Saat tragedi mengambil jiwanya, Syifa menemukan dirinya yang masuk ke dunia novel sebagai seorang antagonis yang secara obsesif mengejar protagonist pria bahkan berencana untuk menghancurkan hubungannya dengan sang kekasih.
Pada akhirnya dia akan mati terbunuh karna alur itu, oleh sebab itu untuk menghindarinya, dia selalu menghindari pria itu.
Namun bagaimana jika tiba-tiba alurnya berubah, pria itu malah memperhatikannya..
"Tidak! ini tidak ada dalam plot!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aplolyn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29
Cup.
Waktu seolah berhenti.
Syifa membeku, otaknya kosong sepersekian detik sebelum seluruh kesadarannya kembali sekaligus.
Perasaannya kini menjadi panas, marah, kaget, dan takut bercampur jadi satu, pasalnya itu ada ciuman pertamanya..
Meski dia tidak tahu apakah Syifa di novel sudah pernah berciuman, namun dirinya di dunia nyata tidak pernah melakukannya, ya bagaimana bisa? sedangkan dirinya sendiri tidak pernah pacaran.
Dengan kesadaran dan kejengkelannya, Syifa menatap tajam seolah ingin memakan Kayden hidup-hidup.
“Apa—” Syifa mendorong dada Kayden keras-keras. “Kamu gila?!”
Beberapa mahasiswa di ujung lorong spontan menoleh. Kayden langsung menarik Syifa ke sisi tembok yang lebih sepi, tubuhnya menghadang pandangan orang lain. Namun ia tidak menyentuhnya lagi.
Tatapan Kayden berubah. Tak ada lagi santai. Yang ada hanya sesuatu yang mentah dan jujur.
“Kamu mau semua orang tau? tadi itu gak ada yang lihat pas aku ngelakuin,” ucapnya cepat, tapi suaranya tegas.
Syifa mengusap bibirnya dengan punggung tangan, dadanya berdebar tak karuan. Bukan karena kecupan itu terasa manis—justru karena terasa terlalu nyata.
“Kamu pikir dengan cara kayak gitu aku bakal luluh?” suara Syifa bergetar menahan emosi. “Atau kamu pikir aku ini gampang?”
Kayden menggeleng. “Aku nggak mikir sejauh itu.”
“Ya jelas,” Syifa tertawa miris. “Kamu nggak pernah mikir.”
Ia berbalik hendak pergi lagi, tapi kali ini Kayden hanya menahan jarak dan tidak menyentuhnya.
“Syifa,” panggilnya pelan. “Dengerin aku sebentar aja.”
Syifa berhenti melangkah. Bukan karena ingin, tapi karena tubuhnya lelah untuk terus lari.
“Aku dulu nolak kamu,” lanjut Kayden. “Itu salahku. Bukan karena kamu kurang apa-apa.”
“Terus?” Syifa menoleh setengah, dingin.
“Karna aku saat itu jatuh hati pada Wenda, dan orang yang jatuh cinta itu buta, kan?,” katanya jujur. “Pas aku putus sama dia, dan kamu kecelakaan, aku mulai sadar kalau aku harusnya bisa ngasih kamu kesempatan.”
“Kesempatan?” ulang Syifa merasa lucu “Setelah semuanya kejadian?”
Kayden mengangguk pelan. “Aku tahu itu terdengar terlambat. Dan egois. Tapi itu kenyataannya.”
Syifa memejamkan mata, merasa lucu karna dalam naskah, hari kecelakaan itu terjadi begitu cepat dengan lampu merah yang menyilaukan, bunyi rem yang melengking, lalu gelap.
Dan setelahnya, si Kayden itu tak pernah benar-benar muncul di samping ranjang rumah sakit
'Gak masuk akal banget nih cowok!'
"Oke.. denger aku baik-baik ya Kayden.. Terimakasih karna sudah merasa kalau kamu terlambat dan ingin mulai untuk membangun hubungan baik denganku, tapi maaf banget nih.. aku gak tertarik sama kamu lagi, dan itu benar-benar serius"
Kalimat itu membuat Kayden diam sejenak lalu mengatakan, "Oke.. kalau begitu gimana kalau kita taruhan?"
'Astaga.. alur apa lagi ini! Kayden brengs3k!'
"Apa lagi sih?," kesal Syifa.
"Dua minggu saja.. biarin aku mencoba untuk mengambil hati kamu lagi.. kamu boleh menolak terus, tapi kalau dalam waktu itu kamu masih ada perasaan sama aku, kita harus jadian!"
"Trus kalau aku tetap gak suka sama kamu?"
"Kamu bebas.. aku gak akan deketin kamu lagi dan bonusnya, aku bakal bantu perusahaan kamu supaya dapat dana tambahan dari perusahaanku"
Mendengar bonusnya membuat Syifa tertarik, dia juga sangat percaya diri untuk tidak jatuh dalam godaan pria itu, oleh sebab itu dengan yakin Syifa menjawab:
"Oke! Deal!"