MISI KEPENULISAN NOVELTOON
Terbangun karena cekikan yang membuatnya susah bernapas. Athena mendapati dirinya ternyata masuk ke dalam novel yang dia baca sebelum dia tidur. Ternyata dia menjadi seorang pemeran antagonis yang lemah dan manja yang kebetulan memiliki nama yang sama dengan dirinya.
Bisakah Athena bertahan di dunia yang asing itu baginya? bagaimana caranya dia kembali? apa saja dia temui di sana? adakah cinta yang mengubah dirinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Quin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30. Bayaranku sekarang sudah naik.
Athena menatap punggung Axcel yang masih saja menyembunyikan wajahnya. Athena segera berdiri dan mengambil cermin yang memang pernah dia simpan di sebuah laci di ruang tamu itu.
“Apa yang aku lakukan padamu ini sifatnya hanya sementara. Dan ini hanya akan bisa bertahan paling lama sebulan. Jika racunnya kambuh kembali yang bisa kita lakukan hanya menekan penyebarannya lagi karena untuk menyembuhkan dan juga menghilangkan racun ini secara sempurna agak sulit dilakukan,” jelas Athena pada Axcel saat dia berjalan kembali ke arah Axcel. Dia lalu menyerahkan cermin itu pada Axcel yang tak langsung melihat wajahnya.
“Lalu sebenarnya apa yang terjadi padaku? Kenapa tiba-tiba ada racun di dalam tubuhku?” tanya Axcel. Dari tadi dia bertanya tapi Athena sama sekali tidak menjelaskan apa yang terjadi pada dirinya. Kenapa dia tiba-tiba bisa merasakan nyeri dan juga terjadi luka yang mengerikan di wajahnya. Lalu, racun? Apa maksudnya dengan racun.
“Jadi, luka dan nyeri yang terjadi di wajahmu sekarang disebabkan oleh racun yang dimasukkan dalam tubuhmu. Aku tidak tahu bagaimana racun itu ada dalam tubuhmu, tapi seseorang sudah memasukkan racun yang sangat kuat dan juga susah untuk ditawarkan karena penawarnya juga masih belum diketahui. Efek racun ini bisa menyebabkan seluruh tubuhmu dipenuhi oleh luka dan kau akan meninggal secara tiba-tiba. Satu lagi, racun ini sudah ada dalam tubuhmu begitu lama dan aku rasa sudah menyebar di seluruh tubuhmu, ini juga menambah sulit untuk menghilangkan racun secara sempurna,” jelas Athena kembali melihat wajah Axcel yang tidak percaya.
Tentu Axcel tidak percaya. Bagaimana bisa dia memiliki racun seperti itu di dalam tubuhnya. Belum lagi masalah hilangnya ingatan dan tubuhnya yang tiba-tiba berubah menjadi anak kecil terpecahkan, sekarang dia harus menerima bahwa dalam tubuhnya terdapat racun.
“Aku tidak ingat siapa yang sudah memberikanku racun ini,” ujar Axcel yang mencoba untuk mengulik ingatannya. Dia harus tahu siapa yang sudah melakukan ini padanya. Kenapa? Ada masalah apa mereka dengannya?
“Seperti yang sudah aku jelaskan. Aku harus lebih fokus dengan racunmu dan sepertinya aku tidak bisa mengobati hilang ingatan yang kau derita sekarang. Aku harus cepat mencari cara menawarkan racun yang ada di dalam tubuhmu dahulu karena memang efek racun itu lebih parah dibanding penyakitmu yang lain. Jika dia kembali kambuh dan kau terlambat untuk di tangani, maka keadaanmu akan semakin parah.”
Mendengar itu Axcel hanya memipihkan bibirnya. Dia lalu perlahan memberanikan dirinya untuk melihat ke dalam cermin bagaimana keadaan wajahnya sekarang. Axcel langsung membesarkan matanya kaget melihat pantulan wajahnya yang ada di cermin itu. Pantas saja pengantar makanan tadi lari ketakutan melihat dirinya. Wajahnya penuh luka menganga yang terlihat sangat menakutkan, membuat dia seperti seorang monster.
Pemikiran tadi tiba-tiba saja membuatnya memunculkan sekelebat ingatan dalam otaknya. Dia tidak ingat siapa tapi dia teringat pernah ada seseorang yang berteriak dan menyebut dirinya adalah seorang monster.
“Aku adalah seorang monster.” Pelan Axcel mengatakan hal itu, seolah terjebak dengan ingatan itu. Matanya kosong menatap dirinya di dalam cermin itu.
Karena gumaman pelan dari Axcel, membuat Athena tidak bisa mendengar perkataan dari Axcel secara jelas. Athena yang penasaran segera memiringkan wajahnya untuk melihat ke arah Axcel.
“Kau tadi mengatakan apa?” tanya Athena ingin mengetahui apa yang dikatakan oleh Axcel tadi.
“Aku adalah seorang monster,” ulang Axcel masih dengan posisinya yang seperti tadi.
Athena melihat mata Axcel yang terlihat kosong dan sayu. Seolah pemikirannya sedang tidak sadar dan sedang menerawang jauh. Tentu Athena tidak suka dengan perkataan Axcel sehingga dia langsung menggetok kepala Axcel yang membuat bocah itu langsung sadar seketika.
“Jangan berpikir dan berbicara sembarangan. Bukannya aku sudah pernah mengatakan padamu aku akan menyembuhmu!” marah Athena pada Axcel yang langsung memegangi kepalanya. Tentu saja ketokan itu sangat kuat, seolah Athena benar-benar mengerahkan kekuatannya di sana.
Tapi Axcel tidak merah melihat tingkah Athena itu. Dia malah ingat, bukannya wanita ini tidak suka dengan hal yan merepotkan dan bukannya keadaanya ini menambah masalah buatnya? Lalu, kenapa dia malah ingin menyembuhkan Axcel.
“Tapi, bukannya kau tidak suka dengan masalah? Bukannya hal ini menambah masalahmu?”
“Iya, tapi, entahlah siapa suruh aku sudah terlanjur berjanji untuk memulihkan ingatanmu. Ah! kalau tidak berjanji aku juga tidak ingin menyembuhkanmu. Dan satu-satunya jalan untuk memulihkan ingatanmu tentu hanya dengan cara menyembuhkan racunnya dahulu.” Athena bertampang kesal melihat ke arah Axcel. Axcel melihat itu hanya menaikkan satu sudut bibirnya. Menurutnya tingkah Athena ini cukup lucu. “Tapi kau jangan berharap aku hanya akan menerima uang empat puluh juta untuk mengobatimu. Sekarang bayarannya sudah naik. Kau harus membayarku enam puluh juta,” Sungut Athena kembali.
Axcel mendengar itu tambah menaikkan sudut bibirnya. Benar-benar seperti Athena yang dia kenal. “Baiklah aku akan membayarmu enam puluh juta.”
“Baiklah. Kita sudah sepakat. Kau boleh istirahat dulu di sini. Jika kau sudah merasa baikan. Lebih baik kau kembali ke kamar dan beristirahatlah. Aku juga ingin ke kamarku dulu,” ujar Athena bersiap-siap mengumpulkan peralatan akupunturnya dan segera beranjak dari sana.
Saat Athena ingin melewati Axcel, tiba-tiba saja bocah itu menarik ujung baju dari Athena. Athena yang berhenti karena langkahnya tertahan oleh tarikan dari Axcel segera melihat bocah itu.
“Terima kasih,” ucap Axcel pelan.
Athena melihat wajah Axcel yang tampak malu-malu mengatakan terima kasih padanya. Melihat wajah Axcel yang begitu membuat niat jahil langsung muncul di otaknya. Dia lalu segera kembali duduk di dekat tubuh Axcel, menghadap ke arahnya cukup dekat dan tersenyum jahil pada Axcel.
“Kau sedang berterima kasih dengan siapa?” tanya Athena dengan senyumannya yang mengembang. Axcel melirik ke arah Athena yang terus saja memandangnya seolah menuntut jawaban dari pertanyaan yang baru saja terlontar dari bibirnya. Axcel tahu bahwa kejahilan wanita sedang kumat. Tapi melihat wajah Athena yang begitu dekat dengannya memunculkan perasaan lain. Axcel jadi gugup karenanya.
“Hayo, dengan siapa?” tanya Athena lagi yang terus memandang Axcel. Entah kenapa dipandang begitu membuat Axcel jadi malu sendiri. Dia tanpa sadarnya memalingkan wajahnya dari Athena.
Athena melihat aksi Axcel itu pura-pura tidak tahu bahwa bocah itu sedang tersipu melihatnya. Athena lalu mengacak-acak rambut Axcel seraya berkata, “Lain kali jika ingin mengatakan terima kasih maka harus memanggil orang itu dengan benar. Sekarang, kau harus memanggilku dengan sebuatan kakak,” pinta Athena.
Axcel yang mendengar hal itu langsung memalingkan kembali wajahnya ke arah Athena. Menatap wanita itu yang tersenyum tulus tanpa ada wajah jahil yang tadi dia tunjukkan pada Axcel. Hal itu semakin membuat wajah Axcel tampak memerah.
ada apakah dengan kak author kok lama up nya