NovelToon NovelToon
Pesona Istri Titipan

Pesona Istri Titipan

Status: tamat
Genre:Tamat / Hamil di luar nikah / Pengganti / Cinta Seiring Waktu / Romansa
Popularitas:382.3k
Nilai: 4.8
Nama Author: Wiji

"Shaka! Nimas sedang hamil anakku. Tolong nikahi dia, jaga dia seperti kau jaga orang yang kau cintai. Ada darahku yang mengalir di janin yang sedang di kandung. Terima kasih."

Itu adalah amanah terakhir dari Bryan, Kakak dari Shaka. Sejak saat itu Shaka benar-benar menjalankan amanah dari sang Kakak meskipun ia sendiri sudah memiliki kekasih yang ia pacari selama dua tahun.

Tidak mudah bagi Shaka saat sedang menjalani apa yang sudah di amanahkan oleh Bryan. Berbagai tentangan dari sang kekasih dan juga kedua orang tuanya tak bisa ia hindari.

Mampukah Shaka menjalani bahtera rumah tangga dengan wanita yang bahkan belum ia kenal? Sampai kapan Shaka kuat menjalankan amanah yang di limpahkan padanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wiji, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

30. Pendarahan

Setengah hari itu Shaka dan Nimas habiskan di mall. Entah kenapa Shaka juga merasakan kebahagiaan ketika melihat Nimas yang menampilkan wajah bahagia dan bingung ketika memilih pakaian. Baginya, Nimas sangat menggemaskan.

Ternyata benar apa kata orang, ia pernah mendengar satu kalimat yang mengatakan cara Tuhan selalu indah membuka mata kita. Dan sekarang memahami benar-benar diakui Shaka bahwa kalimat itu nyata dan sedang ia alami sekarang.

Tuhan sudah membuka mata Shaka dari sisi lain Raisa yang ternyata mempunyai sisi gelap yang tidak disukai olehnya. Membandingkan manusia satu dan manusia lainnya dengan materi. Sungguh benci sekali ia pada manusia seperti itu.

"Mas, ini bajunya bagus kamu mau nggak? Kamu dari tadi nemenin aku, tapi kamu nggak beli apa-apa," ujar Nimas sedang memperhatikan dua kemeja yang sepertinya akan bagus jika di padukan dengan tubuh Shaka. Pasti ia akan nampak tampan dengan kemeja ini lalu di tumpuk dengan jas, begitu kira-kira pikir Nimas.

"Aku terlalu fokus sama kamu, makanya sampai lupa kalau aku juga niat belanja tadi."

"Jangan gombal. Yang iki bagus, deh."

Nimas menempelkan kemeja berwarna biru laut di tubuh Shaka. Wanita itu memundurkan kepalanya demi melihat apakah baju yang ia tempelkan itu pantas di badan suaminya.

Shaka hanya mengatupkan mulutnya menahan malu, mungkin saja wajahnya sudah memerah saat ini. Ia tersipu menerima perlakuan manis dari Nimas. Padahal saat dengan Raisa dulu ia juga diperlakukan sama seperti ini, tapi entah kenapa dengan Nimas rasanya sangat berbeda. Seperti ada sesuatu yang membuat ia bahagia.

"Aduh aku bingung, yang biru apa yang hitam? Kamu yang belum punya warna yang mana? Tapi dua-duanya bagus. Ambil semuanya aja lah, Mas daripada bingung."

Shaka hanya geleng-geleng kepala seraya tersenyum simpul mengamati Nimas yang bingung sendiri. Langkah Nimas berlanjut pada baju-baju bayi yang terpajang di sana. Matanya nampak begitu berbinar melihat peralatan, pakaian dan juga apapun yang mengenai seorang bayi.

Tangannya tergerak untuk memilih-milih pakaian bayi perempuan yang nampak lucu di matanya, berbagi aksesoris pun tak absen ia jamah. Ia begitu bahagia seperti baru saja menemukan harta yang melimpah.

"Lucu-lucu, ya? Jangan beli dulu, nanti aja belinya. Beli keperluan kita aja dulu."

Nimas menurut tanpa bertanya. Mereka lalu pergi dari rak pakaian bayi dan beralih pada barang-barang lainnya. Entah sudah berapa barang yang mereka beli, sudah merasa cukup dan merasa terlalu lama di mall, mereka memutuskan untuk pulang.

Tangan mereka sejak tadi tak lepas. Jika orang lain melihat pasti mereka akan mengiran jika Shaka dan Nimas adalah sepasang suami istri yang saling mencintai. Padahal kenyataannya, mereka mungkin saja belajar mencintai tanpa mereka sadari.

Berusaha saling menghargai dan menjaga perasaan masing-masing adalah alasan mereka saat ini.

Usaha Shaka untuk menjauhkan Nimas dari ibunya dan Raisa ternyata tak semulus yang ingin kira. Begitu sampai di parkiran, rupanya mereka malah dipertemukan.

"Mama, Raisa, kalian di sini juga?" sapa Nimas yang berusaha untuk ramah meski ia tahu mereka tak suka dengannya.

"Iya. Wah, belanja banyak, ya. Kesempatan dalam kesempitan kayaknya. Mumpung ada yang belanjain belanja banyak-banyak, ya?" ujar Raisa tanpa dosa.

"Wajar dia istriku, tidak merugikan siapapun jika Numas menghabiskan uang suaminya sendiri. Ayo, Sayang kita pergi dari sini." Shaka melanjutkan jalannya yang sempat terhenti. Tak lupa tangannya yang sedang menggandeng tangan Nimas ia pamerkan pada kedua wanita yang menghadang.

Raisa terbakar api cemburu, saking cemburunya ia pada Nimas, ia mengepalkan kedua tangannya dengan kuat. Jiwa jahat Raisa akhirnya muncul di detik itu juga. Saat Nimas melewati dirinya, kakinya sengaja ia rentangkan untuk menjegal langkah wanita itu.

Bruk!

Rencana Raisa untuk menjatuhkan Nimas seratus persen berjalan mulus. Nimas tersungkur di lantai parkiran. Untunglah ia tidak terjatuh langsung mengenai perut. Lututnya berhasil menyangga tubuhnya hingga perutnya tidak bertatapan langsung dengan lantai. Namun tetap saja, benturan yang tiba-tiba itu membuat perut Nimas kram seketika.

"Astaga, kamu nggak apa-apa?" Shaka membantu Nimas berdiri. Wajahnya nampak panik saat Nimas memegang perutnya seraya menunjukkan ekspresi yang menahan sakit.

"Perut kamu kenapa? Tadi perut kamu nggak kena lantai, kan? Kenapa sakit?"

"Sakit, Mas," rintih Nimas menahan nyeri.

Shaka langsung membawa Nimas ke dalam gendongannya dan menjauh dari kedua wanita yang sejak tadi berusaha ia hindari. Shaka sudah tidak peduli lagi dan tidak memikirkan bagaimana bisa Nimas terjatuh. Meskipun ia tahu Nimas terjatuh bukan tanpa sebab. Tapi yang terpenting sekarang bukan itu, ada yang lebih penting dari pada menghakimi pelaku yang telah membuat Nimas terjatuh.

"Nimas aku mohon tahan Nimas. Kita akan ke rumah sakit," ujar Shaka melajukan mobilnya dengan cepat.

Nimas hanya diam, ia tidak tahu kenapa perutnya bisa sesakit itu. Padahal tadi tidak terbentur langsung, tapi nampaknya benturannya dengan lantai begitu keras sehingga berdampak pada perutnya juga.

Nimas berkali-kali mengatur nafasnya untuk melihat rasa sakit. Barangkali dengan cara seperti ini rasa sakitnya bisa mereda, namun di detik berikutnya ia merasakan sesuatu keluar dari jalan lahirnya. Tidak banyak tapi sangat terasa. Matanya membola begitu melihat darah yang membuat bekas di rok bagian depannya.

"Mas! Ada darah, perut aku keluar darah, Mas!" pekik Nimas histeris.

Shaka tambah panik begitu melihat noda di baju Nimas.

"Ya Tuhan, Nimas. Sabar, tahan sebentar, ini kita sudah sampai."

Shaka tidak bisa lagi berpikir dengan jernih. Ia berlari seraya menggendong Nimas yang tengah merintih.

"Suster, Dokter. Siapa pun tolong selamatkan istri saya." Shaka berteriak sepanjang lorong, ia tidak peduli mendapatkan tatapan dari entah berapa pasang mata.

Karena teriakannya itu, dua Suster langsung membawakan ranjang dorong untuk Nimas.

"Suster, tolong selamatkan anak yang ada di kandungan istri saya. Dia tadi jatuh, tolong selamatkan meraka."

Shaka merasakan genggaman tangan Nimas yang semakin erat. Pandangan mereka lalu bertemu, sorot mata Nimas sendu dan dalam. Seakan dari sorot itu ia berterima kasih pada pria yang saat iki tangannya ia genggam.

"Nggak apa-apa, kalian akan baik-baik saja. Percaya sama aku, kamu kuat, dia juga kuat."

Genggaman yang semula sangat erat terpaksa mereka lepas saat Nimas sudah sampai di pintu UGD.

"Tunggu sebentar, ya Pak. Kami akan melakukan terbaik untuk istri Bapak."

Shaka hanya mengangguk. Dalam hatinya terus berdoa untuk keselamatan anak yang di kandung Nimas. Entahlah, ia sangat khawatir jika janin itu kenapa-napa. Ada rasa bersalah karena tak bisa menjaga janin yang bahkan belum merepotkannya.

Sekitar lima menit kemudian, seorang dokter berhijab membuka pintu. Seperti suami pada umumnya, ia menanyakan keadaan istrinya.

"Calon bayi Bapak baik-baik saja, untunglah bisa sampai sini tepat waktu. Tapi, istri Anda harus bedrest untuk satu sampai dua bulan."

Bedrest?

1
Ratih Hermansyah
part ini mengandung bawang/Sob/sedih jg jadi bryan
Ahmad Nashrullah
aneh,,,,,berzina,,,,meninggalkan aib n anak tak bernadab ke dirinya mo metong malah meninggalkan wasiat g genah,,,,,anehhhh
Yani Mulyani
Biasa
Ogi Ngatama
baik
Marlina Pardede
p
Erlinda
nimas ini super super goblo..hadeeeh sorry Thor aq stop sampai disini
Erlinda
yg aq ga ngerti kenapa author nya selalu menciptakan sosok wanita bodoh dan lemah disiksa dan dilecehkan jujur aq yg sudah ratusan membaca novel online ini baru 7 novel yg luar biasa karakter cewek nya.ga lebay ga bodoh .ini seperti sinetron ku menangis deh
Erlinda
ya Allah dasar mertua iblis semoga kau mati ditabrak mobil sampai hancur berkeping keping..
Erlinda
si nimas ini kenapa sih kok keras kepala banget ga nurut kata suami .lama lama benci jg aq dgn sikap nimas yg bodoh bin tolol ini
Erlinda
hei pak Malik itu adalah calon cucumu darah daging Bryan ..jadi orang kok seperti ga punya hati..ntar klo cucumu udah lahir dan besar jgn kau akui dia cucumu .seperti kebanyakan novel
Sri Sunarti
,lanjut
Dafila Nurul
bagus ceritanya tp banyak typo nya.
ayu irfan
Bu Marisa tega, pdhal ke cucu sendiri lo😢
ayu irfan
Shaka, kamu langka.
Susi Andriani
cintanya saka bikin aku baper😃😃😃
Susi Andriani
semangat mas saka💪💪💪
Susi Andriani
owalah ibu ibu jadi ibu itu ya mbok jangan jahat
Susi Andriani
mau aja aku mencekik ibunya saka
fifid dwi ariani
trus ceria
fifid dwi ariani
trus sehar
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!