La, tadi Oma pesan sedang tidak ingin di ganggu oleh siapapun!" jawab Zara mengingatkan.
Aqila sampai menghela napasnya, pikirnya tidak biasanya Oma nya bersikap seperti itu.
"Kak, besok kan aku ujian nih! Kak Aqila dan kak Darren bisa tidak membantuku?" pinta Daffa memohon, raut wajahnya terlihat murung
Aqila dan Darren langsung menoleh ke arahnya.
"Apa yang bisa kakak bantu Daf?" tanya Aqila fokus menatap sang adik.
"Begini kak, kata temanku di toko buku ada contoh soal-soal ujian di sana, dan 80% soal ujian dari buku tersebut hampir sama dengan soal ujian besok, temanku dapat bocoran dari kakak kelasnya yang tahun kemarin melaksanakan ujian, Hanya saja aku tidak tahu jenis buku seperti apa yang temanku maksud, bisa tidak Kak Aqila dan kak Darren mencarikannya untukku? Aku benar-benar frustasi dengan ujian ini kak!" Daffa terlihat sedih, ia seperti tertekan.
Zara dan Saga yang melihat putranya seperti itu, menatap tidak percaya.
"Nak, jika kamu mengalami kesulitan apapun itu mengenai sekolahmu, cerita lah sama Papah dan juga Bunda!" sahut Saga sembari mendekati Daffa.
"Iya Pah Maaf, akhir-akhir ini aku cukup stres dengan soal-soal yang sangat membingungkan, mangkanya aku di kasih bocoran seperti itu Pah!" jawa Daffa menjelaskan.
"Baiklah Daffa nanti Kak Darren dan kak Aqila akan coba bantu kamu, betul begitu La?" tanya Darren menatap Aqila.
"Hemmm...tentu saja, apapun akan kami lakukan untuk adik bungsu kesayangan, jadi Daffa tidak usah cemas dan khawatir ya, pasti kak Aqila dan kak Darren bantu kesulitan kamu, sekarang kamu relaks dan jangan kamu jadikan beban fikiran, dulu kakak juga pernah ada di posisi kamu!" Aqila berusaha menyemangati sang adik agar tidak Down, memang banyak anak sekolah yang sempat stres memikirkan ujian akhir sekolah, apalagi ujian ini sebagai penentu nilai kelulusan, tentunya menjadi momok yang mengerikan bagi seorang pelajar.
Akhirnya Aqila dan Darren mencoba mencari buku soal ujian yang Daffa minta, meskipun mereka berdua sempat kebingungan, tapi bukan Aqila namanya kalau ia menyerah begitu saja, sepanjang jalan saat keduanya berada di dalam mobil dimana Darren fokus mengemudi, sedangkan sibuk Aqila mencari jenis buku tersebut di dalam pencariannya tidak lain mbah Google yang menurutnya itu merupakan sarana termudah nya untuk mencari sesuatu yang ia cari.
"Aha ketemu juga akhirnya!" Aqila tersenyum senang saat pencariannya sedari tadi telah berhasil.
Darren sempat melirik sejenak dengan ekor matanya.
"Bagaimana La, apa sudah ketemu?"
"Sudah Kak, hanya saja buku tersebut sedikit langka, kalau beli secara online pun stoknya sudah habis, semoga di toko buku masih tersisa, dan tidak sampai kehabisan." ujarnya.
Lalu Aqila dan Darren berhenti di toko buku terbesar di kota ini, dan cukup banyak pengunjung yang rata-rata anak sekolah seusia Daffa, apakah mungkin mereka mencari buku yang sama? Pikirnya.
"Wah, aku harus lebih cepat mencari buku itu, bisa-bisa nanti keburu kehabisan! Kak Darren ayo cepetan!" Aqila sempat meraih tangan sang kakak yang sedang menekan remot untuk mengunci mobil, ia sempat tersenyum sejenak.
"Iya La, sabar! Kau itu sedari dulu selalu tidak sabaran, ck." keluhnya sambil menghela napas.
"Kita harus gercep kak, nanti takut keburu habis, kasian Daffa juga!" sahutnya sembari jalan dengan langkah yang cepat.
Lalu Aqila mencoba bertanya kepada pemilik toko tentang buku yang ia cari.
"Duh mba, mudah-mudahan masih tersisa ya, soalnya buku itu laris sekali banyak yang beli, coba nanti mba cari di rak buku paling pojok, kemarin sih karyawan kami menaruhnya di sana karena sempat kehabisan stok, semoga masih ada sisa!" jawab si pemilik Toko.
Aqila bergegas menuju rak buku yang telah di sebutkan oleh si pemilik toko dan Darren mengekorinya dari arah belakang, Aqila sempat berdesakan dengan para pengunjung lainnya yang berlomba-lomba mencari buku yang mereka incar.
"La, hati-hati!" ucap Darren terlihat khawatir, ia pun buru-buru meraih tangannya dan berusaha agar Aqila tetap berada di dekatnya agar tidak berdesakan dengan pengunjung lainnya.
Aqila sempat menoleh sejenak ketika sang kakak menggenggam tangannya dengan erat dan menempatkan tubuhnya begitu dekat, Aqila meras kak Darren berusaha melindunginya, ia pun tersenyum senang atas sikap sang kakak.
akhirnya mereka tiba di rak buku paling pojok, dan keduanya mulai mencarinya.
Satu persatu rak buku mulai Aqila dan Darren telusuri, namun mereka tidak berhasil menemukannya, Aqila sempat frustasi dibuatnya, lalu pandangannya mulai beralih ke arah rak buku paling atas dan sepertinya ia menemukan buku yang ia cari terselip diantara buku-buku yang lainnya.
Aqila sempat berjinjit untuk mengambil buku tersebut, Darren seketika menoleh ke arah sang adik dan ia menatap sejenak, akhirnya Darren buru-buru mendekat dan meraih buku yang akan Aqila ambil di rak paling atas.
"La, kau kan bisa minta bantuanku!" ucapnya sembari memberikan buku yang sudah ia ambilkan dari rak paling atas.
Sontak Aqila secara refleks memeluk sang kakak.
"aarrrkkhhhh... terimakasih kak Darren, aku baru sadar kalau tinggi badanku lebih pendek dari kakak, hihihi!" jawabnya tertawa geli.
Sedangkan Darren, ia hanya diam mematung atas sikap Aqila yang saat ini telah memeluknya sebagai ungkapan rasa bahagia dan terimakasih.
'La, bisa kah kau tidak memelukku dengan cara seperti ini? kau malah membuat detak jantung ku semakin berdebar hebat!' keluhnya dalam hati.
Bersambung...
☘️☘️☘️☘️☘️
wah Daren boleh diharapkan oleh Saga utk mngurusi perusahaan.