Maira salah masuk kamar hotel, setelah dia dijual paman dan bibinya pada pengusaha kaya untuk jadi istri simpanan. Akibatnya, dia malah tidur dengan seorang pria yang merupakan dosen di kampusnya. Jack, Jackson Romero yang ternyata sedang di jebak seorang wanita yang menyukainya.
Merasa ini bukan salahnya, Maira yang memang tidak mungkin kembali ke rumah paman dan bibinya, minta tanggung jawab pada Jackson.
Pernikahan itu terjadi, namun Maira harus tanda tangan kontrak dimana dia hanya bisa menjadi istri rahasia Jack selama satu tahun.
"Oke! tidak masalah? jadi bapak pura-pura saja tidak kenal aku saat kita bertemu ya! awas kalau menegurku lebih dulu!" ujar Maira menyipitkan matanya ke arah Jack.
"Siapa bapakmu? siapa juga yang tertarik untuk menegurmu? disini kamu numpang ya! panggil tuan. Di kampus, baru panggil seperti itu!" balas Jack menatap Maira tajam.
'Duh, galak bener. Tahan Maira, seenggaknya kamu gak perlu jadi istri simpanan bandot tua itu!' batin Maira.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon noerazzura, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29. Tidak Lagi Harus Formal
Maira yang kelelahan pada akhirnya tertidur juga. Meski awalnya bahkan dia tidak bisa memejamkan matanya. Tapi seiring bahu Jack yang memang nyaman, dia juga lelah, lalu Jack juga sama sekali tidak bergerak, atau menimbulkan gerakan yang membuatnya canggung. Maira pun memejamkan matanya, perjalan yang biasanya hanya di lalui setengah jam saja. Bahkan harus dilalui dalam waktu satu jam.
Kenapa bisa begitu? alasannya adalah, Jack yang meminta Paul putar balik, ambil rute yang jauh, karena dia tidak mau membangunkan Maira yang sedang terlelap tidur.
Jack bahkan tanpa sadar, saat ini tengah merangkul Maira dan mengusap kepala gadis itu dengan sangat lembut.
"Tuan, apa mau putar balik lagi? apa tidak terlalu malam. Tuan kan bisa menggendong nona saja, kalau tidak mau membangunkannya!" kata Paul.
Sudah hampir jam 3, dia kelelahan. Besok dia masih harus datang ke kantor jam 9. Lemburnya memang digaji besar. Tapi masa iya, dia keliling lagi.
"Ya sudah, masuk basemen!" kata Jack pada akhirnya.
Paul mengangguk patuh, dia mengemudikan mobil Jack itu masuk ke basemen apartemen. Dimana ada lokasi atau area parkir khusus milik Jack. Disana ada 4 tempat khusus yang semuanya menjadi tempat parkir mobil Jack.
"Tuan, mau aku bantu?" tanya Paul.
"Buka pintunya" kata Jack.
"Baik tuan!"
Paul turun dari dalam mobil, menuju ke pintu belakang. Dia membukanya dan berdiri di dekatnya kalau-kalau bosnya itu butuh bantuannya.
Jack agak bingung, kalau dia bergerak. Pasti Maira akan bangun. Tapi kalau tidak bergerak, sampai pagi mereka akan berada di tempat itu.
Jack bergerak perlahan, berusaha memindahkan posisinya sebelum menggendong Maira.
Tapi Maira terbangun, dan membuka matanya. Posisinya benar-benar sedang berhadapan dengan Jack. Jarak kedua ujung hidung mereka saja hanya sekitar 10 centimeter saja.
"Tuan, sudah sampai ya?" tanya Maira yang langsung memalingkan wajahnya dan melihat sekeliling.
Jack segera menarik tangannya.
"Iya, turunlah!"
"Baik"
Tapi yang namanya orang baru bangun langsung turun dari dalam mobil, kan sempoyongan sedikit.
Grep
Saat Maira hampir terhuyung ke samping, Jack langsung dengan sigap membantunya, menangkap tubuh Maira dengan memegang kedua lengannya.
Maira melihat ke lengannya. Tangan Jack ada di sana. Maira jadi sangat tidak enak. Tapi baru mau minta maaf, baru mau membuka mulutnya, Maira malah spontan mengalungkan tangannya di leher Jack. Karena pria itu mengangkat tubuhnya, menggendongnya lebih tepatnya.
Paul cukup terkejut, wanita pertama yang di gendong seperti itu oleh Jack adalah Maira.
"Tuan, aku permisi!" pamit Paul yang langsung meninggalkan tempat itu.
Maira bingung, dia tadi memang spontan mengalungkan tangannya di leher Jack. Tapi setelah Jack menggendongnya seperti ini, dia malah sangat gugup. Tangannya mau dia tarik, takut jatuh. Tidak di tarik, dia juga takut pada Jack.
"Tuan..."
"Kamu pasti masih mengantuk. Daripada jatuh, aku akan gendong kamu sampai ke apartemen!" kata Jack yang langsung berjalan menuju ke arah lift.
"Tapi tuan, Sayaa bisa..."
"Tekan tombolnya!" seru Jack saat mereka berada di depan pintu lift.
Maira menarik satu tangannya dan menekan tombol untuk membuat pintu lift itu terbuka.
Ting
Pintu lift itu terbuka, Jack masuk ke dalam dan minta Maira kembali menekan tombol di dalam lift.
"Tuan, lift ini kan tidak bergerak. Saya rasa..."
Maira bicara dengan sangat pelan, seperti berbisik. Tapi ucapannya itu berhenti, ketika Jack menatap lebih tajam dari sebelumnya padanya.
'Kenapa dia melotot? apa aku salah bicara lagi?' batin Maira.
"Aku sudah katakan padamu, berhenti bicara formal. Kita sudah menikah kan? aku dan kamu, akan lebih terdengar bagus daripada saya dan kamu. Paham!"
Maira mengangguk perlahan. Ucapan itu bukan seperti sebuah pertanyaan. Penekanan di akhir kalimat, membuatnya lebih terdengar seperti sebuah perintah.
Ting
Pintu lift kembali terbuka, Maira terlihat sangat canggung.
"Tekan password-nya!"
Maira kembali menekan password pintu apartemen Jack. Bahkan ketika pintu terbuka, Jack belum menurunkan Maira dari gendongannya.
"Tuan, kita sudah sampai, saya bisa..."
"Ekhem!"
Maira tergagap, dia menyadari kesalahannya.
"Maksud saya, aku bisa..." Maira menjeda kalimatnya yang terdengar sangat aneh di telinganya itu.
Lagipula Jack tidak mendengarkan Maira. Pria itu terus saja membawanya Maira ke kamarnya. Dan baru menurunkan Maira di atas tempat tidurnya.
Maira sungguh canggung, dia kan harus membereskan meja makan dulu. Setelah Jack menurunkannya, dia pun berdiri. Niatnya tentu saja merapikan meja makan dulu.
"Tuan pasti lelah, selamat beristirahat!" kata Maira.
Jack masih berdiri di depan Maira.
"Iya, kamu juga pasti lelah kan? kamu juga harus berisitirahat. Tidurlah, malam ini aku tidur disini!"
Mata Maira langsung membola.
"Kenapa tuan? kamar tuan kotor ya? ada serangganya? atau kasurnya basah ketumpahan air? aku akan bersihkan!" kata Maira yang hendak melangkah ke arah pintu.
Tapi Jack menahan tangan Maira.
"Ini sudah hampir jam 3, lakukan saja semua itu besok! sekarang bisa kita tidur?" tanya Jack dengan wajah yang terlihat lelah.
Maira masih terdiam mematung di tempatnya. Dia semakin tidak paham, bukannya yang dulu memastikan keduanya memiliki privasi dan memberikan tembok pembatas yang tinggi antara keduanya adalah Jack. Kenapa sekarang rasanya Jack, ingin memanjat tembok itu?
"Tidurlah!" kata Jack yang langsung berbaring di atas tempat tidur Maira.
Maira pergi ke kamar mandi. Dia membersihkan dirinya. Dan melihat ke cermin wastafel yang ada di kamar mandi.
"Tuan itu kenapa sih?" gumamnya bingung.
Cukup lama Maira di kamar mandi. Dia pun keluar dari kamar mandi karena memang sudah cukup lelah. Saat Maira keluar, Jack terlihat sudah tidur. Maira pikir, pasti pria itu sangat lelah.
Maira mengambil bantal yang ada di atas tempat tidur perlahan, sangat pelan. Dan meletakkannya di sofa. Maira memilih tidur di sofa.
Kamar di apartemen ini memang hanya dua. Kalau kamar tuannya memang kotor, dia tentu harus mengalah. Dan membiarkan Jack tidur di tempat tidurnya.
Perlahan Maira memejamkan matanya. Tapi kelopak mata Jack malah terbuka. Dia melirik ke arah sofa.
"Dia tidak mau tidur satu tempat tidur denganku? apa dia memang menyukai bartender itu?" gumam Jack perlahan dengan raut wajah kesal.
***
Bersambung...
kalau bisa double up lagi thor 🤭maaf ngelunjak thor😁😁😁😁
💪💪💪💪💪💪💪