Anna dan Ananta dua gadis kembar yang sengaja di pisahkan sejak masih bayi. Setelah dewasa, keduanya tidak sengaja kembali bertemu dan sepakat untuk bertukar tempat karena merasa tidak puas dengan kehidupan mereka masing-masing.
Kehidupan keduanya bertolak belakang. Anna hidup sederhana di kota kecil, sedangkan Ananta hidup serba berkecukupan di Ibukota. Anna dicintai dengan tulus oleh Raksa, pemilik hotel tempat Anna bekerja sebagai Cleaning Service. Sedangkan Ananta sudah menikah dengan Rendra, salah pengusaha muda kaya raya. Sayangnya Ananta tidak dicintai.
Ikuti keseruan cerita mereka. Tolong jangan lompati Bab yaa.
Terima kasih sudah mampir.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nittagiu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berbagi Ranjang
Di Ibukota, di dalam ruang keluarga mewah terlihat begitu hangat. Kebahagiaan terasa begitu melekat di hati Anna. Ia bahkan berpikir, jika laki-laki brengsek yang juga berada di dalam ruangan itu, bukanlah anak kandung dari wanita baik bak malaikat yang terus saja mengusap kepalanya ini.
Ananta memang sudah menceritakan jika ibu mertuanya begitu menyukai dirinya. Tapi Anna tidak sampai berpikir, jika wanita yang dipanggil Mami oleh Ananta ini, sangat sangat menyayangi Ananta seperti anak kandung.
Di ujung sofa, Rendra seperti obat nyamuk yang sedang menyaksikan ibunya memanjakan istri yang tidak dia inginkan. Dua wanita itu akan terus mengabaikannya. Dia tidak lagi heran dengan sikap ibunya saat kembali ke Indonesia. Wanita yang melahirkannya itu, bagaikan perangko dengan istrinya. Dan jika ia memperlakukan Ananta tidak baik, habislah sudah.
“Kalian hanya akan terus seperti ini? Dan kamu hanya akan terus menemani ibu mertuamu? Aku ngantuk!” Rendra tidak tahan lagi. Sambil menatap kesal wajah istrinya, ia lantas beranjak dari sofa, dan bersiap meninggalkan ruangan itu.
“Oh iya. Maafkan Mami menyita wakktu kalian.” Wanita paruh baya itu ikut beranjak. Tak lupa pula, ia menarik Anna, lalu mendorong menantu kesayangannya itu hingga menabrak tubuh laki-laki yang terus saja memasang wajah kesal di dalam ruangan itu. “Semangat, Ananta. Semoga secepatnya bisa kasih Mami cucu.” Sambungnya lagi, lalu segera meninggalkan sepasang suami istri yang semakin terlihat salah tingkah itu.
Ini pertama kalinya ia melihat putranya seperti ini. Biasanya, laki-laki yang ia lahirkan puluhan tahun silam itu, hanya akan terus bersikap acuh tak acuh. Tapi sejak mereka bertemu di Bandara tadi, hingga makan malam berakhir, Rendra masih terus menemani mereka berdua.
Di dalam kamar utama, Anna merasa begitu sesak. Semalam ia masih menikmati kamar ini sendirian. Dan hari ini, ia harus berbagi ranjang dengan orang lain.
“Kamu senang kan aku nginap di kamar ini? Ini kesempatan langka. Ananta.” Ujar Rendra, membuat Anna ingin sekali menendang laki-laki brengsek yang sangat dicintai Ananta ini.
Tunggu, apakah Ananta sudah pernah disentuh oleh laki-laki ini? Sial, dia tidak menanyakan hal ini.
“Tenang aja, aku tidak akan tergoda dengan tubuh kurus mu itu.” Ucap Rendra lagi, saat melihat Anna memeluk dirinya sendiri.
“Yah, mata kamu sudah dibutakan oleh gundik, jadi mau secantik apa pun gadis yang kamu nikahi, setan pasti akan terus menutup mata kamu itu.” Jawab Anna kesal. Gadis itu mengambil selimut dan bantal, lalu membawa dua barang itu menuju sofa panjang yang tersedia di dalam kamar itu.
Melihat tindakan gadis itu, membuat Rendra semakin bingung. Biasanya, Ananta akan terlihat malu-malu dan bersemu saat ia terpaksa harus tidur di kamar ini saat Mami menginap.
“Kamu yakin enggak mau berbagi ranjang dengan ku? Biasanya, kamu lah orang yang paling semangat saat aku terpaska menginap di kamar ini.” Tanya Rendra.
“Itu dulu, saat aku masih jadi gadis bego. Sekarang mah aku udah sadar, dan enggak akan pernah berharap apa pun lagi pada mu.” Anna merebahkan tubunya di atas sofa, lalu menarik selimut hingga menutupi kepalanya. Ia mengabaikan laki-laki yang terus saja mengoceh dari atas ranjang yang ada di dalam kamar itu.’Cih, baru segini saja kamu sudah merasa kehilangan Ananta. Aku bahkan berniat melakukan pengabaian yang lebih parah dari ini.’ Sambung Anna di dalam hati. Gadis itu lalu mulai terlelap.
“Dasar gadis ini. Apa dia mau mati hingga menutupi seluruh kepalanya dengan selimut tebal ini?” Rendra menarik selimut yang menutupi tubuh Anna. Ia lalu meraih tubuh Anna yang terlihat begitu tenang, lalu membawa tubuh mungil itu kembali ke ranjang.
Rendra terdiam sejenak di samping ranjang. Ia menatap lekat wajah cantik yang entah kenapa selama pernikahan mereka, begitu ia benci. Dan entah apa yang membuat keadaan tiba-tiba berubah setelah gadis yang ia nikahi beberapa bulan yang lalu ini, kembali dari luar kota. Tak ada lagi rengekan dan mata berkaca. Hanya ada tatapan dingin penuh ketenangan. Gadis ini pun sudah mampu menjahilinya hingga membuatnya salah tingkah. Dan perasaan ini, entah kapan mulai terusik dengan sikap abai Ananta.
Tangan Rendra terulur. Laki-laki itu menyentuh anakan rambut yang menyembul di dahi Anna. Mengusap-nya pelan hingga jemari-nya menyentuh lembut pipi, membuat gadis yang terlihat begitu lelap dalam mimpi indahnya, mulai terganggu.
Sebelum benar-benar membuat Anna terjaga, Rendra segera mengakhiri aksi nekatnya itu. Ah, pasti akan sangat memalukan jika Anna akan menangkap basah dirinya yang tengah bertingkah aneh ini. Ia pun harus beristirahat karena memang malam sudah sangat larut.
Seperti biasa, jika Mami pulang dari Paris, mereka akan menyambangi kediaman Ananta. Dan pasti, ia harus menonton banyak drama yang menguras emosi.
“Ranjang seluas ini, sayang kalau hanya tubuh kecil mu ini yang menggunakannya.” Rendra ikut merebahkan tubuhnya di ranjang yang sama tepat di samping tubuh kecil Anna. Saat istri yang tak pernah ia sentuh itu berbalik dan meletakkan tangan kecil di atas tubuhnya, Rendra tersenyum. Terserahlah, jika Ananta menganggapnya seperti orang aneh atau gila, yang pasti malam ini ada rasa baru yang timbul begitu saja di dalam sana, dan ia ingin merasakannya walau sebentar.
Tanpa banyak berpikir, ia pun ikut meraih tubuh Anna dan memeluknya. Biarlah, ini hanya sebentar. Biarlah malam ini, ia mengikuti nalurinya. Rendra menutup matanya dan menikmati irama jantungnya yang tiba-tiba menggila hingga tak sadar ia pun terlelap sambil memeluk erat tubuh Anna.
Ternyata, istrinya yang selama ini ia benci, mampu membuatnya sampai seperti ini. Ah, kemana aja dirinya selama ini hingga tak begitu memperhatikan seorang Ananta. Memang, jika dipikir-pikir Melisa tidak ada apa-apa nya jika dibandingkan dengan Ananta.
Hahaha kita lihat bagaimana reaksi Anna saat bangun nanti, dan mendapati tubuh mungilnya sedang berada di dalam dekapan hangat Rendra.