Bunda Untuk Neira

Bunda Untuk Neira

Tertuduh

"Sumpah, Pak, itu anak bukan saya yang mau culik, tapi justru saya yang sudah menyelamatkannya!"

Sebuah ruangan introgasi kepolisian cukup berisik dengan suara perempuan muda yang sudah berkali-kali membela diri bahwa memang dia tidak menculik bayi berusia kurang lebih satu tahun itu. Si bayi sendiri cuma tertawa melihat gadis muda itu berusaha membela diri di depan seorang polisi yang tengah menanyainya.

Bayi itu sekarang sedang berada dalam gendongan perempuan paruh baya dengan seragam. Sepertinya, dia adalah pengasuh atau semacam pelayan bayi cantik itu.

"Bohong, Pak, ini perempuan cantik-cantik masih muda sudah mau jadi penjahat!" tuding pengasuh bayi itu.

"Eh, enak aja nuduh gue begitu! Lo pikir gue orang jahat apa? Lagian tadi beneran gue yang udah nyelamatin itu bocah dari tangan penjahat. Bahkan gue sempat berantem sama mereka! Nih, lihat, tangan sama kaki gue pada lecet! Malah gue yang dituduh mau nyulik ini anak!"

Gadis itu terus melakukan pembelaan. Dia benar-benar apes, niat mau menyelamatkan seorang bayi yang hampir saja jadi korban penculikan malah dituduh sebaliknya. Pengasuh yang tadinya sudah kelimpungan karena hampir kehilangan bayi itu malah menuduhnya hanya karena dia melihat si gadis yang telah menggendong sang bayi. Belum sempat menjelaskan apapun, si pengasuh malah membawanya ke kantor polisi seperti ini.

"Terus kenapa anak majikan saya ada di tangan kamu tadi?!" tanya pengasuh itu lagi.

"Ya karena gue yang udah menyelamatkan dia! Gue ikhlas nolongin ini anak, tapi kenapa gue juga yang kena tuduh?!"

Tanpa sadar, gadis itu membuka topi yang dikenakannya lalu dihempaskannya benda itu begitu saja di atas meja pak polisi yang sekarang cuma geleng-geleng lihat perdebatan mereka.

"Sudah-sudah! Kenapa malah jadi berantem di sini?"

"Lagian gimana saya bisa terima kalau dituduh begitu, Pak! Kalau salah tuduh saya juga bisa tuntut balik loh!"

Dengan mata mendelik, gadis muda itu terus menatap kesal pengasuh dan polisi bergantian. Perdebatan itu kemudian terhenti ketika seorang anggota polisi yang lain masuk ke dalam ruangan introgasi.

"Lapor, keluarga bayi ini sudah datang, Pak. Ternyata ini cucunya tuan Beno."

Polisi itu tampak membulatkan matanya, dia tahu betul sosok terhormat itu.

"Tuan Beno datang sendiri?"

"Ya enggak, Pak, mesti datang sama nyonya Mira."

"Kalau begitu, segera suruh masuk."

Lalu ruangan mendadak sunyi. Tak lama kemudian, terdengar langkah kaki memasuki ruangan. Semua mata menatap ke satu titik ketika pintu terbuka dan terlihatlah dua orang pasangan paruh baya dengan pakaian mereka yang rapi, juga wajah ramah dan segera tersenyum ketika melihat bayi cantik itu.

"Tuan, Nyonya, silahkan duduk."

Pak polisi segera mempersilahkan kedua orang terhormat itu untuk duduk. Mereka menatap gadis muda yang sekarang tampak sedang menunduk.

"Kok bisa sampai di kantor polisi seperti ini, Tih?" Nyonya Mira membuka percakapan kepada pengasuh yang tadi telah menuding gadis itu.

"Itu, Nyah, Neira mau diculik sama perempuan itu."

Lagi, dia menunjuk gadis itu. Gadis itu menarik nafas panjang. Dia sudah cukup lelah untuk melakukan pembelaan. Tadinya dia pikir, perempuan terhormat itu akan sama seperti pengasuh tadi, menuduhnya juga. Jadi akan percuma mau berdebat lagi, apalagi sekarang dia sangat haus. Matanya jelalatan melihat galon yang bergelembung-gelembung airnya seolah memanggil untuk segera masuk ke kerongkongan.

Mana haus banget, pak polisinya gak nawarin minum lagi! Dia menggerutu di dalam hati.

Seperti yang dia pikirkan semula, bahwa orang kaya itu pasti akan sama seperti pelayan tadi, akan menuduhnya. Namun, yang dia dapatkan adalah senyuman ramah dari perempuan paruh baya yang nampak begitu anggun itu.

"Sungguh, Nyonya, Tuan, bukan saya yang mau menculik anak itu." Akhirnya, dia kembali membuat pembelaan diri. Dia menatap tuan dan nyonya bergantian.

"Saya tahu, saya yakin kamu memang bukan orang jahat. Pak, lepaskan saja dia."

Tuan Beno mengatakan itu dengan ringan kepada polisi yang sekarang jadi heran. Semudah itukah kedua pasangan dari kalangan terhormat itu percaya?

"Ya sudah, kalau itu sudah menjadi permintaan Nyonya dan Tuan, kami akan melepaskannya," sahut pak polisi. "Kamu boleh pulang, berterima kasihlah kepada Nyonya Mira dan Tuan Beno."

Gadis muda itu mengangguk. "Terimakasih, Tuan dan Nyonya, tapi sungguh saya mengatakan yang sejujurnya. Saya permisi."

Gadis itu segera keluar. Di luar area kantor kepolisian, dia memakai lagi topinya, sembari berjalan keluar dari gerbang kantor polisi, tak hentinya dia menggerutu.

"Mimpi apa sih gue? Udah hari ini ga dapet duit dari ngamen, malah dituduh mau nyulik anak orang kaya!"

Sembari menendang kerikil-kerikil jalanan, dia berguman dengan kesal. Diperiksanya saku celana jeans dengan atasan kaus kebesaran itu, hanya ada uang lima ribu rupiah.

"Coba kalo tadi gak ke kantor polisi segala, udah lumayan kan gue dapet duit. Kayak gini mana bisa buat beli makan?"

Akhirnya dia memilih duduk di trotoar, sambil bertopang dagu, dia menatap ke jalanan dengan banyaknya kendaraan yang sedang lalu lalang.

Lalu, dia tersentak ketika sebuah mobil mewah berhenti tepat di depannya. Dia mengerutkan kening, menatap heran sesaat dan berdiri, bermaksud untuk segera pergi. Namun, langkahnya terhenti ketika seseorang memanggil namanya.

Dia segera menoleh, terkejut lagi ketika menemukan nyonya tadi sekarang berjalan mendekat ke arahnya. Dia jadi was-was, apa mungkin orang kaya itu merubah keputusan mereka untuk membebaskannya? Dan lagi, darimana nyonya itu tahu namanya? Karena sekelebat dia seperti mendengar perempuan itu menyebut namanya juga.

"Ada apa lagi, Nyonya?"

"Saya lupa mengucapkan terimakasih kepada kamu dan juga maafkan atas tuduhan dari pengasuh cucu saya kepada kamu. Saya tahu kamu bukan orang jahat, kami juga sudah melihat rekaman CCTV yang diambil dari pinggir jalan dan memang kamu sudah menyelamatkan cucu kami. Saya Mira, dan tadi suami saya namanya Beno. Nama kamu Sekar Arum kan?"

Gadis itu menarik nafas lega, lalu kemudian dia mengangguk.

"Betul, Nyonya. Saya Sekar. Darimana Nyonya tahu?"

"Polisi tadi yang bilang, kan kamu sempat didata."

Sekar mengangguk lagi.

"Ini ada uang untuk kamu, karena sudah menyelamatkan cucu kami."

Sekar terdiam sebentar. Dia memang lapar saat ini dan melihat uang merah yang cukup banyak itu, perutnya seolah demo minta segera dibelikan makanan enak. Tapi Sekar paham, tak semua hal harus dihargai dengan uang. Apalagi dia memang ikhlas menyelamatkan bayi kecil tadi.

"Gak usah, Nyonya. Saya ikhlas, saya permisi dulu."

Dia bergegas berbalik, membuat nyonya Mira cukup terkejut mendapat penolakan itu. Zaman sekarang masih ada yang menolak uang cuma-cuma begini? Perempuan itu akhirnya menyimpan kembali sejumlah uang itu ke dalam tas tangannya. Namun, dia tetap mengejar Sekar.

"Sekar, tunggu dulu."

Sekar kembali berhenti, dia jadi berbalik lagi.

"Saya ikhlas, Nyonya, sungguh." Sekar mengulangi lagi kata-katanya.

"Saya tahu, kamu gadis baik. Kalau begitu boleh saya tahu kamu tinggal dimana?"

Mendapat pertanyaan itu, wajah Sekar mendadak murung. Namun, dia segera tersenyum kecil.

"Jauh, Nyonya. Saya tinggal mengontrak."

"Kamu bekerja?" tanya nyonya Mira lagi.

"Saya mengamen, Nyonya. Saya baru lulus sekolah, cari pekerjaan sangat susah."

Nyonya Mira menatapnya dengan tenang tetapi dengan sorot prihatin.

"Kedua orangtuamu?"

Sekar diam sebentar, kemudian menggeleng.

"Sudah meninggal, Nyonya, kecelakaan tiga bulan yang lalu."

"Maaf, saya tidak bermaksud menyinggung perasaan kamu."

"Tidak masalah, kalau begitu, saya pamit ya, Nyonya."

"Sebentar, Sekar. Kalau kamu bersedia, ikutlah dengan kami, bekerjalah kepada kami."

Sekar membuka matanya lebih lebar, dia tentu sangat senang dengan tawaran ini.

"Betul, Nyonya?"

"Tentu."

"Saya akan bekerja sebagai apa, Nyonya?" tanya Sekar yang mulai bersemangat.

"Jadi pengasuh cucu saya, Neira."

Bayi kecil tadi ternyata sudah berada di luar mobil dengan kakeknya. Dia tertawa lucu khas bayi ke arah Sekar. Pada pandangan pertama, dia sudah jatuh hati kepada bayi lucu dan cantik itu.

"Terimakasih, Nyonya."

Nyonya Mira mengangguk, kemudian mengajak Sekar masuk ke dalam mobilnya. Bayi itu sekarang sudah di pangkuan Sekar, tersenyum lucu dan menggemaskan.

Terpopuler

Comments

Sandisalbiah

Sandisalbiah

Lha di dedek langsung nyaman ama Sekar..

2024-06-14

0

Berdo'a saja

Berdo'a saja

pengasuh nya dimana

2023-11-05

1

⚘️💙⚘️ Neng Gemoy ⚘️💙⚘️

⚘️💙⚘️ Neng Gemoy ⚘️💙⚘️

trus pengasuh yg tadi dikemanain, bu Mira ??

2023-09-05

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!