NovelToon NovelToon
Aku Bisa Bahagia Tanpa Kamu, Mas

Aku Bisa Bahagia Tanpa Kamu, Mas

Status: tamat
Genre:Tamat / Konflik etika / Keluarga / Romansa / Suami Tak Berguna / Ibu Mertua Kejam
Popularitas:579.9k
Nilai: 4.3
Nama Author: Sadewi Ravita

Jika menurut banyak orang pernikahan yang sudah berjalan di atas lima tahun telah berhasil secara finansial, itu tidak berlaku untuk rumah tangga Rania Salsabila dan Alif Darmawangsa. Usia pernikahan mereka sudah 11 tahun, di karuniai seorang putri berusia 10 tahun dan seorang putra berusia 3 tahun. Dari luar hubungan mereka terlihat harmonis, kehidupan mereka juga terlihat cukup padahal kenyataannya hutang mereka menumpuk. Rania jarang sekali di beri nafkah suaminya dengan alasan uang gajinya sudah habis untuk cicilan motor dan kebutuhannya yang lain.

Rania bukanlah tipe gadis yang berpangku tangan, sejak awal menikah ia adalah wanita karier. Ia tidak pernah menganggur walaupun sudah memiliki anak, semua usaha rela ia lakoni untuk membantu suaminya walau kadang tidak pernah di hargai. Setiap kekecewaan ia telan sendiri, ia tidak ingin keluarganya bersedih jika tahu keadaannya. Keluarga suaminya juga tidak menyukainya karena dia anak orang miskin.
Akankah Rania dapat bertahan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sadewi Ravita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 30 Lapor Polisi

Bu Nani ketakutan melihat warga mulai berkerumun di depan rumah menantunya, tidak ada akses keluar baginya untuk melarikan diri. Ini benar-benar situasi yang sangat memalukan.

"Ada apa, Mbak Nia? Mana malingnya?" tanya tetangganya.

Rania menatap ibu mertuanya yang diam saja, ia tetap memegang benda di datangnya dengan erat. Seolah tidak ingin mengembalikannya kepada Rania.

"Tidak ada maling kok, Rania salah paham," jawab bu Nani.

"Oh begitu ya," ucap tetangganya

"Iya, kalian bubar saja," jawab bu Nani.

Rania yang juga tidak ingin mempermalukan ibu mertuanya membiarkan tetangganya membubarkan diri. Ia ingin melihat sampai di mana wanita itu berbuat nekad.

"Kamu jangan menuduh ku macam-macam ya, lihat saja siapa yang menang. Mereka lebih mempercayai ku, dari pada kata-kata mu," ujar bu Nani dengan congkak.

"Coba saja Ibu berani mengambil barang ku, aku akan melapor kepada pihak yang berwajib," ancam Rania.

"Kamu tidak akan berani, kamu hanya menggertak saja,"

"Kembalikan perhiasan ku, Bu,"

Rania kembali ingin merebut miliknya, namun ibu mertuanya sudah berlari menuju ke jalan raya. Ia melenggang tanpa rasa berdosa.

"Dia pikir aku hanya menggertak, lihat saja apa yang aku lakukan. Enak saja sudah menghina ku sekarang malah merampas milik ku,"

Rania segera memandikan Bintang, ia sengaja tidak menyentuh apapun yang Ibu mertuanya sentuh sebagai barang bukti. Kamarnya di biarkannya berantakan, ia segera melapor pencurian ini ke kantor polisi terdekat.

"Selamat sore Pak, nama saya Rania. Saya ingin melaporkan tindak pencurian yang baru saja terjadi di rumah saya,"

Rania menjelaskan kejadiannya kepada polisi yang bertugas secara detil, ia tidak ingin lagi membela ibu mertuanya yang memang salah. Bu Nani harus mendapatkan pelajaran agar bisa sadar, mungkin ini jalan yang di berikan Tuhan untuk membuat ibu mertuanya kapok dan tidak seenaknya bertindak kepada orang lain.

"Baik Bu, saya terima laporannya. Ini akan segera di proses, tolong tunjukkan tempat kejadian perkaranya," ucap polisi itu.

Rania di dampingi beberapa petugas polisi segera mendatangi kontrakannya, setelah memeriksa dan mengambil bukti-bukti serta meminta keterangan tetangga sebagai saksi pak polisi itu pun pergi.

"Ibu tinggal menunggu panggilan kami saya, mohon ponselnya bisa selalu aktif," ucap polisi itu.

"Baik Pak, terima kasih sekali atas bantuannya,"

☆☆☆

Di kediaman keluarga Alif.

"Ibu darimana saja sih?" tanya Alif.

Bukannya menjawab ibunya justru langsung naik ke kamarnya.

"Aneh, di tanya bukannya menjawab malah pergi," ucap Alif.

"Biarkan saja Lif, yang penting dia tidak mengganggu orang lain," sahut ayahnya.

Mereka lanjut menonton tv dan tidak peduli lagi dengan yang bu Nani lakukan. Sedangkan wanita itu tengah tertawa kegirangan di dalam kamar, ia bahagia karena berhasil mengambil barang berharga dari rumah menantunya.

"Untung saja aku cerdas, aku sudah menyangka Rania pasti punya emas. Wah lumayan besar ini, pasti harganya lumayan mahal,"

Bu Nani segera mencoba kalung hasil jarahannya, ia tampak mematut dirinya di cermin. Ia sangat puas, terus melenggang di depan cermin. Padahal sebenarnya suaminya juga memberinya beberapa perhiasan, entah mengapa ia masih ingin mengambil milik orang lain. Ayah Alif adalah seorang pensiunan, jadi setiap bulan masih memiliki uang.

"Tetangga pasti iri melihat aku punya perhiasan baru, besok arisan aku harus memakainya," ucapnya.

Tok... tok... tok...

Saat hampir tiba waktu shalat magrib, pintu rumah keluarga Alif di ketuk beberapa pria berseragam polisi. Semua terkejut dengan kedatangan mereka, tadinya mereka menyangka ini menyangkut masalah Tedy yang sudah menipu Nelly.

"Maaf Pak, apa benar ini rumah ibu Nani?" tanya salah seorang polisi.

"Benar Pak, dia istri saya. Memangnya ada apa ya?" tanya ayah Alif.

"Ini surat penangkapan atas nama bu Nani, beliau di laporkan atas kasus pencurian,"

"Apa?"

Mereka serempak menjawab, dengan mata membulat sempurna mereka saling berpandangan.

"Maaf Pak, tapi tidak mungkin ibu saya mencuri. Keluarga kami cukup mampu, mana mungkin mengambil milik orang," sanggah Alif.

"Tapi tuduhannya memang seperti itu, lebih baik di panggil saja Bu Nani kemari," saran polisi itu.

"Baik, saya panggil istri saya dulu,"

Pria itu segera memanggil istrinya ke atas. Sementara Alif masih tampak shock, ia menggali informasi lebih lanjut.

"Kalau boleh saya tahu, apa yang Ibu saya curi dan siapa yang sudah melaporkannya Pak,"

Sembari menyuruh mereka untuk masuk, Alif bertanya.

"Bu Nani mengambil perhiasan bu Rania dan yang melaporkan adalah bu Rania langsung,"

Alif makin tidak percaya, kapan ibunya bertemu Rania dan mengambil perhiasan istrinya itu? Rasanya tidak mungkin ibunya bertindak senekad itu, apalagi ayahnya sudah mewanti-wanti ibunya agar tidak menimbulkan kerusuhan lagi. Ini malah mendapat tuduhan serius bahkan melibatkan kepolisian.

"Saya tidak percaya Pak, Rania itu adalah istri saya. Ibu tidak mungkin mengambil perhiasannya, Rania juga tidak mungkin melaporkan ibu saya ke polisi," ucap Alif.

Polisi itu tampak tersenyum, sedikit banyak ia telah mendengar tentang keluarga mereka saat menginterogasi Rania tadi.

"Sebaiknya kita tunggu bu Nani, semoga dia bisa kooperatif. Jika tidak kita terpaksa menjemput secara paksa,"

Setelah beberapa menit bu Nani turun bersama suaminya, wajahnya masih terlihat sumringah. Sepertinya suaminya belum memberi tahu apa-apa.

"Eh kok ada polisi, apa ini ada hubungannya dengan menantu saya Tedy yang ternyata masih punya istri ya?" tanya bu Nani.

Polisi itu saling berpandangan karena tidak mengerti.

"Maaf Bu, kita kesini untuk melakukan penangkapan terhadap Anda, karena kasus pencurian," jawab polisi itu.

"Apa? Saya bukan pencuri, saya tidak mencuri apapun," sanggah bu Nani.

Wanita itu ketakutan hingga berlari kembali ke lantai dua, petugas dan semuanya segera berlari untuk menyusul.

"Minggir, minggir... pergi kalian, aku bukan pencuri,"

Bu Nani mencoba menutup pintu kamar, beruntung seorang polisi dengan sigap menjadikan tubuhnya sebagai tameng untuk memblokade pintu.

Bu Nani segera di borgol karena tidak mau bekerja sama dengan baik dan terus meronta, polisi segera mengamankan barang bukti berupa perhiasan kalung hasil curiannya yang masih tergeletak di atas meja rias.

Suami serta anaknya masih terlihat shock, mereka tidak menyangka nasib bu Nani akan berakhir di buih. Mereka semua segera turun kembali ke lantai bawah.

"Ada apa ini? Kenapa ibu di borgol?"

Nelly yang baru saja kembali dari luar terkejut melihat banyak polisi di dalam rumahnya, apalagi tangan ibunya di borgol. Walaupun ibunya jahat, namun sebagai anak dia sangat prihatin melihat ini semua.

"Pak, apa tidak bisa istri saya di lepaskan? Kita bisa menempuh jalan kekeluargaan, apalagi Rania itu masih menantu kami," ucap suaminya.

"Maaf Pak, proses hukum akan tetap berlanjut, kecuali bu Rania mencabut laporannya,"

Mereka semua segera membawa bu Nani ke dalam mobil tahanan, tetangga yang sedang lalu lalang menuju masjid pun berhenti untuk menyaksikan kejadian itu. Mereka semua bergunjing tentang keluarga Alif, terutama bu Nani yang di borgol dan di bawa dengan mobil polisi. Keluarga mereka merasa sangat malu sekali.

1
Dewa Rana
sidang perceraian adalah kasus perdata Thor, jadi gak ada jaksa. mohon survey dulu sebelum menulis
Dewa Rana
surat dari Pengadilan agama
Dewa Rana
tuh kan, makanya Rania kamu jangan lemah
Dewa Rana
Rania oon...jangan lupa juga tanyain sama Alif masalah uang kontrakan rumah
Dewa Rana
Rania plin plan
Dewa Rana
alif lebay
Dewa Rana
by the way Thor
Dewa Rana
ternyata oh ternyata
Dewa Rana
astaga...alif norak
Dewa Rana
sukurin lu alif
Dewa Rana
bapaknya alif anggota isti ya
Dewa Rana
harusnya alif paham siapa ibunya
Dewa Rana
ceritanya bagus dan bahasanya rapi, tapi kok sepi ya
Dewa Rana
Luar biasa
Dewa Rana
kok ada mertua begini
Dewa Rana
buang saja mertuamu ke laut, Rania
Dewa Rana
😭😭😭
Dewa Rana
setujuuuu
Dewa Rana
kerja apa sih si alif
Dewa Rana
gak punya uang tapi masih merokok
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!