Sekar Arum tidak pernah menyangka jika tuduhan penculikan bayi oleh seorang pelayan yang bekerja di rumah orang tersohor terhadap dirinya, pada akhirnya membuat dia bertemu dengan seorang pria menyebalkan bernama Arjuna Dewa yang ternyata adalah ayah dari bayi itu.
Pada awal-awal pertemuan pertama mereka kerap kali diwarnai dengan perdebatan, apalagi setelah Sekar menjadi pengasuh bagi Neira si bayi kecil itu.
Namun, telatennya Sekar dalam mengasuh Neira membuat Arjuna jadi mulai mempertimbangkan kehadiran gadis muda itu dalam lingkup kehidupannya sendiri.
Apa kalian tertarik mengikuti perjalanan cinta yang awalnya kata Sekar adalah sesat setelah dia bertemu dengan ayah Neira itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lemari Kertas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Fall In Love?
Pagi menyapa lewat sinarnya yang yang masuk ke celah jendela. Hangat terasa, sehangat hati Arjuna pagi ini. Dia baru saja membuka mata, setelah tertidur kurang dari lima jam semalam. Semalam? Lelaki itu cuma untuk mengenang, apa yang sudah terjadi padanya dan Sekar. Memang hanya beberapa kali ciuman, tetapi begitu membekas.
Arjuna tak pernah merasa seindah ini paginya, juga tak paham mengapa bisa begitu gemas melihat bibir merah jambu yang basah alami itu. Sesaat, dia masih terpaku, diam membeku dengan otak yang masih terus berpikir keras. Kenapa semalam bisa terjadi hal semacam itu dengan perempuan yang dulu selalu membuatnya kesal?
Sekar, sosok gadis muda yang sedang harum dan mekar-mekarnya. Di usianya yang baru saja menginjak delapan belas tahun, ia mampu menghipnotis Arjuna. Padahal Arjuna paham betul, seleranya bukan perempuan baru gede seperti Sekar, tapi sosok seperti Lola yang matang dan agak agresif di setiap kesempatan.
Namun, pandangannya tentang hal itu sekarang sungguh telah berubah. Sekar sekarang membayang indah dalam ingatan dan lamunan. Masih terpaku melamun di atas ranjang, dia mendengar suara ketukan pintu di kamarnya.
"Mas Juna ..." Lirih suara Sekar membuat Arjuna segera beranjak cepat, hingga tanpa sadar tersandung dan jatuh dan membuat kepalanya membentur lantai.
"Aduuuuuhhh!" Lelaki itu mengaduh kesakitan.
Sekar yang mendengarnya berinisiatif membuka pintu itu tanpa disuruh. Dia melihat Arjuna memang tersungkur, lelaki itu menatapnya sok cool, tapi kemudian Sekar menunjuk hidung Arjuna yang tiba-tiba mengucur darah segar.
"Gue bantu duduk, Mas, tunggu sebentar ya gue ambilin kotak obat."
Arjuna menurut saja, dia duduk dengan masih mengusap lubang hidungnya yang berdarah. Batang hidungnya yang mancung memang terasa sakit, tapi seakan terobati ketika melihat Sekar pagi ini.
"Lagian kenapa bisa sampe jatuh sih, Mas?" tanya Sekar kemudian setelah ia kembali dengan kotak obat dan kini sibuk mengobati lelaki itu.
"Lo juga, ngapain ngagetin gue?" Arjuna balik tanya dengan sebal.
"Ibu nyuruh gue bangun lo buat sarapan bareng."
Arjuna diam saja, ia malah sibuk memperhatikan Sekar dengan seksama.
"Neira udah bangun?" tanya Juna kemudian.
"Udah kok, lagi makan juga di bawah pake kursi dia." Ketika mengatakan itu, Sekar sambil tertawa kecil, seakan menceritakan semua hal tentang Neira bisa membuatnya begitu senang.
Arjuna sekarang paham mengapa Neira begitu nyaman berada di dekat Sekar. Karena sekarang bukan hanya anaknya yang merasakan demikian, dia juga. Gilanya lagi, Arjuna kini suka memandang gadis itu berlama-lama, bahkan sering berkhayal macam-macam dengan Sekar. Arjuna memang sedikit nakal, meski kepada kedua orangtuanya dia sangat berbakti.
"Udah, Mas. Sekarang mandi, gue turun ya."
Juna mengangguk, tapi kemudian, dia menghentikan langkah Sekar dengan menahan lengan gadis itu. Sekar menoleh sesaat, menunggu Arjuna berkata-kata.
"Sekar, malam ini temenin gue keluar ya."
"Jangan, Mas. Gak enak sama ibu dan bapak. Lagian, Neira akhir-akhir ini suka tidurnya lama."
"Habis Neira tidur, gue bisa atur kok cara kita keluar."
Sekar diam sesaat.
"Lihat entar ya, Mas."
Melihat ada secercah harapan, Arjuna mengangguk senang. Dia kemudian membiarkan Sekar pergi. Sedang Sekar merasa dirinya bodoh sekali, kenapa harus memberi kesan bahwa dia juga ingin pergi bersama Arjuna nanti? Padahal harusnya dia bilang saja dia tidak bisa.
Sekar turun dengan hati masih bertanya-tanya. Sekar belum pernah jatuh cinta, dia sangat menjaga dirinya dari perasaan semacam itu sejak dulu karena memang sedang malas memikirkan hal semacam itu. Namun, setelah kini dia bertemu Arjuna, dia merasa ada yang lain yang kini bersemi indah di dalam hatinya.
"Gue kenapa sih?" tanya Sekar bodoh sambil memandang dirinya di kaca sepanjang dinding di samping tangga, tempat dimana sekarang ia sedang menapakinya untuk turun.
"Sekar, ayo turun, sarapan. Arjuna biar saja yang penting udah kamu bangunkan bukan?"
Sekar tersentak lantas mengangguk cepat. Entah kenapa dia begitu. Sekar jadi kikuk. Ia segera bergabung dan sekarang sibuk menyuapi Neira lagi. Gadis kecil itu tampak lucu sekali di atas kursi khusus bayi.
"Sekar, nanti Ibu mau ke rumahnya Ema. Kamu temani Ibu ya?"
Sekar mana bisa menolak, meski itu artinya dia harus bertemu lagi dengan calon istri lelaki yang sekarang sering mengusik hatinya. Sekar juga jadi merasa bersalah sebab semalam dia sudah berciuman mesra dengan Arjuna, kakak angkatnya. Sekar menarik nafas panjang, dia hanya berdoa semoga tak ada yang salah dengan hatinya saat ini.
Tiba saatnya lelaki itu turun dan sudah rapi, keduanya kembali saling betatapan lagi, kali ini baik Sekar maupun Arjuna mengerti, memang sudah ada yang berbeda tentang perasaan mereka berdua.
🤭🤭 tapi aku sukaa 👍👍👍
masih juga berhubungan dengan pacar
piye thooooo!????