Mantan Tapi Menikah

Marvel sengaja pura-pura tidur untuk menunggu Celine tidur. Hembusan nafas Celine yang teratur membuat Marvel membuka mata, dilihatnya Celine sudah terpejam dan tidur. Marvel mengutuk keadaan ini, sebagai pria normal ia sangat tergoda untuk menyentuh Celine. Tapi, apalah daya, ia bukan seorang pengecut yang akan melakukan itu dengan cara memaksa. Tidak, Marvel masih menghargai Celine. Tapi, kenapa Celine menyiksanya seperti ini?

"Baiklah, kau yang minta untuk disentuh." Marvel juga memeluk Celine, hanya itu yang bisa ia lakukan agar bisa tidur.

.

.

Keesokan harinya.

Suara pintu diketuk dari luar mengusik tidur dua orang penghuni kamar yang pagi itu masih saling memeluk di atas ranjang. Ketika membuka mata Celine terkejut melihat posisi tidur yang ntah sejak kapan sudah saling memeluk satu sama lain.

"Kau!" Celine memekik.

Tangan Marvel memeluk pinggang Celine, sementara wanita itu menempel di dadanya. Celine berusaha mendorong Marvel tapi sialnya pria itu sedikitpun tidak bergeser dari tempatnya.

"Marvel menyingkirlah kau jangan memanfaatkan keadaan, ya! Seenaknya memelukku seperti ini," keluh Celine minta dilepaskan.

"Siapa yang memanfaatkan keadaan? Lagipula aku pikir tidak ada yang salah. Kau istriku jadi aku berhak memelukmu seperti ini." Marvel semakin mengeratkan pelukannya.

"Jangan sembarangan bicara, aku tidak mau. Cepat lepaskan aku!" Celine menggeliat seperti cacing kepanasan.

Marvel tertawa, sepertinya ia sudah baik-baik saja. Kepalanya sudah tidak pusing lagi dan suhu tubuhnya sudah normal seperti biasa. Tidak disangka ia berhasil menahan hasratnya. Itu karena Marvel sudah berjanji tidak menyentuh Celine tanpa ijin apalagi saat Celine tidur, Marvel tidak sepengecut itu.

"Kenapa kau tertawa?"

Marvel mengubah posisi, kini ia berada di atas Celine, kedua tangan menahan tubuhnya agar tidak menimpa Celine.

"Kalau kau tidak mau, lalu apa yang kau lakukan ini?" Mata Marvel melirik bagian menyambul di da da Celine.

"Kau bahkan sengaja membuka baju tidurmu dan memelukku sepanjang malam."

Mata Celine membola sempurna, refleks tangan Celine menutupi da da. Gawat! Marvel sudah lebih dulu mengetahinya. Pria ini pasti berfikir yang tidak-tidak. Beruntung masih ada tank top menutup badannya.

"Ak-aku cuma berusaha membantumu saja, tidak lebih." Celine terbata menahan malu.

"Dan itu tidak membantu, Celine. Kau tidak tahu bagaimana tersiksanya aku menahan na*su. Anehnya kenapa kau tidak membuka semua bajumu itu?

Celine menelan ludah, ntah ada desiran aneh saat Marvel bicara hal sensitif itu.

"Apa seperti itu skin to skin yang kau maksud? Jangan lakukan itu lagi Celine jika tidak...."

Marvel mendekatkan bibirnya di telinga Celine dan berbisik. "Aku akan membutmu mende sah sepanjang malam." Marvel mencium kening Celine lalu turun dari ranjang bersiap untuk membuka pintu.

Sialnya, kecupan Marvel menciptakan kehangatan di bagian bawah perut Celine.

"Marvel membuat jantungku mau jatuh." Celine memegang dada yang berdebar.

.

.

.

.

"Kenapa sepagi ini kau mengganggu tidurku, huh?" Marvel yang awalnya ingin menggoda Celine lebih lama terusik karena Harry masih saja mengetuk pintu kamarnya.

"Maaf, Tuan. Aku ingin memastikan kondisi Tuan saja," jawab Harry, ia datang membawa map berwarna biru untuk Marvel.

"Kau fikir aku anak bayi yang kena hujan langsung demam? Kau lihat aku baik-baik saja!"

Harry lega mendengarnya. "Syukurlah, Tuan. Oh, ya ini beberapa berkas yang Tuan minta. Sepertinya J kosmetik sangat ingin bekerja sama dengan kita."

"Begitu, ya? Kau atur pertemuan dengan mereka!"

"Baik, Tuan. Aku hubungi pemiliknya hari ini juga."

Marvel kembali menutup pintu dan meletakkan map itu di atas meja rias Celine. Kemudian ia berlalu ke kamar mandi.

"J Kosmetik?" gumam Celine yang tidak sengaja mendengar percakapan Harry dan Marvel.

"Kenapa Jeje menawarkan kerja sama dengan perusahaan Marvel? Gawat, Marvel bisa tahu kalau akulah pemilik J kosmetik yang sesungguhnya."

Cukup lama Celine duduk di depan cermin memikirkan kerja sama Marvel dan J kosmetik. Map warna biru itu tidak luput dari matanya.

"Itu artinya Marvel akan menemui Jeje di London. Mereka akan sama-sama menandatangani kerja sama. Ada baiknya kalau aku juga ikut, jadi aku bisa bertemu Jeje juga. Tapi, bagaimana caranya agar Marvel tidak curiga padaku, ya?"

"Memikirkan aku, Nona?" Hanya memakai handuk sebatas pinggang Marvel berdiri di samping Celine.

Celine langsung membuang muka melindungi mata dari Marvel.

"Iya, aku memikirkanmu."

"Kenapa? Lihat aku kalau bicara." Marvel menarik dagu Celine sampai menghadapnya, ia tatap wajah Celine dalam-dalam. "Ada apa? Tidak biasanya kau memikirkan aku. "

Celine meremat jemari tangannya, ia takut Marvel tidak membolehkan dirinya ikut ke London.

"Kau mau pergi ke London bertemu klien barumu di sana'kan?"

Marvel mengangguk.

Celine tersenyum. "Aku ikut, ya.... "