"Ku pikir dengan menikah dengan mu hidup Ku akan bahagia, nyatanya Kau hanya memberikan Ku luka yang sedalam ini." Alisa
Alisa menikah dengan Fahmi putra pemilik pesantren tempat ia mengenyam pendidikan. Pada awalnya rumah tangga mereka begitu bahagia dan harmonis apalagi kini sudah hadir buah cinta mereka berdua, seorang anak yang masih bayi berusia dua bulan.
Namun ternyata kebahagiaan pernikahan itu tak bertahan lama. Fahmi tergoda akan tahta dan wanita, ia berselingkuh dengan saudari kembar Alisa sendiri. Hingga pada akhirnya mereka kehilangan buah cinta mereka.
Alisa merasa putus asa karena mendapatkan ujian yang bertubi-tubi. Ia merasa lelah dengan hidupnya, dan terus menginginkan Tuhan agar membawanya pergi ke sisi-Nya.
Simak ceritanya dalam judul "Tuhan Bawa Aku Pulang." Karya DEWI KD. Jangan lupa untuk mendukung Author dalam bentuk Like dan Komentar kalian ♥️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewi KD, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 31
Alisa menatap gundukan tanah merah yang masih basah. Alisa begitu sedih karena harus kehilangan Ibunya. Alisa merasa ia sudah lalai menjaga Ibunya.
“Hiks..hiks…Ibu…”
Alisa terus menangis dan Fahmi berusaha menenangkan Alisa dengan terus merangkulnya.
“Sudah Sayang, ikhlaskan kepergian Ibu !” kata Fahmi dengan lembut.
“Ibu bahkan belum sembuh dari penyakitnya, Mas ! Aku merasa sudah lalai menjaga Ibu !” Alisa terus menyalahkan dirinya sendiri.
“Jangan seperti itu, mungkin sudah takdirnya Ibu kembali ke yang maha kuasa. Jangan terus menyalahkan diri sendiri.” Kata Fahmi lagi.
Najwa dan Aziz yang ikut hadir di pemakaman tersebut, juga merasakan duka akan kehilangan sosok besan mereka.
“Sudah Nak, ikhlaskan kepergian Ibu, Ibu mu sekarang hanya perlu doa sekarang. Agar alam kuburnya selalu di lapangkan.” Kata Najwa memeluk Alisa.
“Hiks…hiks…Ummi..”
Alisa sampai tak bisa berkata apa-apa lagi, pada akhirnya ia harus belajar mengikhlaskan Ibunya. Ia hanya bisa berdoa, suatu saat nanti agar ia dipertemukan dengan Ibunya di alam barzah.
Lain halnya dengan Anisa, wanita itu menyesal hanya sekian jam. Setelah Ibunya di makamkan, ia seakan senang dalam hatinya. Jika Ibunya telah tiada itu artinya tidak ada seorang pun yang tahu hubungannya dengan Fahmi.
Satu kata yang pantas diucapkan untuk Anisa, ‘Durhaka.’
Malam hari setelah dilakukannya takziah, Alisa duduk di kamar Ibunya. Ia masih begitu sedih kehilangan Ibunya. Alisa melihat foto sang Ibu yang begitu bahagia di rangkul oleh Ayahnya.
“Ya Allah, aku bersaksi jika Ibu ku adalah orang yang sangat baik. Ibu yang terbaik untuk Ku. Ampuni segala dosanya, Ya Allah. Terima Ibuku di sisi-Mu !” Alisa menitihkan air matanya sembari berdoa untuk almarhumah Ibunya.
Malam semakin larut, Alisa tidur dengan Alif dan juga Fahmi. Suara ponsel Fahmi tak lama berbunyi yang membuat Alisa terbangun dari tidurnya.
Alisa melihat ponsel Fahmi yang menyala, Alisa yang tidak pernah mengotak-atik ponsel suaminya sejak pertama kali ia menikah dengan Fahmi merasa penasaran dan ingin sekali membuka ponsel Fahmi.
Alisa kemudian mengambil ponsel Fahmi dan melihat ponsel Fahmi yang terdapat pesan masuk dari ‘Pak Toni’.
“Sudah tidur ?”
Alisa mengerutkan keningnya, malam-malam begini mengapa rekan kerja suaminya yang bernama Pak Toni tersebut mengirimkan pesan pada suaminya. Alisa ingin membangunkan Fahmi, namun Alisa melihat Fahmi begitu lelap dalam tidurnya. Alisa pun mematikan ponsel Fahmi agar Fahmi tidak terganggu dalam tidurnya.
Anisa yang mencoba menghubungi Fahmi namun nomor ponsel Fahmi ternyata tidak aktif pun. Merasa kesal dan marah, padahal ia butuh perhatian setelah kepergian Ibunya. Namun ternyata Fahmi tak datang ke kamarnya.
“Mas Fahmi tidur apa gimana sih ?!”
Anisa berdecak kesal, ia membanting ponselnya ke atas tempat tidur.
Disisi lain, Reino yang mendapatkan informasi dari seseorang jika Anisa selama ini bekerja di kantornya langsung melihat rekaman cctv kantor yang dikirimkan oleh asistennya.
Dan benar saja, Anisa selama ini bekerja di kantornya di bagian divisi keuangan.
“Maaf Tuan, jika Saya terlambat memberikan informasi !” kata asisten Reino.
Asisten Reino kemudian memberikan beberapa foto dimana Anisa sering bersama Fahmi, direktur keuangan di perusahaannya. Mereka terlihat begitu dekat dan terkesan selalu bersama dalam beberapa waktu.
Mata Reino juga membulat sempurna kala melihat Anisa dan Fahmi dalam foto tersebut sering ke hotel bersama.
“Wanita sialan !” geram Reino.
Reino seakan kini akan memberikan perhitungan pada Anisa, yang berani kabur darinya. Apalagi Anisa kini bekerja di perusahaannya, ia tentu dengan mudahnya bisa menangkap Anisa kembali.
Pagi hari menjelang,
Fahmi terbangun dari tidurnya, hari ini ia mengajukan cuti karena Ibu mertuanya meninggal dunia. Fahmi melihat Alisa tengah menyusui Alif. Ia kemudian memeluk Alisa dan membelai kepala Alisa dengan lembut. Ia tahu jika saat ini Alisa masih sedih akan kehilangan Ibunya.
“Sayang, nanti kita ke makam Ibu ya !” kata Fahmi dengan lembut.
“Iya Mas !” mata Alisa berkaca-kaca. Fahmi mendekap tubuh Alisa dan mencium kening Alisa dengan lembut.
“Kamu mandi dulu, biar Alif, Mas yang jaga !” ucap Fahmi lagi.
Alisa menganggukkan kepalanya, ia kemudian menaruh Alif ke atas tempat tidur dan bermain dengan Fahmi. Alisa lalu pergi ke kamar mandi guna membersihkan tubuhnya.
Beberapa menit kemudian, Alisa keluar dari kamar mandi dengan rambut yang masih basah. Alisa sembari mengeringkan rambutnya dengan handuk kecil.
Ia melihat Fahmi masih asyik bermain dengan Alif.
“Anak Ayah ! Iya !” kata Fahmi mengajak putranya mengobrol. Sesekali mereka tertawa bersama dan membuat hati Alisa terhibur melihat mereka setelah kepergian Ibunya.
Bagi Alisa sekarang adalah, Alif dan suaminya adalah penyemangat hidupnya saat ini. Meskipun ia sangat membutuhkan sosok seorang Ibu, namun iya yakin dan percaya, Tuhan tidak mungkin memberikannya ujian diluar dari kemampuannya.
...****************...
cerita nya seru dan menarik
apa salah Alisa sama Anisa dan fahmi