NovelToon NovelToon
Yogyakarta Di Tahun Yang Menyenangkan

Yogyakarta Di Tahun Yang Menyenangkan

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama
Popularitas:906
Nilai: 5
Nama Author: Santika Rahayu

Ketika cinta datang dari arah yang salah, tiga hati harus memilih siapa yang harus bahagia dan siapa yang harus terluka.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Santika Rahayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 14

Sagara kembali tenggelam dalam kiasan masa lalu, dia duduk seorang diri di teras sebuah cafe dekat kediamannya, foto gadis kecil itu tak pernah terlepas dari tangannya. Tatapannya memuja, memandangi foto usang itu. Mata cokelat teduhnya terasa semakin familiar, senyum manisnya terasa semakin menenangkan.

“Apa itu beneran Lo?,” bisiknya pada diri sendiri. “Lo dimana sekarang?, katanya Lo pindah ke Jogja, gue udah di Jogja sekarang, Lo gak mau nemuin gue?”

Jika dilihat sekarang, Sagara sudah seperti orang setres yang setiap hari selalu mengobrol dengan sebuah foto. Sagara kembali menyimpan foto itu di dalam dompetnya ketika dua orang pemuda menghampirinya.

“Wihhh, baru satu bulan disini, udah dapet cewek aja nih..” kata salah satu pemuda bernama Zayyan Aminata sembari menepuk pundak Sagara.

“Biasalah, orang ganteng..” sahut pemuda lainnya bernama Bima Sambara.

Mereka berdua kemudian duduk di kursi di meja yang sama, tanpa menunggu izin, seperti kebiasaan lama yang tak perlu basa-basi.

“Ckk.., kalo cuma itu doang, gue mau balik.” balas Sagara singkat, dia hendak bangkit dari kursinya.

“Etss.., jangan marah gitu dong..” Zayyan menahan pemuda itu.

“Sabar dulu bro.., kita udah jauh-jauh nyamperin Lo kesini dari Jakarta, masa Lo tinggal gitu aja..” ujar Bima berusaha menahan sahabatnya.

Sagara menghembuskan napas panjang lalu kembali duduk, tatapannya kini beralih ke kedua sahabatnya. “Dari Jakarta ke Jogja, cuma buat ngeledek?”

Zayyan tertawa pendek, lalu menyandarkan siku di meja, “Ya enggak lah.., kalo cuma mau ngeledek, cukup di chat aja.”

Bima mengangguk setuju, “Kita kesini, mau ketemu sama Lo. Asal Lo tau, Satya Mandala tuh jadi sepi tanpa lo.” lanjutannya dramatis.

Sagara terdiam sejenak mendengar nama sekolah itu disebut. Satya Mandala—tempat terlalu banyak kenangan yang belum sempat ia rapikan. Sudut bibirnya terangkat tipis, senyum yang lebih mirip refleks daripada perasaan.

“Lebay,” katanya singkat.

“Gak asik Lo ah..” celetuk Zayyan, “Oh ya, minggu lalu, Zea udah masuk sekolah lagi.” kali ini Zayyan terdengar lebih serius.

“Iya, dia nyariin Lo, bahkan sempat nanya ke kepsek Lo pindah kemana.” tutur Bima, menambahkan.

“Terus?”

“Ya kepsek gak tau, gue juga ditanya tapi gue pura-pura gak tau.” lanjut Bima lagi, pemuda itu menyandarkan tubuhnya pada kursi.

“Udah ah, males banget gue bahas tuh anak.” kata Sagara datar, pemuda itu menghisap pod yang sedari tadi berada di tangannya, kemudian mengepulkan asap tebal ke udara.

Zayyan mendecak pelan, melihat asap yang melayang di antara mereka. “Lo masih nyariin anak cewek itu?”

Sagara mengangguk singkat sebagai jawaban.

Zayyan dan Bima saling pandang, mereka bingung bagaimana menyadarkan temannya itu. Mencari seorang anak kecil yang sekarang pasti sudah tumbuh dewasa diantara keramaian Jogja, apalagi mereka bahkan tidak tahu nama perempuan itu, pasti sangat sulit menemukannya.

Bima memutar sendok di cangkirnya, ragu sejenak sebelum akhirnya berbicara. “Eh tapi dilihat-lihat, Zea cantik, dia suka Lo, bahkan satu sekolah tau dia ngejar-ngejar Lo, Lo seriusan gak mau nyoba?” Bima bertanya dengan nada santai.

Sagara terkekeh kecil, “Dia suka gue, itu masalah dia, gue udah ada yang gue suka, yang pasti bukan Zea.”

Jawaban itu membuat suasana seketika hening.

Zayyan mengangkat alis, “Masih cewek di foto itu?”

Sagara tak langsung menjawab, ia menatap meja, tangannya bergerak menciptakan ketukan tak beraturan. “Iya.” katanya akhirnya, “Selalu dia.”

Bima menghela napas panjang, “Sa.., Lo tau kan?, orang bisa berubah, kalau ternyata sekarang dia udah gak ingat Lo gimana?”

Kalimat itu seperti sengaja ditusukan pelan-pelan. Sagara mendongak, tatapannya tajam. “Terserah kalau dia udah lupain gue, gue masih ingat dia, itu udah cukup.”

“Lo sadar gak sih?” sahut Zayyan hati-hati, “Lo kayak ngegantungin hidup Lo, sama orang yang bahkan Lo gak tau keberadaannya.”

Sagara terdiam. Untuk sesaat dia kehilangan ekspresi sok tenang yang sedari tadi dia gunakan di wajahnya. Keraguan perlahan merayap di hatinya.

Belum sempat Sagara menjawab, suara motor yang berhenti di depan cafe tiba-tiba mengalihkan fokusnya. Dua orang itu, Tristan dan Alleta.

Keduanya melangkah memasuki cafe, tak satupun dari mereka menyadari keberadaan Sagara disana. Zayyan dan Bima menyadari kemana arah pandang Sagara, mereka ikut menoleh.

“Noh liat, asik kan kalau punya pacar.” Ujar Bima, melihat kedua orang itu asik, mengira mereka adalah sepasang kekasih.

Sagara menegang. Tatapannya terpaku pada sosok gadis itu–Alleta. Rambutnya tergerai lembut, langkahnya ringan, senyumnya mengembang saat Tristan membukakan pintu untuknya. Ada sesuatu di dada Sagara yang terasa mengganjal, entah mengapa, setiap melihat mereka begitu dekat, rasa aneh itu selalu muncul, meskipun dia tau Alleta dan Tristan adalah sahabat dekat yang tak terpisahkan.

“Ehh tunggu..” Bima memperhatikan kedua orang itu, lekat seolah da baru menyadari sesuatu. “Tuh cewek bukannya yang kemarin naik sepeda sama Lo?”

Zayyan langsung mengeluarkan ponselnya, membuka chat grup, membandingkan gadis di dalam foto yang dikirim Dirga kemarin dengan gadis yang saat ini tengah menunggu pesanan di dalam cafe.

“Emang mirip.., parah sihh, Lo diselingkuhin..??” Zayyan menggelengkan kepalanya, ekspresi terkejut di wajahnya benar-benar alami.

Melihat reaksi kedua sahabatnya, Sagara memutar bola matanya malas. “Gak usah berlebihan, dia temen kelas gue, mereka sahabatan, gue juga gak ada hubungannya sama tuh cewek.” cetusnya dingin.

“Ohhh..., temen..” seru Bima dan Zayyan hampir bersamaan, ekspresi mereka berubah lega, namun suaranya cukup keras untuk menarik perhatian beberapa orang di dekat mereka.

Tepat saat itu, Alleta dan Tristan terlihat melangkah keluar dari cafe, Alleta menenteng dua kantong kertas yang entah apa isinya, yang jelas ia baru membelinya dari cafe tersebut.

Sepanjang mereka melangkah, tak satu detik pun Sagara melepas pandang dari gadis bermata cokelat itu, dan hal itu tentu disadari oleh dua orang pemuda di depannya.

“Sa…” Bima menurunkan suaranya, kali ini tanpa nada bercanda. “Kalau gak ada apa-apa, kenapa Lo natapnya kayak mau ngejar?”

Sagara tersentak. Pandangannya buru-buru dialihkan, rahangnya mengeras. “Mana ada.”

Zayyan mendengus pelan. “Jangan bilang, Lo jatuh cinta?”

“Berisik,” potong Sagara singkat.

Zayyan dan Bima tertawa pelan, entah meledek atau sekedar mencairkan suasana.

...****************...

Ini sudah kali ketiga mereka berlatih, terlihat semuanya mulai fokus, Nula dan Gazi yang awalnya selalu cengengesan kini sudah mulai serius.

Kali ini mereka berlatih di ruang kelas, ditemani oleh Bu Indi. Semua terdiam terpana, saat Sagara mulai mengambil peran sebagai pangeran Indrajaya, dia benar-benar keluar dari dirinya yang cuek dan sok cool.

“Wahai tuan putri Purbasari, engkau adalah calon ratu, hamba hanya ingin menjadikan engkau sebagai permaisuri.” katanya dengan nada rendah, khas seorang pangeran playboy yang menyukai gadis cantik.

“Maaf pangeran, ini tidak pantas, engkau adalah tunangan kakak hamba–Purbararang.” Alleta juga tak kalah mendalami, suaranya yang lembut memang sangat sesuai untuk peran Purbasari.

Ketika adegan itu selesai, semuanya refleks bertepuk tangan, “Anjayy..., keren banget sumpahh..” seru Bara.

“Fiks.., teater kita pasti yang paling bagus..” kata Aru sembari berjingkrak kegirangan.

“Okey, anak-anak, sekarang kalian istirahat dulu, habis itu kita lanjut.” ujar Bu Indi lantang.

“Baik Bu..” sahut semuanya serempak.

Beberapa siswa langsung mengeluarkan jajanan mereka, ada yang membawa bekal, ada yang langsung melangkah menuju kantin. Suasana Spanca saat itu terasa damai, tidak ada riuh dari para siswa karena memang bel pulang sudah berbunyi hampir 40 menit yang lalu.

Terlihat Sagara yang duduk seorang diri di teras depan sembari menyeruput kopi susu kaleng yang dia beli dari kantin tadi.

“Hai.., kok menyendiri?” suara lembut nan hangat itu terdengar menyapa.

Sagara menoleh ke arah gadis yang duduk di sebelahnya, “Nggak apa-apa, cuma lebih suka damai aja.” balasnya santai.

“Ohh..” Alleta menggoyangkan-goyangkan kakinya yang tidak sampai pada lantai sembari tatapannya fokus ke depan.

“Lo gak makan?” kali ini Sagara yang bertanya.

“Nggak, udah kenyang.” sahut Alleta.

Sagara mengangguk singkat lalu kembali menyesap kopinya, hening merambat di antara mereka, bukan canggung tapi seperti jeda yang terlalu nyaman untuk segera dipatahkan.

“Sa,” Alleta memecah keheningan, suaranya terdengar lebih pelan, “Tadi Lo beda banget sumpah.”

Sagara melirik sekilas, “Beda gimana?”

“Lebih hidup.” jawab Alleta jujur, “Lo kayak beneran jadi pangeran Indrajaya, beda banget sama Lo yang asli.”

Pemuda itu terkekeh, “Emang gue yang asli gimana?”

Alleta tersenyum tipis, “Dingin. Sok cuek, gak asik tau ga?”

“Yaudah, emang gue aslinya gitu,” Sagara mengerutkan keningnya mendengar penuturan gadis itu.

“Tapi, kalo Lo terus-terusan kek gitu, Lo gak punya temen.” kata Alleta, matanya terlihat sangat lugu ketika mengucapkan hal itu.

Sagara terdiam sejenak sebelum memberi jawaban, “Mau gue punya temen atau enggak, itu masalah gue, lagian sendiri juga tenang. Gue lebih suka temen sedikit tapi tulus, daripada punya temen banyak tapi kita harus pura-pura jadi orang lain demi mereka mau temenan.”

Alleta terdiam mendengar jawaban itu. Senyum di wajahnya perlahan memudar, berganti ekspresi berpikir. Ia menurunkan pandangan ke sepatunya sendiri, kakinya berhenti bergoyang. “Lo pernah mikir gak,” ucapnya pelan, “kalau kadang orang keliatan pura-pura cuma karena pengen diterima?”

Sagara menoleh. Kali ini lebih lama.

“Maksud Lo?” tanyanya datar, tapi nada suaranya sedikit turun.

Alleta menarik napas, lalu mengangkat bahu kecil. “Gue cuma mikir… mungkin Lo gak sedingin itu. Cuma belum nemu orang yang bikin Lo mau buka diri.”

Kalimat itu membuat Sagara tercekat, meski wajahnya tetap tenang. Ada sesuatu yang bergetar di dadanya—asing tapi mengganggu.

“Sok tau Lo,” balasnya singkat.

Alleta tersenyum kecil, tak tersinggung. “Iya, mungkin.” Lalu ia menoleh, menatap Sagara dengan mata cokelatnya yang jujur.

Sementara keduanya asik mengobrol. Dari depan kelas, sepasang mata tengil yang sedikit sendu menatap keduanya lama.

Tristan melihat sahabatnya begitu asik dengan pemuda itu, Sagara juga selalu terlihat lebih hidup ketika bersama Alleta. Overthinking, tentu saja, tapi sangat tidak pantas jika Tristan mengatakan dia cemburu, mengingat hubungan mereka berdua hanya sebatas sahabat.

Tristan mengalihkan pandangannya sesaat, mencoba agar terlihat biasa saja. Ia meraih botol minumnya di meja, lalu meneguk habis sisanya. Tatapannya kembali melayang ke teras, ke Alleta yang kini tertawa kecil, dan ke Sagara yang, entah bagaimana caranya, tampak jauh berbeda dari sosok dingin yang biasa ia lihat di kelas.

Pemuda itu menghela napas pelan. Ia tahu betul, Alleta memang tipe yang mudah akrab, hangat pada siapa saja. Tapi yang membuat dadanya terasa ganjil adalah cara Sagara menatap Alleta, tenang, fokus, seolah dunia di sekitarnya mengecil hanya menyisakan mereka berdua.

“Ngapain bengong?” suara Bara memecah lamunanya.

Tristan tersedak kecil, “Hah?, enggak.”

Bara menoleh ke arah teras, lalu menyeringai tipis, “Ohh.., jangan bilang Lo cemburu?”

“Apaan sih..” bantah Tristan cepat. “Ngapain cemburu, Alleta udah gue anggap adek sendiri, toh mereka cuma ngobrol.”

“Baguslah.” Bara mengangguk, “Mereka juga dilihat-lihat, cocok.”

Tristan terdiam, senyumnya yang santai seketika berubah sepersekian detik, sebelum akhirnya dia paksa agar kembali terlihat normal.

Bersambung...

–Di tempat yang salah, sebaik apa pun yang kamu beri, tetap terasa kurang. Di tempat yang tepat, hadir saja, kamu sudah dirayakan.–

^^^~Sagara Kelana Biantara~^^^

1
Fathur Rosi
asik akhirnya up lagi
butterfly
lanjuttttt💪💪💪💪
Fathur Rosi
up Thor......... gasssss
Fathur Rosi
up Thor......... gasssss
Fathur Rosi
mantap
Lilis N Andini
lanjut /Rose//Rose//Rose//Rose//Rose/
Sant.ikaa
Kalian tim Tristan Alleta OR Sagara Alleta
Sant.ikaa
Yang mau lanjut absen dongg
butterfly
lanjut thor 💪💪
Sant.ikaa: sudah nihh
total 1 replies
Fathur Rosi
asik ceritanya...... gassssss
Siti Nina
Oke ceritanya Thor 👍👍👍
Lilis N Andini
ceritanya bagus,dengan latar sekolah yang menggemaskan seakan bernostalgia ketika masa putih abu
Sant.ikaa: terimakasih dukungannya😊
total 1 replies
Lilis N Andini
ditunggu upnya kak/Heart/🙏
Lilis N Andini
Aku mampir kak....semangat/Rose//Rose/
kalea rizuky
lanjut banyak thor nanti q ksih hadiah
kalea rizuky
aduh km knp Tristan
kalea rizuky
yaaa sad boy donk tristan
kalea rizuky
kasian Tristan jd Ubi
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!