Lanjutan Beginning And End Season 2.
Setelah mengalahkan Tenka Mutan, Catalina Rombert berdiri sendirian di reruntuhan Tokyo—saksi terakhir dunia yang hancur, penuh kesedihan dan kelelahan. Saat dia terbenam dalam keputusasaan, bayangan anak kecil yang mirip dirinya muncul dan memberinya kesempatan: kembali ke masa lalu.
Tanpa sadar, Catalina terlempar ke masa dia berusia lima tahun—semua memori masa depan hilang, tapi dia tahu dia ada untuk menyelamatkan keluarga dan umat manusia. Setiap malam, mimpi membawakan potongan-potongan memori dan petunjuk misinya. Tanpa gambaran penuh, dia harus menyusun potongan-potongan itu untuk mencegah tragedi dan membangun dunia yang diimpikan.
Apakah potongan-potongan memori dari mimpi cukup untuk membuat Catalina mengubah takdir yang sudah ditentukan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon raffa zahran dio, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29 : Keterkejutan Mayuri.
LANJUTAN: BENTROK DI SHIBUYA
Mayuri berdiri di tengah lingkaran kloning Kurumi, mata emasnya membelalak melihat Catalina yang sekarang berubah menjadi sosok yang gagah dan menakjubkan. Sayap api pink yang besar membentang di punggungnya, scythe raksasa yang menyala terang—semuanya terasa seperti mimpi buruk tapi juga menakjubkan. Dia menggigil hebat, bukan karena dingin, tapi karena kejutan yang luar biasa. “K-kenapa kalian memiliki kekuatan seperti orang tua kita semua!!?” Bisiknya dengan suara yang gemetar, tangan menyentuh pipinya sendiri seolah memastikan dia tidak sedang mimpi.
Catalina melirik ke belakang, matanya pink dan merah menyala dengan cahaya yang menyengat. Dia tersenyum sinis, bibirnya melengkung ke atas dengan ekspresi yang intimidasi. Badan nya sedikit memutar, sayap api nya berayun lembut membuat udara bergoyang—“huuu…” angin yang dibawa sayap itu terasa panas. “Hei kecil… diam…” Suaranya pelan tapi penuh kekuasaan, membuat Mayuri terkejut dan sedikit menunduk.
Mayuri mengangkat kepala dengan cepat, ekspresi wajahnya berubah dari ketakutan menjadi marah yang lucu. Dia mengangkat dagunya, rambut kuncir dua nya berayun. “Hah? kau seusia dengan ku!! kau!!” Teriaknya dengan suara yang kencang, tapi tubuhnya masih menyusut sedikit di balik kloning Kurumi. Ada secercah kecewa di matanya—bagaimana teman TK nya yang biasa ceria bisa berbicara seperti itu?
Catalina tidak mempedulikan, dia mengalihkan pandangan ke arah mutan yang semakin mendekat. “Kurumi, siap?” Tanyanya dengan suara yang tegas, tanpa melihat ke arah temannya. Kurumi asli mengangguk, pistol Nul silver nya terarah ke atas. Dia memilih sepuluh kloning terbaik untuk ikut maju, sisanya tetap melindungi Mayuri. “Siap, Catalina!!” Suaranya meriah tapi penuh fokus, mata kiri diamond hijau nya menyala terang.
Mutan-mutan itu mulai mengejar—“ROAAARRR!!” suaranya menggelegar membuat tanah berguncang. Beberapa dari mereka melompat dari udara, cakar yang tajam siap menyerang. “SCRAAAATCH!!” suara cakar yang menyentuh aspal, membuat bekas goresan yang dalam. Udara terasa kental dengan bau darah dan busuk yang keluar dari tubuh mutan—bau yang menyakitkan membuat Mayuri menutup hidungnya.
“HANIEL — BLAZING SPIRAL SLASH!!” Teriak Catalina dengan suara yang lantang. Dia melompat ke udara dengan kecepatan tinggi—“SWOOOSH!!” suara angin yang dipotong. Sayap api nya membentang penuh, membuatnya terbang seperti malaikat api. Dia memutar scythe pink raksasa nya dengan kecepatan luar biasa—“WHIRRR… WHIRRR…” suara scythe yang berputar membuat udara bergoyang. Api pink mulai membentuk spiral di sekitar bilah scythe, semakin membesar dan menyala terang.
“FWOOOOOMMM!!” Dia menurunkan scythe nya dengan kekuatan penuh, spiral api menembus tubuh tiga mutan sekaligus. “BAAAMMM!!” ledakan api yang besar membakar tubuh mutan, membuat mereka menjerit sakit—“SQUEEEEL!!” suaranya menyakitkan. Mayuri melihat dengan mata yang membesar, dia tidak pernah melihat kekuatan seperti itu sebelumnya—bahkan orang tua nya pun tidak pernah menunjukkan kekuatan sebesar itu.
Sementara itu, Kurumi asli dan sepuluh kloning nya mulai menyerang dari bawah. “NUL — SHADOW BULLET STORM!!” Teriaknya dengan suara yang melengking. Dia menarik pelatuk pistol nya berulang kali—“KLING!! KLING!! KLING!!” suara pelatuk yang cepat berturut-turut. Peluru hijau kehitaman keluar dari lubang tembak dengan kecepatan tinggi—“SWISH!! SWISH!! SWISH!!” setiap peluru membentuk bayangan gelap yang menyilang satu sama lain, seperti badai peluru.
Peluru-peluru itu menembus tubuh mutan yang terbang rendah—“THUD!! THUD!!” mutan-mutan itu terjatuh ke lantai, tubuhnya tertusuk banyak lubang. Kloning Kurumi juga mengeluarkan serangan yang sama—“NUL — SHADOW BULLET STORM!!” suara mereka bergema bersama, menciptakan badai peluru yang lebih besar. “POOF!! POOF!!” beberapa mutan meledak menjadi serpihan bayangan, tidak menyisakan jejak apapun.
Catalina terbang kembali ke lantai, scythe nya masih menyala api. Dia melihat satu mutan yang lebih besar dari yang lain—tubuhnya sebesar mobil, sayapnya lebar seperti pesawat, dan mata merah nya menyala dengan kebencian. Mutan itu melompat ke arah nya—“THUMP!!” badannya menyentuh lantai membuat aspal pecah. “HANIEL — SCARLET FLARE EXPLOSION!!” Teriaknya, dia mengangkat scythe nya ke atas. Api pink mulai mengumpul di ujung bilah scythe, membentuk bola api yang besar dan menyala terang.
“BOOOOOMMM!!” Dia melemparkan bola api ke arah mutan besar itu. Ledakan yang luar biasa membuat mutan terlempar jauh—“CRAAAAASH!!” badannya menabrak tembok rumah sakit yang berdiri di kejauhan. Dinding itu retak, tapi tidak runtuh—Catalina berhati-hati agar tidak merusak rumah sakit yang dia coba lindungi.
Kurumi asli melihat mutan lain yang mendekati Mayuri—“NUL — DARK PORTAL PULSE!!” Teriaknya. Dia menunjuk pistol Nul nya ke arah mutan itu—“WHOOSH!!” sebuah portal hijau kehitaman muncul di depan mutan. Mutan itu tidak sempat menghindari, dia terjebak ke dalam portal—“SQUEEEEL!!” suaranya terdengar dari dalam portal sebelum hilang sama sekali. Portal itu kemudian tertutup dengan suara—“CLOSH!!”
Sepuluh kloning Kurumi juga bekerja sama dengan baik. Mereka membentuk kelompok dua, masing-masing menyerang satu mutan. “NUL — SHADOW CLONE BLADE!!” Teriak salah satu kloning, pistol Nul nya berubah menjadi pedang gelap yang tajam—“SWISH!!” dia menusuk mutan dengan kecepatan tinggi, membuat mutan terjatuh mati. Lainnya menggunakan serangan “NUL — DARK WIND SLASH!!”—peluru yang keluar membentuk angin gelap yang menyayat tubuh mutan.
Mayuri berdiri di tengah lingkaran perlindungan, mata nya terjebak melihat pertempuran yang hebat. Dia melihat Catalina yang berjuang dengan penuh tekad, sayap api nya menyala terang. Dia melihat Kurumi yang berani, bahkan menembak diri sendiri untuk membuat kloning. Ada rasa kagum di hatinya—meskipun Catalina berbicara kasar, dia sedang berjuang untuk melindungi semua orang. “Catalina… Kurumi…” Bisiknya pelan, air mata mulai muncul di sudut matanya. Dia ingin membantu, tapi dia tahu dia tidak punya kekuatan seperti mereka.
Catalina melihat bahwa hanya sedikit mutan yang tersisa. Dia melompat ke udara sekali lagi—“SWOOOSH!!” sayap api nya membentang penuh. Dia mengangkat scythe nya ke langit, api pink mulai menyebar ke seluruh langit di dalam barrier—“GLOW… GLOW… GLOW…” cahaya pink menyinari seluruh distrik Shibuya, membuat mutan-mutan itu menyakitkan mata. “HANIEL — FINAL PINK INFERNO BURST!!” Teriaknya dengan suara yang menggelegar, menyentuh setiap sudut barrier.
Api pink yang menyebar ke langit mulai turun ke bawah—“FWOOOOOMMM!!” badai api yang besar menutupi seluruh area, membakar semua mutan yang tersisa. “SQUEEEEL!! SQUEEEEL!!” suaranya menyakitkan, lalu semua mutan lenyap dalam api. Udara terasa hangat karena api, bau busuk pun hilang digantikan bau api yang menyengat.
Catalina turun ke lantai dengan langkah yang lembut—“THUD!!” badannya menyentuh aspal. Scythe pink nya mulai memudar, api nya padam perlahan. Sayap api nya juga menyusut, kembali ke dalam tubuhnya. Dia berdiri tegak, tapi tubuhnya sedikit lelah. Kurumi asli juga kembali ke lantai, sepuluh kloning nya mulai menghilang satu per satu—“POOF!! POOF!!” menjadi awan cahaya. Sisanya yang melindungi Mayuri juga menghilang, hanya Kurumi asli yang tersisa.
Mayuri berlari ke arah mereka, mata nya penuh air mata. Dia memeluk Catalina dari belakang, tubuhnya menggigil. “Maaf… maaf aku marah tadi… terima kasih… terima kasih sudah melindungi kita…” Bisiknya dengan suara yang hancur, air mata mengalir deras. Catalina sedikit terkejut, dia mengubah ekspresi wajahnya dari kejam menjadi lembut. Dia menyentuh pundak Mayuri dengan lembut. “Tidak apa-apa… kamu aman sekarang…” Suaranya pelan, penuh kasih.
Kurumi asli mendekat, dia juga lelah. Dia memeluk kedua temannya, wajahnya penuh senyum. “Kita berhasil, Catalina!! Kita menang!!” Suaranya meriah, membuat Mayuri juga tersenyum meskipun masih menangis.
Di luar barrier, Ryu dan Zerav akhirnya menemukan tempat mereka. “Mayuri!!” Teriak Ryu dengan suara yang ceria, dia berlari ke arah anaknya. Mayuri melepaskan pelukan Catalina dan Kurumi, lalu berlari ke arah ibunya. “Mama!! Papa!!” Teriaknya dengan senyum lebar, memeluk Ryu dengan kuat.
Catalina dan Kurumi melihat dengan mata yang penuh harapan. Barrier api pink nya mulai memudar—“FWOOSH… FWOOSH…” cahaya pink menghilang perlahan, membuat semua orang kembali muncul. Orang-orang di sekitar melihat dengan kaget, mereka tidak tahu apa yang terjadi—hanya tahu bahwa tiba-tiba ada cahaya pink yang indah dan sekarang semua aman.
“Kita berhasil mengubahnya…” Bisik Catalina dengan suara yang pelan, mata nya melihat ke langit yang mulai terang. Kurumi asli mengangguk, menggenggam tangan temannya. “Ya… kita berhasil…” Suaranya penuh kebahagiaan, mereka berdiri berdampingan di tengah jalan Shibuya yang sekarang kembali tenang dan penuh harapan.
“Glow… glow…” Cahaya matahari pagi mulai muncul dari ufuk timur, menyemprotkan cahaya kuning ke distrik Shibuya. Semua terasa sempurna—seolah masa depan yang hancur yang mereka lihat tadi hanyalah mimpi, dan yang paling penting adalah saat ini—saat mereka berhasil melindungi semua yang mereka sayangi.
Bunyi burung yang berkicau—“kreeek… kreeek…”—membuat suasana semakin hangat. Di kejauhan, suara orang-orang yang berbicara riang mulai terdengar kembali. Catalina dan Kurumi tersenyum satu sama lain, tangan mereka saling menggenggam erat—mereka tahu bahwa perjuangan mereka belum selesai, tapi untuk saat ini… semua aman.