Three Minds, One Darkness

Amsterdam Belanda, Apartemen Kirana

"Gami ... Apa maksudmu?" tanya Kirana dengan nada gemetar sembari menggenggam erat ponselnya.

"Kamu itu kalau kode keamanan apartemen, harus diganti setiap enam bulan sekali ... Bukan satu dekade tidak kamu ganti!"

"Gami ... Bagaimana kamu ... Tahu?" Kirana berdiri dan berjalan menuju jendela apartemennya sambil terus menggenggam ponselnya. "Kamu ... Kemari tadi?"

Kirana melihat ke arah jalan besar dari lantai tiga apartemennya. Mata hijaunya terbelalak saat melihat Yagami berdiri di sisi tiang lampu jalan sambil menatap ke arah jendela.

"Kamu tidak pernah berubah rasanya," senyum Yagami.

"Kamu ... Kamu tunggu disitu! Jangan kemana-mana!" seru Kirana.

"Kirana ... Aku yang keatas!" potong Yagami.

"Apa?" Kirana kembali melihat ke arah jendela. Yagami sudah menyeberang jalan dan menuju apartemennya. Jantung Kirana berdebar-debar karena dia akan bertemu dengan pria ... Satu-satunya pria yang ada dalam hatinya. Juga ayah dari putranya.

Tak lama bel apartemennya berbunyi dan Kirana membukanya tanpa harus melihat dari lubang intip pintunya. Tampak Yagami berdiri di hadapannya dengan membawa buket bunga.

Yagami Azuma

"Halo, Kirana ...."

Kirana hanya menatap dingin lalu menampar wajah Yagami.

"Kamu ... Kamu ...." Nafas Kirana naik turun karena emosi. Yagami masuk ke dalam apartemen, meletakkan buket bunga diatas meja Konsul di sebelah pintu. Pria itu menutup pintunya dan maju mendekati Kirana yang reflek mundur.

Kirana menatap mata hitam Yagami yang hanya fokus padanya saja, tidak perduli dengan lainnya. Hingga kaki Kirana mengenai pinggir meja kopi dan Yagami semakin mendekat. Pria bertinggi 187cm itu langsung meraih pinggang Kirana dan mencium bibirnya panas. Kirana tidak diam saja dan membalasnya.

Keduanya saling berciuman panas hingga Yagami merebahkan tubuh Kirana diatas sofa. Kirana membuka jas Yagami sementara pria itu membuka kancing-kancing kemeja milik Kirana.

Disaat Yagami hendak membuka kemejanya, tiba-tiba ...

"Oom Gami?"

Yagami membeku sementara Kirana memejamkan matanya, bersyukur dirinya tertutup sofa dan bergegas mengancingkan kemejanya.

"Hai, Killian," senyum Yagami.

Killian menyipitkan matanya. "Apa yang Oom lakukan disini? Mana Mama?"

"Mama ... Ehem ... Mama disini, Killy," ucap Kirana dengan nada gugup dan bangun dari balik sofa.

"Oke ... What's going on in here? Are you two want to have s3x?" Killian berdiri sambil bersedekap. "Oke, mataku yang polos ini sudah ternoda!"

Yagami tertegun. Kenapa omongannya sama dengan semua keponakan aku?

Kirana pun berdiri dengan kondisi sedikit berantakan sementara Yagami membiarkan kemejanya diluar dan sama kacaunya.

"Sayang, Mama ... Ehem ... Mama mau bilang padamu ... Sesuatu ...." Kirana berlutut di depan Killian.

"Oom Gami papaku kan Ma?" tebak Killian.

"Eh?"

"Ma ... Tidak perlu anak jenius untuk tidak mengetahuinya. Mama tidak pernah bersama pria lain ... Dan hanya bersama Oom Gami, mama bisa seperti ini. So, apa benar? Oom Gami papaku?" Killian menatap Yagami dengan tatapan tajam dan Yagami seperti melihat dirinya dalam bentuk sachet dan bule!

"Ada baiknya ... Kita duduk bersama dan berbicara secara dewasa. Bagaimana?" tawar Yagami. Benar-benar keturunan Pratomo! Cerdas dan logis.

Kirana pun berdiri sementara Killian berjalan menuju sofa kecil. Yagami pun mengambil jasnya yang jatuh di lantai dan menyampirkan di kepala sofa. Kirana pun duduk di sebelah Yagami karena pria itu menepuk sisi kosong di sisi kanannya.

"Jadi ...." Killian menatap kedua orang dewasa yang berhutang penjelasan padanya. "Kalian ... Aku ganti. Mama dan Oom Gami ... adalah kedua orang tuaku?"

"Ya," jawab Yagami dan Kirana.

"Oke. Kenapa Oom Gami tidak cari Mama? Apa Oom Gami tidak tahu Mama hamil aku?" tanya Killian dengan gaya yang mirip dengan Yagami, dan Kirana berani bersumpah, mereka sangat mirip satu sama lain hanya beda ukuran dan usia.

"Karena ...Oom Gami tidak tahu. Mamamu dan Oom Gami ... Hanya sebulan bersama. Setelahnya, Oom Gami harus pergi ... Keliling dunia."

"Apa pekerjaan Oom?" tanya Killian. "Yang sejujurnya."

"Oom adalah ... Tentara bayaran." Yagami menatap Killian. "Oom bukan orang baik, Killian."

"Killy."

"Pardon?" tanya Yagami.

"Killy. Mama biasa memanggil aku Killy. Oom juga karena Oom adalah Papaku."

"Oh. Baiklah Killy. Oom punya pekerjaan yang berbahaya dan ... Bukan sesuatu yang patut dibanggakan." Yagami menggenggam tangan Kirana yang terkejut dengan pekerjaan asli Yagami.

"Apakah Oom ... Pernah membunuh orang?"

Yagami mengangguk.

"Nama lengkap Oom?"

"Yagami Pratomo Kim Azuma."

Kirana terkejut. "Kamu ... Sepupu princess Zenevieva?"

Yagami mengangguk. "Kami memang sepupu. Makanya saat kamu melihat aku dengan Alfie ... Ya, itu memang benar aku."

Kirana menutup mulutnya dengan tangannya. "Bagaimana bisa ... Kamu ... Punya wajah berbeda?"

"Karena pekerjaan aku."

Killian menatap Yagami dengan mata berbinar. "Oom itu ...Ethan Hunt?"

"Eh?" Yagami menoleh ke putranya. "Ethan Hunt?"

"Iya, yang di film Mission Impossible! Benar kan Mama! Papaku sangat keren!" seru Killian.

Kirana hanya bisa menggelengkan kepalanya. "Tunggu, satu satu. Ini ... Terlalu banyak informasi!"

"Intinya ... Pekerjaan aku adalah salah satu pekerjaan paling berbahaya di muka bumi. Killy ... Jujur Oom tidak tahu kalau Mamamu hamil kamu. Sungguh!"

"Apa Oom punya anak lain selain aku?" tanya Killian.

"Tidak."

Kirana terkejut. "Seriously?"

Yagami mendekati Kirana dan berbisik di sisi telinganya. "Hanya bersamamu aku tidak pakai pengaman."

Wajah Kirana merah padam.

"Oke kalian ... Kalau mau berencana punya adik buat aku, jangan sekarang! Masih banyak hal yang harus diselesaikan!" celetuk Killian dengan wajah judes.

Yagami tersenyum smirk. "Benar-benar kamu keturunan Pratomo."

Kirana merasa dirinya butuh aspirin. "Aku ... Minum aspirin dulu." Dirinya melepaskan genggaman tangan Yagami dan berdiri menuju kamar mandi dimana kotak obatnya berada.

"Oom ... Bagaimana Oom bisa tahu aku?" tanya Killian penasaran. Dalam dirinya ada perasaan senang akhirnya bertemu dengan ayahnya, tapi ada banyak pertanyaan kenapa sampai tidak tahu tentang dirinya.

"Duduk sini sama Oom. Kita akan bicara seharian, man to man. Bagaimana?" senyum Yagami.

"Oke." Killian pun pindah ke sofa besar. Ayah dan anak itu saling berhadapan.

"Oom tidak tahu kamu. Maafkan. Mamamu ... Tidak pernah bertemu dengan Oom setelah misi disini berakhir."

"Oom tahu ... Mama selalu bilang Oom keliling dunia dan Mama tidak bohong ternyata."

Yagami mengangguk. "Maafkan Oom ya. Membuat Mamamu harus membesarkan kamu sendirian."

"Mama wanita hebat Oom."

"Oom tahu. Tapi ... Ini murni kesalahan Oom. Jangan salahkan Mamamu."

"Tidak Oom. Aku senang lahir dari Mama. Apalagi sekarang aku tahu, bahwa Papaku ada. Tenang Oom, aku tahu seperti apa seorang Ethan Hunt yang harus berkorban agar keluarganya selamat," jawab Killian yakin.

"Ya ampun Killy. Tidak semudah itu tahu!"

Kirana yang berdiri di pintu kamar mandi, hanya bisa tersenyum. Akhirnya Killy bisa bertemu dengan ayahnya.

***

Yuhuuuu up Pagi Yaaaaaaaa

Thank you for reading and support author

don't forget to like vote and gift

Tararengkyu