Di daratan yang sangat luas, terbentang lima benua besar yang memiliki ratusan penguasa. Masa dimana peperangan antar kerajaan di mulai, masa dimana penguasa berambisi menguasai daratan. Perang, politik, birokrasi, kekuatan, kekuasaan, romance, dan sejarah peradapan menyatu dalam kisah ini.
ini hanya cerita fiksi belaka, imajinasi yang beradu dengan sejarah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Adam Erlangga, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps - 29
Diperjalanan Rudy dan Marco membahas tentang pasukan Neverland yang berada di camp musuh. Jika di gabungkan, jumlah keseluruhan prajurit Aliansi sekitar 350rb prajurit, itu pasukan yang sangat besar.
Dengan perlengkapan tempur yang memadai, struktur kepemimpinan pasukan yang jelas, dan prajurit terlatih, mereka bisa saja menyerang secara langsung. Tetapi, mereka tidak bergerak selama 1 minggu.
Sepertinya, ada sesuatu yang mereka tunggu. itu membuat Rudy berfikir sangat dalam. Dan ia menyimpulkan, kekuatan tempur sebesar itu, pastinya membutuhkan pasok makanan yang sangat banyak.
Dari situlah ia memulai operasi bayangan atau bahasa modernnya adalah operasi Gerilya. Melumpuhkan camp penampungan sementara, dan camp-camp kecil seperti camp prajurit bantuan, dan camp suplay perlengkapan perang.
Cara ini tidak akan pernah di bayangkan oleh pasukan musuh, dan akan membuat perubahan besar di medan perang.
"Kita istirahat disini dulu" kata Rudy yang melihat aliran air sungai.
"Haah, akhirnya bisa membersihkan tubuh setelah seharian perjalanan."
Rudy mengamati sekelilingnya, pemandangan sungai yang sangat indah, dan air sungai yang jernih.
"Tempat ini sangat Damai dan berseri." kata Rudy.
"Tempat seperti ini sangat banyak di daratan Albion. Jika kau pernah ikut peperangan sebelumnya, para prajurit memilih beristirahat di tempat seperti ini." kata Marco sambil membersihkan tubuhnya.
"Ehm, jika seperti itu, tidak lama lagi kita akan bertemu prajurit musuh." sahut Rudy.
"Hm?" Marco pun terkejut.
"Kau benar Rudy, prajurit lainnya yang masih dalam perjalanan, atau prajurit pengirim suplay, pasti beristirahat di tepi sungai." kata Marco.
"Sepertinya, ada beberapa titik jalanan yang berdekatan dengan sungai. Dan titik ini juga strategis. Kita harus menyusuri sungai dari kejauhan." kata Rudy.
"Ah aku tau, sebaiknya kau bersihkan tubuhmu dulu sebelum begerak."
Rudy pun membuka bajunya dan langsung masuk kedalam sungai.
"Dingin sekali, airnya segar Marco. Hahaha"
"Benarkan. Rasakan ini."
Mereka berdua bermain di sungai seperti anak kecil pada umumnya. Tanpa di sadari, suara mereka didengar oleh beberapa prajurit Neverland yang ada di dekat sana.
"Wah, menyenangkan sekali bermain di sungai seperti ini Marco." sahut Rudy sambil mengambangkan dirinya di atas air sambil memejamkan matanya.
"Aah, aku juga merasa nyaman." sahut Marco.
Mereka bermain cukup jauh dari tempat perlengkapan mereka. Tanpa disadari, puluhan prajurit sudah berada di tepi sungai itu, sambil memeriksa tas bawaan mereka.
"Kapten, mereka membawa pedang dan tombak, lalu banyak sekali makanan yang mereka bawa."
"Hm, sepertinya mereka bukan sekedar bocah yang bermain di sungai, periksa identitas mereka, apakah mereka prajurit Neverland atau Florensia.?"
Para prajurit menggeledah semua isi tas. Tapi tidak di temukan identitas apapun, bahkan pakain mereka bukan pakaian prajurit, hanya sebuah jubah dan pakaian sehari-hari.
"Tidak ada identitas apapun Kapten. sepertinya mereka adalah warga desa sekitar yang mencoba kabur dan bertahan hidup."
"Hm, aneh, karena di sekitar sini tidak ada desa. Dan wilayah ini masih dalam lingkup perbatasan Andorra dan Florensia. Apa jangan-jangan mereka dari Andorra.? dan mencoba menyelinap ke tempat musuh." kata Kapten
"Itu masuk akal kapten."
Marco pun menyadari kehadiran puluhan prajurit yang ada di tempat bawaan mereka.
"Rudy, Rudy."
"Apa Marco, aku sedang menenangkan pikiranku. Sungguh nyaman sekali."
"Rudy, kita ketahuan."
Byur. Rudy pun langsung membalikkan tubuh dan melihat ada puluhan prajurit didepannya.
"Tamatlah kita." sahut Rudy.
"Bagaimana ini.? senjata kita ada disana."
Mereka semua saling bertatapan. Rudy tidak bisa berkata apapun, ia hanya terpaku disana.
"Sedang apa kalian.?" teriak prajurit disana.
"Eh, Ehm. Kami sedang membersihkan diri Tuan." sahut Rudy
"Iya, hahaha." tambah Marco.
"Mandi ya, lalu apa ini.?" sahut prajurit itu sambil mengangkat dua pedang dan satu tombak.
"Ah, itu kami sedang berburu Tuan, hahaha. Karena kami sedang mengumpulkan makanan." jawab Rudy.
"Makanan.? kalian juga membawa banyak daging disini. Apa ini hasil buruan kalian.?" tanya prajurit itu.
"Ah itu benar Tuan." jawab Rudy.
"Bagimana Kapten.? sepertinya mereka hanya seorang bocah biasa. Dan hal seperti ini wajar di kalangan masyarakat."
"Kau jangan bodoh, tidak ada berburu menggunakan senjata militer seperti itu, apa kau tidak sadar bentuk dan model senjatanya.?" sahut Kapten itu.
"Ehm. Anda benar, umumnya pemburu hanya membawa pisau kecil atau sebuah panah."
Semua prajurit pun melihat ke arah Rudy dan Marco.
"Sepertinya mereka tidak bisa di kelabuhi Marco."
"Hm, mau gimana lagi. Apa kita bereskan saja.? toh mereka hanya kelompok kecil." sahut Marco.
"Kita lihat saja nanti, aku akan memberimu aba-aba."
Kapten musuh menyadari suara bisik-bisik mereka.
"Tangkap kedua bocah itu."
"Apa.?" teriak Rudy.
"Laksanakan"
Para prajurit pun langsung masuk kedalam air dan menghampiri mereka berdua.
"Jangan melawan Marco." bisik Rudy. dan Marco hanya menganggukkan kepalanya.
"Jangan bergerak, dan serahkan diri kalian jika tidak ingin di sakiti."
Rudy pun langsung mengangkat kedua tangannya. Dan prajurit berhasil menangkap mereka dengan mudah.
"Jalan."
Di tepi sungai, mereka di ikat dengan tali yang sangat kuat, bahkan mereka di biarkan telanjang dada.
"Kita bawa mereka ke camp."
"Jalan"
Mereka di bawa ke camp militer Neverland yang ada di Wilayah Florensia. terkadang Rudy berakting kelelahan dan sempat tersandung bebatuan.
Brak. "jangan berhenti, berdiri dan jalan."
Rudy melirik ke arah Marco, memberikan isyarat agar ia menirunya. Dan benar saja, Marco paham dengan maksud Rudy. Itu mereka lakukan agar prajurit tidak mencurigai mereka.
Namun, semakin mereka berakting, malah kejadian sebenarnya terjadi. Rudy dan Marco mulai kelelahan, lapar dan haus. Karena mereka sering di pukuli, fisik mereka juga menurun.
"huh huh, sialan. Aku kira tempatnya dekat, ternyata jauh sekali. tubuh ku mulai lemas."
Mereka terus berjalan, bahkan sampai malam hari, Mereka berdua tidak di ijinkan duduk dan tidak di berikan makanan.
"Tubuhku tidak kuat lagi." bisik Marco
"Aku juga Marco. Sabarlah."
"Aku ingin pingsan Rudy, kenapa kita tidak menghabisi mereka saja, sebelum aku tak sadarkan diri."
Rudy hanya terdiam disana sambil mengatur nafasnya.
"Apa kau butuh makan.? lihat daging ini, enak bukan." kata prajurit disana sambil menyodorkan daging dengan pisau ke mulut Rudy.
Dan Rudy hanya terdiam sambil melihat sikap mereka. Marco pun langsung berlutut, badanya sudah tidak kuat.
"Hee, siapa yang memberimu ijin untuk berlutut."
Brak, "Uharg"
Tubuh Marco terbaring tak berdaya.
"Berdiri kau." prajurit itu memegang rambutnya sampai badanya berdiri.
"Jika seperi ini terus, kita benar-benar akan tamat." kata Rudy dalam hati.
"Berhenti dan lanjutkan perjalanan." kata Kapten dan langsung menunggangi kuda.
"Laksanakan Kapten."
Brak, Brak. Rudy dan Marco di berikan pukulan di perut mereka.
"Aargh"
Mereka semua pun berjalan sampai malam dini hari. Sampai akhirnya, mereka sampai di sebuah camp yang cukup besar, mungkin bisa menampung sekitar 10rb-15rb prajurit.
"Akhirnya sudah sampai, dan tunggu giliran kalian."
.....