Kevin Darmawan pria berusia 32 tahun, ia seorang pengusaha muda yang sangat sukses di ibukota. Kevin sangat berwibawa dan dingin ,namun sikapnya tersebut membuat para wanita cantik sangat terpesona dengan kegagahan dan ketampanannya. Banyak wanita yang mendekatinya namun tidak sekalipun Kevin mau menggubris mereka.
Suatu hari Kevin terpaksa kembali ke kampung halamannya karena mendapat kabar jika kakeknya sedang sakit. Dengan setengah hati, Kevin Darmawan memutuskan untuk pulang ke kampung halamannya, Desa Melati, sebuah tempat kecil yang penuh kenangan masa kecilnya. Sudah hampir sepuluh tahun ia meninggalkan desa itu, fokus mengejar karier dan membangun bisnisnya hingga menjadi salah satu pengusaha muda yang diperhitungkan di ibukota.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Irh Djuanda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ancaman Soraya
Bane mendekati majikannya yang masih berada tak jauh dari toko bunga tempat Alya bekerja. Ia mengetuk kaca mobil dengan hati-hati, mencoba menyapa majikannya itu,
"Tuan," ucapnya pelan.
Kevin mengangkat wajahnya perlahan dari belakang kemudi, tatapannya kosong sebelum akhirnya fokus pada Bane, tangan kanannya masih mencengkeram erat stir mobil. Pikirannya masih berkecamuk, dipenuhi harapan yang belum pasti.
"Bane..." gumam Kevin, suaranya serak.
Bane membuka pintu belakang dan masuk dengan cepat, tahu benar bahwa keadaan Kevin kini membutuhkan seseorang untuk berbicara.
"Apa yang terjadi, Tuan? Anda baik-baik saja?".
Kevin menghela nafas pelan, pandangannya ke depan menatap pejalan kaki yang berlalu lalang,
"Apakah menurut mu Alya akan menerima ku?." tanya Kevin seketika.
Bane yang tidak tahu menahu perkara hubungan Kevin dan Alya itupun hanya diam. Baginya pertanyaan Kevin itu tidak benar-benar ditujukan padanya. Kevin hanya ingin melepas semua beban pikirannya saja.
"Saya tidak tau,Tuan." singkatnya.
Kevin menatap nanar sopir pribadinya itu, ia tahu Bane tak akan melampaui batas sebagai bawahannya .Kevin menepuk bahu kekar Bane .
"Aku tahu...Kau sudah berusaha,Bane. Mulai hari ini kau tak perlu lagi mengintainya. Aku tak ingin hari ini terjadi lagi."
Bane mengerutkan dahinya,ia tahu maksud pembicaraannya. Karena ulahnya Kevin berakhir disini.
"Baik Tuan."
Dari kejauhan Dimas menatap mobil Kevin,langkahnya semakin mendekati keberadaan Kevin yang masih terparkir tepat di depan sebuah kedai kopi.
Tok tok tok
"Kevin."
Pandangan Kevin langsung beralih ke samping,melihat Dimas,Kevin langsung menurunkan kaca mobilnya.
"Dimas, kau..." balas Kevin.
Kevin langsung membuka pintu mobilnya,lalu melangkah keluar begitu juga dengan Bane. Ia juga turun dari mobil majikannya.
"Sedang apa kau di sini? Bukankah pekerjaan kita akan dimulai bulan depan? Apa aku salah atau..."
Kevin langsung menepuk punggung Dimas pelan,
"...kau memang gila kerja dari dulu." lanjut Kevin, mencoba tersenyum meski wajahnya tetap terlihat lelah.
Dimas terkekeh kecil, mencoba mencairkan suasana.
"Aku hanya ingin minum kopi dekat sini,kebetulan sekali kau di sini." katanya ringan, namun matanya meneliti Kevin dengan pandangan penuh tanya. Ia bisa merasakan ada sesuatu yang lebih berat dari sekadar pertemuan biasa.
Kevin mengangguk, berusaha menutupi kekalutannya. Namun Dimas, sebagai sahabat lama sekaligus rekan bisnisnya, terlalu peka untuk tidak menangkap kegelisahan Kevin.
"Ada apa? Kau terlihat begitu serius. Apa masalah perempuan?" tebak Dimas, separuh bercanda.
Kevin menatap Dimas,sedikit terkejut dengan ketepatan tebakan sahabatnya itu. Kevin hanya menghela napas panjang, tak langsung menjawab. Ia memandang ke arah toko bunga, seolah berharap bisa melihat sekilas bayangan Alya di balik jendela. Dimas mengikuti arah pandangan Kevin, lalu menepuk pundaknya.
"Aku bisa membantumu. Atau kau ingin aku melakukan sesuatu untukmu?. Kalau memang tebakanku benar, Kejar dia jangan lepaskan dia karena egomu."
"Bukan soal ego, Dim," gumam Kevin lirih.
"Aku takut... aku hanya akan membuatnya lebih menderita kalau tetap memaksa."tambahnya.
Dimas tersenyum tipis.
"Kau terlalu keras pada dirimu sendiri, Kev. Kadang, orang butuh diberi kesempatan untuk menentukan apa yang mereka mau. Bukan malah dijauhkan demi alasan 'melindungi'."
Kevin terdiam, kata-kata Dimas menghujam tepat di bagian hatinya yang rapuh. Ia sadar, selama ini ia berpikir bahwa membangun dinding pertahanan adalah bentuk perlindungan. Tapi mungkin, itu hanya bentuk lain dari pengecut.
"Kau benar," akhirnya Kevin berkata pelan.
Dimas mengangguk puas.
"Sudahlah, ayo ngopi dulu. Aku traktir. Kau butuh menghangatkan kepala sebelum bertemu dunia nyata bulan depan," godanya ringan.
Kevin tertawa kecil, suara tawanya serak namun tulus. Untuk pertama kalinya hari itu, ia merasa sedikit lebih ringan.
"Baiklah, satu cangkir kopi," jawab Kevin.
Bane hanya mengangguk sopan di samping mereka, siap siaga namun tahu diri untuk tidak mencampuri.
Mereka pun berjalan ke kedai kopi, meninggalkan mobil yang terparkir di depan kedai , tanpa mereka sadari, seseorang masih memperhatikan dari kejauhan, dengan tatapan dingin penuh rencana.Soraya.
Dari balik kemudi mobil hitamnya, Soraya mencengkeram setir erat-erat, bibirnya mengulas senyum miring yang penuh niat jahat. Ternyata Soraya mengikuti Kevin yang tergesa-gesa.
"Aku tak akan membiarkan Alya kembali, Kevin?" bisiknya.
"Aku akan pastikan... Alya tidak pernah bisa bersamamu."
Soraya turun dari mobil,berjalan mendekati toko bunga di mana Alya berada. Ketika pintu terbuka, mata Soraya menatap tajam mengamati sosok yang ia cari. Sementara Andy langsung berdiri menghampiri Soraya.
"Ada yang bisa dibantu,Nona?." ucap Andy lembut.
Soraya tersenyum tipis,lalu berpura-pura memilah milih bunga yang berada di rak.Soraya menyapu pandangan ke seluruh toko, matanya tajam mencari sosok Alya di sela-sela rak bunga yang berjejer rapi. Sesekali ia memegang beberapa tangkai mawar putih, lalu meletakkannya kembali dengan gerakan anggun tapi penuh perhitungan.
"Sebenarnya aku hanya mencari seseorang?. Apakah Alya ada?" tanya Soraya tiba-tiba, suaranya terdengar santun namun ada tekanan yang sulit diabaikan.
Andy sempat ragu, namun akhirnya mengangguk sopan.
"Sebentar, saya panggilkan."
Andy bergegas ke ruang belakang, meninggalkan Soraya yang kini berdiri sendiri di tengah toko. Ia menarik napas dalam-dalam, menyiapkan wajah ramah yang telah ia poles bertahun-tahun untuk menutupi niat busuk di baliknya.
Tak lama kemudian, Alya muncul dari balik tirai ruang kerja kecil di belakang. Ia mengenakan apron berwarna pastel, tangannya masih berdebu serbuk bunga. Wajahnya sedikit terkejut melihat Soraya.
"Nona Soraya..," sapa Alya ramah.
Soraya tersenyum lebar, menampilkan gigi-giginya yang sempurna.
"Apa kabarmu Alya? ."
"Baik,Nona."
Soraya berjalan mengelilingi semua rak,hingga ia menemukan sesuatu yang ia cari.
"Aku tak menyangka kau di kota ini, Apa kau sengaja mengikuti Kevin?," katanya datar namun penuh intimidasi.
Alya sempat terdiam, mencoba mencerna maksud ucapan Soraya. Ia bisa merasakan hawa tak bersahabat yang memancar dari setiap kata wanita itu, namun Alya memilih untuk tetap menjaga sikap sopannya.
"Bukan begitu, Nona," jawab Alya tenang.
"Saya memang tinggal dan bekerja di sini. Tidak ada hubungannya dengan Tuan Kevin." lanjutnya.
Soraya tertawa kecil, sinis. Ia mengambil satu tangkai mawar merah, memutar-mutar batangnya di antara jemarinya yang ramping.
"Kau pikir aku akan percaya begitu saja?" katanya lirih, mendekat ke arah Alya.
"Kau itu seperti duri dalam daging, Alya. Kau selalu muncul di saat yang tidak kuinginkan."katanya lagi.
Alya mengerutkan kening, tapi tetap menahan diri. Ia sadar Soraya sengaja memancing emosinya.
"Saya tidak pernah berniat mengganggu siapa pun, Saya hanya bekerja dan menjalani hidup saya."balas Alya lembut
Soraya menyeringai, lalu mendekat begitu dekat hingga Alya bisa mencium aroma parfum mahalnya.
"Kalau kau benar-benar ingin menjalani hidupmu dengan tenang...menjauh lah dari Kevin. Anggap saja... peringatan."bisik Soraya.
Alya menahan napas. Ada ancaman terselubung yang begitu nyata dalam nada suara Soraya. Tapi ia tidak ingin menunjukkan ketakutan. Ia menegakkan badan, menatap Soraya dengan ketenangan yang berusaha ia pertahankan.
"Saya rasa, Tuan Kevin bisa menentukan sendiri siapa yang ia inginkan ada di hidupnya," jawab Alya dengan suara serendah mungkin, tetap sopan, tapi tegas.
Soraya memejamkan mata sejenak, menahan amarahnya yang mulai mendidih. Kemudian ia membuka mata perlahan, kembali tersenyum manis namun berbahaya.
"Kalau begitu, kita lihat saja, Alya. Siapa yang bertahan lebih lama."
Dengan itu, Soraya meletakkan kembali mawar merah ke tempatnya, lalu berbalik dan berjalan keluar dari toko, meninggalkan aroma ancaman yang menggantung di udara.
Alya menghela napas berat. Andy yang sedari tadi mengamati dari jauh, segera menghampirinya.
"Alya, siapa dia?" tanya Andy, khawatir.
Alya menggeleng perlahan.
"Wanita yang sangat dekat dengan tuan Kevin" jawabnya samar.
Namun dalam hatinya, Alya tahu, hari-hari tenang yang selama ini ia nikmati mungkin akan segera berubah. Soraya bukan wanita yang bisa dianggap remeh.
Dan malam itu, setelah toko tutup, di bawah lampu redup kamarnya, Alya menemukan sebuah amplop tak bernama diselipkan di bawah pintu. Isinya hanya selembar foto dirinya yang diambil diam-diam saat ia bekerja di toko bunga. Di belakang foto itu, tertulis satu kalimat pendek dengan tinta merah:
"Pergi sebelum semuanya terlambat."
Alya menggenggam foto itu erat-erat. Ia sadar, Soraya baru saja mengumumkan perang.
Cinta datang tanpa qta sadari,, dia tumbuh d dlm hati dlm kelembutan dan kasih sayang...,, bila kau memaksanya utk tumbuh dan d sertai dgn ancaman atwpun kebohongan ,, cinta itu akan berbalik menjauhimu.... Jangan lakukan sesuatu yang akan semakin membuatmu menyesal lebih dalam lagi tuan Kevin.
Tapi,, ga ap2 sih biarlah semua mengalir apa adanya,, biar waktu yg akan mengajarkan kedewasaan,, kebijaksanaan dan kesabaran serta keikhlasan utk Alya dan tuan Kevin. Karna aq yakin...,, mau kemana pun kaki melangkah,, dia tetap tau dimana rumahnya,, kemana pun hati akan berselancar,, dia akan tetap tau dimana rumah utk kembali.
Trus,, pelan2 dekati alyanya...,, jangan maksa2....,, ntar Alya kabur lagi.
Tapi,, Alya jangan mau d ajak pulang sama tuan Kevin yaaa,, Krn masih ad si ular Soraya d rumah.