Lafira Dares memiliki kemampuan supernatural sejak kecil. Dia tidak disukai dalam keluarga dan dituduh sebagai gadis pembawa sial. Hingga kedua kakinya menjadi lumpuh dan harus berada di kursi roda. Sayangnya, kematian sang ibu membuat dia menaruh benci dan dendam pada keluarga Dares.
Hingga akhirnya, dia menikah dengan Domian Morachel, Bos Mafia dunia bawah dan juga bos di belakang layar Mora Enterprise. Sama-sama memiliki bakat supernatural, Domian telah terpikat oleh Lafira Dares. Bagi Lafira, cinta tidak penting dan balas dendam telah mendarah daging. Sayangnya, dia harus bercampur dalam dunia mafia yang kejam, membantu Domian yang diincar oleh organisasi misterius.
Keduanya melawan organisasi misterius yang menginginkan kemampuan supernatural. Mampukah keduanya menyingkirkan semua musuh yang mengintai dalam kegelapan? Apakah Lafira Dares memiliki kemampuan tersembunyi lainnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Risa Jey, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berita Di Televisi
DUNO tersenyum pahit saat Lafira bertanya. Dia sendiri merupakan anggota dari organisasi White Butterfly. Di organisasi, masih ada kepercayaan tentang jimat supernatural. Walaupun dia sendiri tidak mau memberikan kalung coker itu pada Lafira, namun seseorang memintanya.
"Jimat dari Seanu. Mungkin kamu masih ingat pria yang pernah naksir kamu tahun lalu?" Duno menaikkan sebelah alisnya dan ragu-ragu. Jika Lafira punya kekasih, maka dia harus bilang pada Seanu tentang ini. Dia khawatir ada cinta segitiga yang terbentuk.
"Aku tidak ingat," kata gadis itu begitu polos.
Duno tersenyum masam dan menggelengkan kepala. "Baiklah, tidak apa-apa jika kamu tidak mengingatnya. Kalau begitu hati-hati di jalan," katanya.
"Sampai jumpa lagi." Lafira juga tidak ingin berlama-lama di sini mengingat jika ekspresi Domian agak salah sekarang.
Domian segera mendorong kursi roda Lafira keluar dari mansion tersebut. Ketika tiba di dekat mobil, pelayan membantunya dengan hati-hati lalu membungkuk sedikit ketika mobil meninggal halaman. Si pelayan yang sepi bekerja profesional itu membawa kembali kursi roda ke dalam dan melaporkan pada Duno jika keduanya akan mengambil surat pernikahan.
Lagi-lagi dia menunjukkan senyum masam yang tidak ingin dimengerti oleh pelayan. Bahkan Paman Drile sendiri hanya mengomel ringan.
"Siapa itu Seanu?" tanya Paman Drile juga penasaran.
"Ayah, kamu tidak mungkin lupa dengannya. Dia sering datang dan menjemputku dulu," jawab Duno agak tidak berdaya. Bisakah ayahnya juga lupa tentang Seanu.
"Ayah tidak ingat. Kenapa harus ingat?" cibir Paman Drile.
"Dia itu pria yang selalu mengecat rambutnya menjadi hitam bercampur putih. Ayah tidak mungkin lupa dengannya bukan?" Kali ini Duno menjelaskan seperti apa penampilan Seanu secara kasar.
Paman Drile yang tengah berpikir itu bangkit dari duduknya seraya memegang cangkir teh. Ia hendak pergi ke halaman belakang dan menikmati pemandangan halaman mansionnya yang luas.
Tak berapa lama, akhirnya Paman Drile mengangguk ingat. "Oh, rupanya anak berambut landak itu. Apakah dia menyukai Lafira? Meski gadis itu bukan keponakan kandungku, tapi kamu harus ingat, Lafira dan Domian berjodoh. Jangan macam-macam!"
Setelah memberi peringatan, Paman Drile pergi dan tebatuk ringan.
"..." Kenapa kamu memanggil Seanu dengan sebutan 'landak'? Duno cukup curiga jika rambut Seanu yang belang seperti warna landak itu mungkin menjadi penyebabnya.
Di sisi lain jauh dari wilayah perkotaan, seseorang mungkin sedang bersin.
***
Lafira dan Domian kembali ke rumah tanpa hambatan. Pria itu membopong Lafira ke kamar dan tiba-tiba saja mencium dahinya. Hari ini cukup melelahkan bagi keduanya. Terutama Domian yang telah mendapatkan banyak informasi tentang organisasi misterius.
Dia duduk di sampingnya seraya melepaskan dasi yang agak mencekik leher. Lalu mengusap rambutnya ke belakang seraya bersandar di kepala ranjang.
"Bukankah ibumu tidak memiliki kerabat?" tanyanya.
"Memang tidak ada. Paman Drile adalah paman angkatku. Dia adalah kakak angkat ibuku sebelumnya dan berpisah sedari awal karena masalah yang sama. Dia menemukanku ketika berita kematian ibu dirilis oleh keluarga Dares," jelasnya.
"Keluarga Dares tidak tahu ini?"
"Tidak. Paman Drile membenci keluarga Dares saat ini. Terutama ketika mengetahui jika aku tidak bisa berjalan," jawabnya sedikit pelan. "Apa yang kalian bicarakan tadi?" Kali ini Lafira ingat jika Domian akan menceritakannya setelah pulang dari sana.
"Organisasi misterius, kamu sudah tahu sebelumnya?" Domian segera merangkul gadis itu.
"Ya. Sudah. Tapi Paman Drile tidak bercerita banyak tentang Organisasi Black Butterfly. Dia hanya memberi tahu jika organisasi itu tidak baik."
"Memang. Bukankah kamu juga ingin tahu identitasku?"
Lafira menatap Domian dengan kebingungan. Dia memang ingin mengetahui identitas asli Domian sehingga berusaha menyenangkannya selama satu bulan. Masih ada beberapa hari lagi. Pria itu terkekeh dan mengeluarkan smartphone dari sakunya, menghubungi Sion.
"Datang dan bawa mereka. Biarkan mereka bertemu dengan nyonya rumah," perintahnya.
Sebelum Sion menjawab, Domian sudah memutuskan sambungan telepon. Dia hanya tersenyum misterius pada Lafira dan segera memeriksa kondisi kaki gadis itu, memijatnya perlahan. Gadis itu tentu saja bisa merasakan sedikit pijatan, walaupun hanya samar-samar dan kadang hilang, tapi Lafira mengira jika ini kemajuan.
"Tadi kamu menyetir. Apakah ini sakit?" tanyanya lembut.
"Yah, tidak apa-apa. Sudah terbiasa," jawab gadis itu agak lemah.
"Jangan melakukannya lain kali. Kita akan memeriksanya ke dokter besok."
"..."
Lafira tidak tahu harus menolaknya bagaimana. Dia yakin jika dia menolak lagi, Domian akan marah. Jadi dia hanya bisa mengangguk.
"Bagus. Patuhlah."
Domian memijat kakinya selama beberapa menit sebelum dia teringat dengan sesuatu. "Ada satu hal yang belum kamu tahu. Pagi ini saudara perempuanmu yang baik itu datang ke perusahaanku," katanya.
Lafira langsung mendengus. "Dia bukan kakakku," gumamnya. "Kenapa dia datang ke sana?"
"Tebak?" Domian menaikkan sebelah alisnya.
"Menemuimu?" Gadis itu menebak.
Pria itu hanya mengulum senyum dan mengamil remot televisi. Ada sebuah televisi terpasang di dinding kamar. Ini memudahkan gadis itu untuk menonton televisi sehingga tidak perlu repot pergi ke ruang keluarga.
Tidak tahu apa yang ingin ditunjukkan Domian, gadis itu hanya memperhatikan dengan tenang. Beberapa saluran televisi dilewati hingga pria itu menemukan sebuah channel yang tepat. Ada sebuah berita yang memperlihatkan kerumunan reporter. Beberapa orang juga terekam, termasuk Lacter, adik dari Domian.
"Reporter di perusahaan? Apakah ada masalah terkait adik tirimu?" tanyanya dengan beberapa dugaan.
Pria itu lagi-lagi tidak menjawab dan memintanya untuk mendengarkan berita yang disampaikan oleh seorang reporter. Lafira memperhatikan dengan baik dan melihat sosok yang dikenalnya melintas dengan menutupi wajah sambil berteriak marah.
Elaine tertangkap kamera dengan pakaian yang agak berantakan. Lalu seorang pria paruh baya juga sedikit malu untuk menceritakan apa yang terjadi.
"Berita terkini hari ini ...."
tapi ttng perselingkuhan Domi & Arandel masih terasa janggal aja. kayak... serius Fira memaafkannya begitu aja? Domian jg ngapain gtu tunduk sm Arandel, padahal masih ada banyak jalan lain. bodoh juga sih.
(resiko baca pake hati & perasaan. kadang hati itu nolak logika, sebanyak apapun logika itu.)
terimakasih Kak Risa yg telah menyajikan cerita ini, semangat berkarya yaaa, Kak!