kenyataan yang menyakitkan, bahwa ia bukanlah putra kandung jendral?. Diberikan kesempatan untuk mengungkapkan kebenaran yang terjadi, dan tentunya akan melakukannya dengan hati-hati. Apakah Lingyun Kai berhasil menyelamatkan keluarga istana?. Temukan jawabannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Retto fuaia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MARI KITA MULAI
...***...
Rumah makan Dewi Permata.
Suasana sangat ramai, karena kompetisi memasak tersebut mencari koki berbakat, agar tetap mempertahankan citra rasa masakan di sana. Pangeran Shoi-ming berasa di lantai dua, duduk bersama beberapa anak laki-laki bangsawan lainnya. Sedangkan nona muda tertua Xin Qian di sebelahnya bersama beberapa anak perempuan bangsawan lainnya. Dari jarak yang cukup dekat Jianhong dan Junfeng sedang memperhatikan itu dengan seksama.
"Masakannya sebentar lagi dihidangkan." Ia tertawa kecil. "Bersiap-siaplah wahai pahlawan mulia."
"Hahaha!." Jianhong tertawa cekikikan. "Kau ini ada-ada saja adik." Ia berusaha menahan dirinya. "Kau mau memuji aku? Atau malah menghina?."
"Mana mungkin aku berani menghinamu kak." Balasnya. "Tentu saja aku memuji mu."
"Baiklah." Responnya dengan senyuman kecil. "Kita nikmati dulu pertunjukannya."
"Ya." Junfeng hanya nurut saja.
...***...
Kediaman Jendral Xiao Chen Tao.
"Pangeran shoi-ming saat ini berada di rumah makan dewi permata." Jelasnya. "Ia diundang untuk menjadi juri masak." Suasana hatinya terasa lebih bersemangat. "Karena rencana sebelumnya gagal, maka kali ini kita mengincar pangeran ketiga."
"Lantas? Siapa yang menjadi tumbalnya kali ini?." Ucapnya dengan nada santai, sambil menikmati teh hangat. "Tentunya ada seseorang, yang akan jadi tumbalnya, kan?."
"Tentu saja ada." Jendral Xiao Chen Tao tersenyum lebar.
"Siapa?."
"Anak perempuan tertua menteri pertahanan dan keamanan." Senyumannya mengembang begitu saja.
"Ho?." Responnya. "Sepertinya dendam lama masih belum selesai, ya? Suamiku." Nyonya Fengying tersenyum kecil.
"Aku sangat malu sekali." Hatinya terasa panas. "Aku tidak akan melupakan penghinaan itu."
"Memangnya? Rencana seperti apa yang kalian lakukan?." Ucapnya sambil meletakkan kembali cangkir teh yang baru saja ia minum.
"Pangeran ketiga shoi-ming keracunan, dan pelakunya adalah xin qian." Hatinya terasa puas membayangkan peristiwa kejadian itu.
"Apakah itu masuk akal?." Ada keraguan di hatinya.
"Aku sangat mengetahui, jika dia ahli obat, dan juga ahli racun." Ia genggam kuat laporan yang ia dapatkan. "Tapi disembunyikan."
"Apakah takut? Jika dianggap mengambil pekerjaan tabib istana?." Tebaknya.
"Benar sekali." Jendral Xiao Chen mendengus kesal.
"Kenapa tidak langsung saja bergerak menggeledah rumahnya?." Nyonya Fengying merasa heran. "Kenapa harus repot-repot melakukan perencanaan seperti itu?."
"Ayolah istriku." Jendral Xiao Chen Tao menarik nafas pelan. "Apakah kenal dengan kata-kata? Melempar dengan satu batu bisa membunuh dua burung sekaligus."
"Oh? Aku mengerti." Nyonya Fengying langsung bereaksi.
"Jika kita berhasil membunuh pangeran ketiga melalui xin qian, maka kita bisa menggeledah kediaman menteri pertahanan dan keamanan." Jendral Xiao Chen Tao terlihat percaya diri. "Sudah sudah sangat lama aku ingin membunuh dia!."
Dendam lama itu, tidak akan hilang begitu saja di hatinya.
...***...
Istana.
Taman Istana cukup ramai, apalagi kediaman para putri Kaisar. Kebetulan saat itu Putri permaisuri Chan Juan dan putri dari selir kaisar sedang bersama.
"Kakak, bagaimana pendapatmu tentang hari perdamaian istana?." Ia menuangkan air ke cangkir kecil. "Apakah akan ada banyak putra bangsawan yang hadir nantinya?." Memberikannya pada Putri Guo Liangyi.
Menerima cangkir kecil, dan meminumnya dengan pelan. Belum menjawab pertanyaan dari adiknya, mencoba memikirkan apa yang telah terjadi pada tahun sebelumnya.
"Pasti banyak sekali." Putri Liangyi tersenyum kecil. "Apakah kau mau mengincar salah satu dari mereka?."
Putri Lien-hua mengangguk kecil.
"Kau mengincar anak siapa?." Putri Liangyi tiba-tiba saja bersemangat. "Dari menteri? Jendral? Atau putra daerah?." Tebaknya. "Tapi sebaiknya jangan dari jendral." Kali ini suasana hatinya mendadak berubah.
"Kenapa?." Keningnya sedikit mengkerut aneh. "Katakan pada saya alasannya."
"Kau harus menghindari anak jendral yang bernama lingyun kai." Ada kemarahan di hatinya. "Dia itu binal, dan lelaki hidung belang! Suka bermain dengan perempuan!."
Deg!.
"Mengerikan sekali." Putri Lien-hua bergidik ngeri. "Sebaiknya saya tidak berurusan dengannya."
"Sebaiknya jangan." Responnya cepat. "Kau akan menderita, jika hidup bersama bajingan seperti itu!."
...***...
Rumah makan Dewi Permata.
"Hatchi!."
Lingyun Kai bersin?. Dan merasakan hawa yang tidak baik.
"Apaan ini? Kenapa bulu kudukku terasa merinding?." Dalam hatinya merasa takut. "Apakah ada seseorang yang sedang mengutuk aku?." Ia melihat ke segala arah. "Apakah pangeran shoi-ming sedang mengutuk aku di dalam hatinya?." Jantungnya terasa mau copot. "Awas saja kau shoi-ming sialan!." Umpatnya dalam hati.
"Hatchi!." Pangeran Shoi-ming bersin?. "Eh? Ada apa ini?." Dalam hatinya bingung. "Kenapa tiba-tiba saja aku bersin?." Matanya memperhatikan keadaan sekitar. "Apakah aku baru saja dikutuk seseorang?." Matanya memperhatikan keadaan sekitarnya.
Suasana masih ramai, apalagi ketika para koki membawa hidangan yang telah berhasil dimasak. Para juri telah bersiap-siap untuk mencicipi hidangan tersebut. Mereka benar-benar menikmati makanan yang disajikan, begitu nikmat dan memanjakan lidah.
Namun apa yang terjadi setelah itu?. Suasana menjadi tegang ketika seseorang tiba-tiba saja terjatuh dan tidak sadarkan diri. Saat itu juga terdengar suara teriakan keras di sana.
Deg!.
Mereka semua terkejut, dan berbondong-bondong menuju lantai atas.
"Pangeran ketiga diracuni seseorang!."
Deg!.
Suasana semakin tegang ketika mendengarkan suara teriakan dengan kalimat seperti itu.
"Pangeran shoi-ming!."
Sementara itu Jianhong dan Junfeng yang mendengar kalimat itu langsung bersemangat.
"Hei! Apa yang terjadi di sini?!." Jianhong tampak marah. "Katakan, apa yang terjadi sebenarnya?." Matanya melirik ke arah seseorang yang tergeletak di lantai.
"Maaf tuan muda jianhong." Ia memberi hormat. "Sepertinya ada yang telah meracuni pangeran shoi-ming." Suaranya bergetar ketakutan.
"Apa?!." Jianhong terkejut. "Cepat! Tutup pintu utama rumah makan ini!." Suaranya terdengar tinggi. "Dan jangan biarkan siapapun keluar dari sini!."
"Tapi tuan-." Ia terlihat ketakutan.
"Lakukan saja!." Selain berteriak, matanya melotot tajam.
"Baik tuan muda jendral xiao." Ia memberi hormat, setelah itu turun ke lantai 1.
"Dan kalian yang ada di sini?." Matanya memperhatikan keadaan sekitarnya. "Jangan bergerak dari sini!." Ucapnya penuh amarah. "Akan aku hajar! Siapa saja yang telah melakukan perbuatan kejam ini!."
"Kau sangat hebat sekali kak." Dalam hati Junfeng merasa bangga. "Aku pastikan kau akan mendapatkan gelar sarjana hebat nantinya dari kaisar."
"Heh!." Dalam hati Lingyun Kai mendengus kesal. "Kau hanya bisa berlagak saja jianhong." Matanya memperhatikan Jianhong yang menginterogasi orang lain di sana. "Kau itu sebenarnya sangat bodoh sekali." Hatinya sangat membenci.
Junfeng tidak tinggal diam saja, pelan-pelan ia berjalan menuju ruangan sebelah, memastikan jika matanya menangkap target. Berjalan pelan mendekati seseorang, berpura-pura memungut sesuatu di bawah kaki wanita itu. Apa yang dilakukan Junfeng saat itu membuat tanda tanya yang sangat besar di hati tamu. Apakah yang akan terjadi selanjutnya?. Apakah akan ada keributan besar nantinya?.
...***...
Tadinya kupikir Wu Xian beneran saudara lainnya Kai pas baru ngucapin nama, rupanya oh rupanya....
Waduh, kayaknya aku jadi salah fokus dan gak terlalu peduliin Si kai kenapa dan malah lebih fokus mengagumi kekuatan Si mbak! 😌🗿