NovelToon NovelToon
Menikahi Bos Mantanku

Menikahi Bos Mantanku

Status: sedang berlangsung
Genre:Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Crazy Rich/Konglomerat
Popularitas:6.4k
Nilai: 5
Nama Author: Me Akikaze

"Apakah kamu sudah menikah?" tanya Wira, teman satu kantor Binar. Seketika pertanyaan itu membuatnya terdiam beberapa saat. Di sana ada suaminya, Tama. Tama hanya terdiam sambil menikmati minumannya.

"Suamiku sudah meninggal," jawab Binar dengan santainya. Seketika Tama menatap lurus ke arah Binar. Tidak menyangka jika wanita itu akan mengatakan hal demikian, tapi tidak ada protes darinya. Dia tetap tenang meskipun dinyatakan meninggal oleh Binar, yang masih berstatus istrinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Me Akikaze, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Rasa Yang Tepat di Waktu yang Salah

"Dis" kamar perawatan Tio terasa dingin dengan pendingin udara yang maksimal. Adis sampai menggigil dibuatnya.

"Suhunya dinaikkan ya dek, biar tidak terlalu dingin" pinta Adis pada Tio. Sudah beberapa waktu lalu dia merayu anak lelakinya itu, namun Tio masih saja tidak mau menuruti permintaan Ibunya.

"Nggak mau ma, enakan begini" Tio sudah bisa cerewet lagi setelah mendapatkan perawatan 4 hari di sini. Hal sangat disyukuri wanita itu.

"Mama kedinginan tuh," Aksa merayu Tio agar anak laki-laki itu mau mengembalikan remote AC yang dibawanya, disembunyikan di bawah bantal. "Nanti kalau mama sakit, siapa yang mau rawat?"

"Papa lah," Tio menjawab sambil pandangannya tetap tidak beralih dari layar televisi.

"Papa kan lagi terbang, Papa kan tidak di rumah, nggak ada yang merawat Mama nanti," Suami Adis adalah seorang pilot yang pulangnya tidak menentu karena harus melakukan penerbangan luar negeri.

"Enakan gini Om, adeeeeem," Tio memasang mimik menggemasnya, pipinya embul, lesung pipinya hampir tidak kelihatan.

"Iya, adem, tapi Mama kedinginan. Ingat nggak nasehat Ibu guru, kita harus menyayangi orang tua,"

"Om kok tahu kalau Bu Guru bilang begitu?" Tio melihat ke arah Aksa yang kini duduk di tepi ranjangnya, melihat anak gembul itu.

"Tahu dong, kan om Aksa temannya bu guru,"

"Serius Om? atau Om dulu sekolah juga diajari sama gurunya Tio?" Tio nampak antusias.

"Beda, tapi Bu gurunya Om Aksa juga menasehati begitu, sama kah yang dikatakan sama gurunya Tio,"

Tio mengangguk, baginya ini adalah istimewa, Bu Guru mengajari hal yang sama. "Benet Om," jawabnya setengah berteriak.

"Eh hebat, Tio sudah sangat sehat ini, jagoan sudah siap pulang sepertinya,"

"Iya, Tio bosen di sini. Ya sudah, ini Om remot AC nya, Mama jangan sampai sakit," Tio mengambil remote dari bantal yang di belakangnya, mengulurkan ke Aksa.

"Nah gini dong, anak baik," Aksa mengelus rambut Tio dengan lembut, memencet tombol AC agar tidak terlalu dingin. "Tio sudha waktunya tidur, ayok tidur dulu, biar besok diperbolehkan pulang sama om dokter"

"Ok om, Tio tidur dulu ya...Om Aksa jangan berisik ya"

Dari sofa, Adis memperhatikan dua orang itu saling berinteraksi sejak tadi. Senyum mengembang dari bibirnya, bersyukur sekali anak lakinya sudah sehat setelah beberaoa hari kemarin lemas dan pucat karena menahan sakit.

Setelah Akssa menaikkan selimut untuk Tio, Aksa berjalan ke arah Adis dan duduk di dekat Adis.

"Kenapa?" tanya Adis, saudaranya itu memang sangat peka.

"Kenapa?" Aksa balik bertanya.

"Kamu nggak bisa bohong mas kalau ada yang ingin dibicarakan," Adis menebak.

"Memang kelihatan ya?"

"Sudah deh, mau ngomong apaan? kamu punya pacar?"

Aksa melirik, tidak membenarkan. Ini adalah pertama kalinya dia memiliki perasaan yang aneh pada seorang wnaita secara serius.

"Kamu suka cewek kan?" Adis mencerca.

"Bisa diam nggak sih Dis," Aksa mendesis.

"Ok...ok, maaf mas," Adis tertawa kecil karena sudah menjahili saudaranya itu. "Ceritakan, bagaimana perasaan kamu saat ini" Adis menatap Aksa serius, ini adalah peristiwa langka dan akan menjadi kabar bahagia jika benar.

"Aku nggak tahu perasaan ini, sudah sangat lama tidak merasakan jatuh cinta," ya, Aksa terlalu sibuk dengan kerjaan hingga menepikan urusan asmaranya, bisa jadi terakhir dia jatuh cinta adalah saat kuliah, itupun tidak sampai pacaran serius.

"Wah, berita bagus,"

"Tapi..."

"Tapi apa?" Adis tidak sabar dengan cerita Aksa. Ini benar-benar berita yang membahagiakan. "Dia suka sama kamu juga kan?"

"Aku belum bisa cerita banyak ke kamu Dis, nanti saja kalau sudah jelas,"

"Ih kamu mas, padahal aku sudah antusias denger cerita kamu loh. Mama sudah tahu?"

"Mama jangan sampai tahu dulu,"

"Oh baikk, siap diam" Adis memegang mulutnya dengan gerakan menutup resleting. "Kalau sudah ok, kamu utang cerita sama aku ya mas, jangan lama-lama. Buruan nikah, pasti mama dan papa bahagia banget,"

Aksa tersenyum kecil.

"Ya udah, aku pulang dulu,"

Aksa melangkah, membuka pintu perlahan dan keluar dari ruang perawatan Tio. Ceritanya rumit untuk diceritakan, bahkan jika ditanya kenapa dia memiliki atensi lebih ke Binar, dia juga tidak bisa memberikan alasannya. Rasa empatinya muncul saat melihat Binar, tangisan Binar dan kegalauan yang bisa dia rasakan saat wnaita itu sedang menangis.

Dia meyakini bahwa wanita itu sedang tidak baik-baik saja dalam hidupnya, apa dia salah jatuh cinta? jika menilik Binar sudah memiliki suami, benar perasaannya itu sangat salah.

Aksa membanting tubuhnya di ranjang kamarnya yang luas, selimut  putih membalut sebagian tubuhnya ketika dia menarik nafas panjangnya.

Ruangan itu terlalu sunyi, membuat pikiranya bebas berkeliaran tanpa batas. Meski hari ini dia sibuk di rumah sakit mengunjungi keponakannya, bercanda dengan keponakannya, dan berbincang dengan Adis. Bayangannya tetap saja ada Binar di sana.

Pertemuan dengan Binar semalam, saat dia tahu sebenarnya Binar sendirian mendatangi psikiater di rumah sakit tersebut. Berarti Binar sedang benar-benar tidak baik-baik saja, dia tengah berjuang sendirian. Sejak pertama kali mengenalnya pun dia tidak pernah sekalipun Binar bersama dengan suaminya, atau sekedar menyinggung keberadaan suaminya.

Aksa memejamkan mata, mencoba menepis ingatan samar tentang wajah sendu Binar, suaranya yang kala itu bergetar saat bercerita, atau tatapan matanya yang seolah menyimpan beban berat yang tidak pernah dia bagi pada siapapun.

“Kenapa harus dia?” gumam Aksa lirih, tentu pada dirinya sendiri.

Dia sendiri tidak punya jawaban atas pertanyaan itu.

Binar bukan bagian dari hidupnya. Tidak ada alasan logis kenapa empatinya bisa sedalam ini. Tidak ada alasan jelas kenapa setiap kali mengingat wanita itu, dadanya terasa sesak. Seperti ada sesuatu yang perlu dia selamatkan, padahal tidak ada yang memintanya.

Mungkin karena pertama kali dia melihat Binar menangis, mungkin karena firasatnya terlalu kuat bahwa wanita itu sedang menjalani hidup yang tidak baik-baik saja. Atau mungkin…Aksa terlalu lama membiarkan dirinya mati rasa, sehingga ketika seseorang berhasil menembus pertanhan batinnya, efeknya justru berlipat.

“Ini salah,” katanya lagi, kali ini lebih jelas.

Salah karena Binar sudah memiliki suami. Salah karena dia tidak seharusnya menaruh perhatian. Salah karena perasaan yang mulai tumbuh ini datang di waktu dan tempat yang keliru.

Dia bangkit duduk, menatap lantai kamar yang mengilap. Sudah lama dia tidak merasa begini. Terlalu lama, dan perasaan ini muncul pada orang yang paling tidak seharusnya dia sukai.

“Lebih baik aku menjaga jarak,” putusnya pelan.

Tapi kalimat itu terdengar seperti kebohongan. Karena jika saja besok takdir mempertemukan mereka, Aksa tahu dirinya tidak akan benar-benar bisa mengabaikan Binar.

1
neur
kereeen
Sunaryati
Selidiki Pak Aksa siapa suami Binar, setelah tahu pecat saja, kan istrinya juga menyarankan untuk keluar dari perusahaan anda
Sunaryati
Kau sekarang karirmu bagus Tama tapi ingat karma
Sunaryati
Tabiatmu buruk suka mengkonsumsi minuman soda dan beralkohol, hatimu busuk begitupun dengan Tama, fix anak yang ditunggu cacat atau keguguran dan rahim diangkat. Sedangkan Binar makin bersinar
Sunaryati
Calon mantan mertuamu nanti akan malu sendiri oiya perusahaan Helena sudah bermasalah kan? Mungkin sebentar lagi kolaps
Sunaryati
Semoga setelah lepas dari Tsma kamu menemukan kebahagiaan kamu, Binar. Dan Tama Tama hidup dalam penyesalan, kemiskinan, dan kehampaan, itu harapan emak Thoor. Pengkhianat jangan dilindungi 💪💪🙏🙏
Sunaryati
Semoga berjalan lancar dan sukses Bos Aksa dengan pendamping sekretaris handal
Sunaryati
Semoga anak Helena cacat karena selalu mengkonsumsi minuman beralkohol
Sunaryati
Semangat semoga kamu semakin sukses dan dikelilingi banyak orang yang menyayangimu, Binar
Sunaryati
Segera layangkan gugatan cerai jika perlu laporkan dengan bukti, tentang perzinahan
Sunaryati
Benar kamu harus cepat- cepat pergi. toh Tama juga berpikiran untuk melepasmu dan Helena menginginkan Tama. Tapi kemungkinan Tama lusa berselingkuh lagi, kamu yang diperjuangkan 5 tahun saja diselingkuhin apalagi Helena hanya sebentar, apalagi jika Helena tak punya kuasa lagi
Sunaryati
Syukurin kamu suami tamak, pokoknya kamu dan Helena harus dapat karma yang pedih. Kamu wanita tersakiti yang tangguh emak suka. Jika dia manusia itu sudah dapat karma emak beri 5 ⭐
Sunaryati
Beri karma pada Helena dan Tama Thoor, buat bangkrut dan Tama dipecat
Sunaryati
Oh kirain lihat Tama dan selingkuhannya, ternyata Bosnya yang mabuk
Sunaryati
Kamu seharusnya instropeksi diri Tama, atau kamu terlanjur nyaman dengan perselingkuhan kamu
Sunaryati
Langsung ketahuan kan Tama, sebentar lagi hancur hidupmu dan tamat karirmu dan selingkuhan kamu seharusnya direkam Binar, jadi jika Tama mengelak ada bukti.
Sunaryati
maksudnya Binar
Sunaryati
Wah Binatang jadi sekretaris Pak Aksa, semoga tempat kerja suaminya dan bisa membongkar perselingkuhan mereka.
Sunaryati
Nah benarkan ada bau perselingkuhan?
Sunaryati
Salah paham, kamu🤭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!