Reno yang berniat meneruskan kuliah S2 di kota harus terpaksa menikahi anak saudara jauh dari ayahnya.
Reno terpaksa menikah karena wasiat ayahnya yang sudah meninggal.Rianti yang anak yatim piatu harus menuruti kemauan ibu Ningrum untuk menikahkannya dengan anaknya Reno.
Reno yang merasa tidak menginginkan pernikahan itu,selalu mengabaikan Rianti,dan tak pernah pulang ke rumahnya.
Ibu Ningrum yang mengetahui kelakuan anaknya sampai marah hingga membuat siasat agar Reno bisa tidur dengan Rianti.
Apakah yang di lakukan ibu Ningrum?
Bagaimana setelah Rianti mempunyai anak,apakah Reno berubah?
Yuk,kepoin ceritanya yah...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ummi asya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
30.Di Rumah Sakit
Sampainya di rumah sakit,Reno langsung membawanya ke ruang UGD.Di sana langsung di sambut oleh perawat dan di tangani dengan cepat.
Baru kali ini dia sangat khawatir dengan keadaan Rianti.Dia sangat menyesal telah mendorong Rianti dengan kasar.
Mbok Surti yang sejak tadi menangis menghampiri Reno.
"Den,kenapa dengan neng Rianti?Apakah dia baik-baik saja?"masih dalam sesunggukkan mbok Surti bertanya.
"Saya kurang tahu mbok.Semoga saja dia tidak kenapa-kenapa."ucap Reno menerawang ke depan.
Dia benar-benar menyesal,sudah begitu banyak dia menyakiti Rianti.Mengabaikannya,menelantarkannya dan mengacuhkannya.Padahal dia salah apa pada Reno.
Gadis yatim piatu itu harus berbaring di rumah sakit sekarang.Entah bagaimana keadaannya.
Dan dari jauh terlihat Panji berjalan cepat,mbok Surti melihat teman Reno itu menghampiri mereka.
"Anak neng Rianti di mana den?"tanya mbok Surti pada Panji.
"Saya titipkan ke temannya di toko roti,bu.Maaf saya ngga bisa bawa ke rumah sakit."jawab Panji merasa bersalah.
Karena memang dia bingung harus bagaimana dengan anak Rianti,jadi dia titipkan pada ibu Sri.
"Mbok Surti pulang saja ke rumah.Biar saya yang menjaga di sini.Dan tolong anak saya di ambil dari toko roti itu."kata Reno,mbok Surti bingung di mana toko roti dan sama siapa?
"Di depan rumah Reno di seberang jalan ada toko roti,nah mbok masuk aja.Bilang mau ngambil anak Rianti.Nanti di sana akan memberikan Raka sama mbok.Saya sudah kasih tahu di sana."kata Panji seolah tahu kebingungan mbok Surti.
"Tapi nanti neng Rianti tidak apa-apa kan den?"tanya mbok Surti memastikan.
"Mbok tenang saja,saya akan menjaga Rianti.Saat ini masih belum tahu kondisinya.Masih di periksa oleh dokter."jawab Reno.
Lalu mbok Surti pun meninggalkan Panji dan Reno di kursi ruang tunggu.Baru beberapa langkah,Reno memanggil mbok Surti sambil menghampiri.Mbok Surti berhenti.
"Mm...mbok,tolong jangan beritahu ibu dulu.Saya takut darah tinggi ibu naik,jadi tolong jangan beritahu ibu."ucap Reno pelan.
Mbok Surti menatap Reno,dia sedikit kecewa dengan anak majikannya itu.Walaupun dia tidak tahu apa yang terjadi hingga Rianti sampai pingsan,tapi dia yakin terjadi sesuatu.
Bagi mbok Surti,Rianti adalah anaknya.Dia sangat khawatir dengan keadaan Rianti sekarang.Namun yang lebih berhak atas Rianti adalah suaminya,Reno.
"Baiklah den,tapi sampai neng Rianti bangun.Jika nyonya menanyakan menantunya terus,terpaksa mbok akan beritahu nyonya.Dan saya juga tidak mau terjadi apa-apa sama neng Rianti"kata mbok Surti.
Reno hanya mengangguk,"Terima kasih mbok.Maaf."
Lalu mbok Surti pergi dari hadapan Reno.Reno memandang mbok Surti yang berlalu dari hadapannya dengan tatapan kosong,dia benar-benar menyesal.
Reno kembali duduk bersama Panji.Keduanya saling diam,entah apa yang di pikirkan keduanya.Yang jelas,ada rasa khawatir dan waswas dengan hasil pemeriksaan dokter nanti.
Satu jam belum juga keluar,setelah di UGD tadi,Rianti di larikan ke ruang operasi.Dokter bedah dan dokter syaraf sedang menangani Rianti di sana.
Baik Reno maupun Panji semakin gelisah.Hampir dua jam dokter belum keluar.Untuk mengurangi kegelisahan,Panji pergi ke kantin untuk membeli minuman.Lalu kembali lagi setelah mendapatkan apa yang di cari.
Dia menyodorkan minuman dingin ke Reno,Reno menerimanya lalu menenggaknya sampai tersisa setengahnya.
"Lo khawatir?"tanya Panji ingin memastikan perasaan Reno.
"Gue menyesal,gue salah."jawab Reno lemah.
"Apa yang ada di pikiran lo seandainya memang Rianti tidak bisa di selamatkan?"lagi Panji mengetes Reno.
"Jangan bicara seperti itu.Lo selalu memojokkan gue,gue bener-bener menyesal."jawab Reno sambil menundukkan kepalanya,dia terisak.
Panji tertegun,dia baru tahu Reno seperti itu.Lalu Panji mendesah dan menepuk pundak Reno.Kini dia yakin Reno telah menyesal.Haruskah dengan kejadian seperti ini,sahabatnya baru sadar?
"Dulu waktu lo mengatakan Rianti adalah pembantu lo,gue sempat ingin mendekatinya.Sampai lo pergi ke Kalimantan gue berniat akan terus mengejarnya.Pas gue tahu dia punya anak,gue kecewa dia sudah bersuami.Tapi gue belum tahu kalau lo suaminya.Baru ketika satu temannya bercerita bahwa dia bekerja di toko roti untuk memenuhi kebutuhan hidupnya selama lo tinggal.Gue pikir suaminya tidak bertanggung jawab,tapi gue lihat dia tidak suka mengatakan suaminya tidak bertanggung jawab.Dan gue tahu lo suaminya dan anaknya adalah anak lo.Dari situ gue pengen bantu dia buat nyadarin lo,bahwa ada orang yang sangat di jaga olehnya walaupun lo sama sekali tidak peduli padanya dan tidak pernah memperhatikannya.Gue bener-bener marah sama lo,ingin rasanya gue rebut.Tapi gue sadar itu tidak mungkin,makanya gue hanya memancing lo saja.Biar lo sadar ada orang yang harus lo perhatikan,setidaknya kalau bukan Rianti tapi anak lo yang harus di perhatikan."Panji mendesah,dia sangat kasihan dengan Rianti.
"Gue benar-benar tidak tahu,jika dia sangat kesusahan selama gue pergi.Gue memang tidak mempedulikannya."isakan Reno makin kencang.
"Dia sebatang kara,ayah dan ibunya sudah meninggal karena kecelakaan.Itu saja yang gue tahu tentangnya.Sampai ibu gue mengambilnya dan menikahkan gue dengannya karena wasiat ayah.Saat itu gue sangat marah,sampai acara pernikahan selesai gue ngga pernah pulang.Suatu hari ibu gue tahu dan sangat marah,hingga ibu gue membuat akal-akalan sampai..ya sekarang dia punya anak.Bahkan gue ngga pernah pulang saat dia melahirkan.."Reno berhenti.
Nyeri di dadanya tatkala dia mengingat bahwa ibunya menyuruhnya pulang untuk mendampingi Rianti melahirkan karena penyakit darah tinggi ibunya kambuh.Dan dia sama sekali tidak peduli.
"Nama anaknya Raka,dia pandai sekali memberi nama.Bagus sekali dia memberi nama."ucap Panji tersenyum.
"Sekarang sayangilah dia,dia sangat kesepian dan berat hidupnya.Jangan sampai lo menelantarkan dia lagi."ucap Panji.
Reno hanya mengangguk pelan.Bahkan sekalipun dia tidak pernah menggendong anaknya.
Lalu dokter keluar dari ruang operasi setelah beberapa jam menangani Rianti.
Reno bangkit dari duduknya di susul Panji menghampiri dokter yang baru keluar.
"Bagaimana keadaan istri saya dokter?"tanya Reno cemas.
Dia merasa sedikit aneh dan canggung menyebut kata istri,sedangkan Panji yang mendengarnya hanya tersenyum.Ya setidaknya Reno sudah mau mengakuinya sebagai istri.
"Kita tunggu sampai besok pagi,saat ini reaksi obat sedang bekerja.Jika sampai pagi belum ada perubahan maka..."kata dokter menggantung,membuat Reno dan Panji penasaran.
"Kenapa dokter?"tanya Reno tidak sabar,dia penasaran dan khawatir terjadi lebih parah nantinya.
Dokter menatap Reno dan Panji bergantian,ragu untuk menyampaikan kemungkinan terburuk nantinya.
"Tapi operasi berjalan lancarkan dok?"tanya Panji.
"Sebaiknya kita keruanganku saja.Ada hal penting yang harus saya sampaikan."kata dokter.
"Apa saya boleh melihatnya sebentar dokter?"tanya Reno berharap bisa melihat keadaan Rianti.
"Silakan,tapi sebentar saja.Karena nanti perawat akan memindahkan ke ruangan inap."lalu dokter pergi meninggalkan Pani dan Reno.
Kemudian Reno masuk ke ruangan di mana Rianti berada di dalamnya.Reno berjalan pelan,dia menatap Rianti yang terbujur kaku di bangsal dengan beberapa peralatan medis yang menempel di tubuhnya.
Ada rasa nyeri ketika dia melihat dalam keadaan tak berdaya itu.Sesal yang dia rasakan tak membuat rasa bersalahnya sirna.
Reno mendekat pelan,Rianti masih di tangani perawat untuk mengatur segala kebutuhan selama belum sadar.Dia berdiri di samping bangsal,menatap sendu.
Setelah perawat selesai dan pergi baru Reno duduk di sampingnya.Memandang dari kepala sampai kaki tak luput dari pandangannya.
Tangan Reno memegang tangan Rianti yang terbujur kaku,dia genggam erat lalu menciumnya lama.
"Maaf."satu kata keluar dari bibir Reno yang mencium tangan Rianti.
Tetap tak ada pergerakan,Reno terisak.Dia teringat perlakuannya pada Rianti.
"Maafkan aku,karena aku kamu seperti ini."lagi Reno meminta maaf.
Setelah merasa cukup,Reno kembali keluar dan menghampiri Panji.Sebelum ketahuan Panji,dia sudah menghapus air matanya terlebih dahulu.
"Gue ke toko dulu.Lo harus jagain Rianti,lo ngga usah mikirin toko biar toko gue yang urus."kata Panji sambil menepuk pundak Reno.
"Gue minta maaf sama lo dan thanks untuk semuanya."balas Reno,dia menyalami Panji dengan erat.
"Kalau gitu gue pulang dulu,jangan lupa perut lo isi.Karena sedih dan merana itu butuh energi."seloroh Panji,Reno tersenyum lalu mengangguk.
Lalu Panji berlalu dari hadapan Reno,setelah menatap kepergian Panji Reno bergegas ke ruangan dokter yang sejak tadi menunggunya.
_
_
_
_
*****(@@***@@)*****