Setelah 15 tahun menikah, Elma dan Danu merasa hidup mereka terenggut, mereka sama-sama lelah, sama-sama marah dengan keadaan yang memaksa untuk bertahan.
Hingga di suatu malam mereka memutuskan untuk berpisah dan mencari bahagia masing-masing.
Mampukah itu terwujud? saat hati masih saling bertaut ...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lunoxs, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
S15TMD BAB 29 - Slip Gaji
"Mas, kenapa lama sekali? Aku sudah lelah," tanya Elma, entah darimana sang suami mendapatkan kekuatan itu. Tapi hampir 30 menit mereka memadu kasih namun Danu masih belum juga menyudahi permainannya.
Sementara Danu terus membuat Elma melayang tanpa arah.
"Satu kali lagi ya?"
"Tidak." Elma menggeleng.
"aku sudah lelah." Timpal Elma lagi dengan nafas terengah.
"Baiklah," jawab Danu dengan bibir tersenyum, entah kenapa dia senang sekali melihat sang istri yang tak berdaya di bawah kuasanya. Seolah dia benar-benar ingin membuat Elma kalah dengan permainannya.
Danu mengangkat tinggi kedua kaki istrinya, menyandarkan di dadanya yang bidang. Kemudian mepercepat hentakan hingga akhirnya menumpahkan semua hasrat yang selama ini terpendam rapi.
Nafas Danu tidak teratur, namun bibirnya tersenyum. Sementara Elma di bawah sana sudah terkulai lemas.
"Haus," ucap Elma lirih dan Danu segera melepaskan diri kemudian mengecup sekilas bibir sang istri yang menganga mengatur nafas.
"Aku ambilkan minum dulu."
Elma mengangguk.
Danu lantas bangkit, mengambil handuk untuk melilit pinggangnya dan menuju dapur. Dia lebih dulu mengeluarkan baju kerjanya dari mesin cuci dan menggantungnya, barulah kemudian mengambil minum untuk sang istri.
Saat kembali ke kamar, dia lihat Elma yang sudah duduk dan bersandar pada ranjang. Menutupi tubuhnya yang polos dan basah oleh keringat dengan selimut tipis, sementara rambut panjangnya dia ikat menggulung dengan asal.
Cantik sekali. Batin Danu.
Danu pun menyerahkan segelas air putih itu dan Elma meminumnya hingga tandas. Sedangkan Danu memilih duduk di tepi ranjang dan terus menatap kagum pada kecantikan sang istri.
"Mas," panggil Elma setelah dia selesai minum. Gelas kosong itu masih dia pegang di atas pangkuannya. Kedua tangannya menyepit selimut di dada.
"Hem."
"Bisakah kita bicara?" tanya Elma.
"Tidak bisakah besok saja kita bicaranya."
"Bisa, tapi sekarang juga Mas pergilah dari rumah ini."
"Ya ampun El," balas Danu dengan terkekeh. Dia kemudian mengambil gelas kosong di tangan istrinya dan meletakkannya di atas meja rias.
Danu kembali menarik ke atas ranjang dan menarik pinggang sang istri agar lebih dekat.
Saat ini wajah Elma sudah cemberut, setelah percintaan panas mereka dia sangat berharap Danu akan menjelaskan semua hal yang selama ini membuatnya marah.
Tapi Danu malah enggan membicarakan apapun, Elma kesal, terlihat sekali wajahnya yang nampak marah.
Dia bahkan diam saja, tak merespon saat Danu memeluk pinggangnya erat, mencium pipinya sekilas.
"Dengarkan aku," ucap Danu.
Membuat Elma menoleh dan mereka saling tatap dengan jarak terdekat. Danu bahkan menyempatkan diri kembali mengecup bibir istrinya sekilas sebelum kembali berucap.
"Aku minta maaf El, aku sadar selama ini belum bisa jadi suami yang baik untuk kamu. Belum bisa membahagiakan kamu dan anak kita, Arkan." Jelas Danu dengan tatapan yang lebih sendu, membuat suasana di dalam kamar yang tadinya panas kini perlahan berubah jadi dingin.
Elma hanya diam, namun salah satu tangannya mulai bergerak membalas pelukan Danu. Manusia tidak ada yang sempurna, Elma pun sadar dia belum bisa jadi istri yang baik.
"Tentang slip gaji, kertas itu memang sengaja tidak pernah aku berikan lagi pada mu."
"Kenapa?" tanya Elma lirih.
Dan Danu menjelaskan semua alasannya dengan rinci. Suatu hari dia pulang dengan membawa slip gaji yang nilainya cukup tinggi, Danu pulang cepat dan ingin segera menunjukannya pada Elma.
Sampai di rumah Elma melihat slip gaji itu dan tersenyum lebar, memeluk Danu Erat.
Kemudian di hari lain Danu membawa pulang slip gaji yang jumlahnya tak seberapa, dia sedih tak kuasa memperlihatkannya pada sang istri.
Dan benar saja, saat Elma melihat slip gaji itu senyumnya tak lebar lagi. Tak ada pelukan hangat lagi.
Apalagi saat Arkan sakit, bahkan Elma tak peduli pada slip gaji itu dan hanya ingin ada uang untuk berobat Arkan.
Semenjak saat itulah Danu tak pernah lagi memberikan slip gaji, tiap dia mendapatkan kertas itu Danu hanya menyimpannya sendiri di dalam tas kerja. Dia hanya akan terus berusaha pulang membawa uang bukan slip gaji.
Elma menangis tersedu saat mendengar alasan sang suami. Dia terus menangis seraya merasakan dadanya yang sangat sesak.