NovelToon NovelToon
REVENGE

REVENGE

Status: sedang berlangsung
Genre:Anak Yatim Piatu
Popularitas:2.8k
Nilai: 5
Nama Author: Nona Jmn

Sejak kematian ayahnya yang misterius, Elina diam-diam menyimpan dendam. Saat Evan—teman lama sang ayah—mengungkapkan bahwa pelakunya berasal dari kepolisian, Elina memutuskan menjadi polisi. Di balik ketenangannya, ia menjalankan misi berbahaya untuk mencari kebenaran, hingga menyadari bahwa pengkhianat ada di lingkungan terdekatnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nona Jmn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bayangan di balik seragam

"Gue masih coco juga jadi anak SMA," gumam Valencia pelan, menatap pantulan dirinya di cermin. Seragam sekolah elit kota itu kini melekat di tubuhnya, membuatnya tampak benar-benar seperti siswi baru di Sakura Academy.

Kasus penyebaran narkoba di sekolah elit itu kini sepenuhnya menjadi tanggung jawabnya. Di bawah perintah langsung dari komandan Andra, Valencia ditugaskan untuk menyusup dan mencari tahu siapa dalang di balik peredaran barang haram itu.

Andra memilihnya bukan tanpa alasan. Wajah Valencia yang masih muda membuatnya mudah menyamar sebagai murid SMA. Tapi bagi Valencia, ini bukan sekedar penyamaran—ini adalah ujian pertama di mana ia harus turun tangan sendirian, tanpa bantuan rekan setim.

Ia menarik napas dalam-dalam, menatap tajam ke arah cermin.

"Kali ini... gue gak boleh gagal."

Valencia menggunakan hoodie abu-abu yang sedikit kebesaran—cara sederhana untuk menyamarkan diri agar tidak menimbulkan kecurigaan. Ia menuruni tangga rusun tanpa suara, langkahnya mantap namun hati-hati. Begitu tiba di parkiran, ia segera menuju mobilnya yang terparkir di tempat biasa.

Namun sebelum sempat membuka pintu, sebuah suara familiar memanggil pelan.

"El..."

Valencia menoleh cepat. Suara itu sudah cukup untuk membuat napasnya tertahan sejenak.

"Om? Kenapa Om ke sini?" tanyanya setengah panik, matanya menyapu sekitar memastikan tak ada yang memperhatikan.

Evan melangkah mendekat, ekspresinya tenang. "Aman. Pengawal Om sudah berjaga. Mereka bakal kasih tanda kalau ada aparat lewat." Tatapannya menelusuri penampilan Valencia, lalu tersenyum tipis. "Kamu masih cocok jadi siswi, El."

Valencia hanya membalas dengan senyum tipis.

Evan menghela napas, kemudian berkata lembut, “Om cuma mau kasih semangat untuk misi pertamamu. Ingat, jangan mudah percaya siapa pun—terutama di antara para murid itu.”

Valencia menunduk sedikit dan mengangguk. “Makasih, Om. Elina bakal ingat semua arahan Om.”

Hening sejenak. Lalu Evan menatapnya lebih dalam. “El… sebenarnya Om sudah tahu—”

“Iya, Om,” potong Valencia cepat. “Elina tahu kalau Om juga tahu siapa bandar narkobanya. Elina sempat lihat datanya… itu milik Om. Tapi tolong, biarkan Elina cari tahu sendiri.”

Evan menatapnya beberapa detik, lalu tersenyum kagum. Ia melangkah mendekat dan memeluk Valencia erat. “Semangat, Cil.”

Valencia membalas pelukannya, tapi mendengus kecil. “Om, jangan panggil aku Cil. Aku bukan anak kecil lagi.”

Evan terkekeh pelan, lalu mencium keningnya sebelum melepaskan pelukan itu. “Baiklah. Sekarang berangkatlah. Hati-hati, dan pastikan kamu selalu bawa pistol serta belati cadanganmu.”

“Iya, Om. Sudah Elina simpan, di balik rok,” jawabnya yakin.

Setelah berpamitan, Valencia masuk ke mobil dan menyalakan mesin. Satu misi menantinya—dan sebelum ke Sakura Academy, ia akan singgah dulu ke kantor untuk menerima instruksi terakhir.

Evan menatap mobil Valencia yang perlahan menjauh, hingga akhirnya hilang di tikungan. Angin pagi berhembus lembut, menggoyangkan ujung mantel yang ia kenakan. Suara pelan terdengar dari alat komunikasi di telinganya.

“Tuan, salah satu detektif melihat Anda bersama Elina,” lapor pengawal di seberang.

Evan tidak langsung menjawab. Pandangannya tertuju pada layar ponsel, menampilkan rekaman singkat dari kamera jalan. Tatapannya menajam saat mengenali siluet mobil yang sangat familiar.

“Tapi tenang saja, Tuan,” lanjut suara itu cepat, “dia tak akan mengenali Anda. Hari ini Anda memakai hoodie dan masker, berbeda dari sebelumnya. Dia hanya sempat melihat punggung Anda.”

“Hm… kalian sudah paham apa yang harus dilakukan, kan?” ucap Evan datar, namun suaranya penuh tekanan.

“Paham, Tuan,” jawab mereka serempak dengan nada tegas.

•●•

“Valencia… dia barusan berpelukan dengan siapa?” gumam Alaric dalam hati.

Dari kejauhan, ia berdiri diam di balik mobil yang terparkir, pandangannya tak lepas dari sosok Valencia yang baru saja memeluk seorang pria di depan rusun tua itu. Ia tidak bermaksud mengintai, hanya kebetulan melewati jalur yang sama—namun pemandangan itu membuat langkahnya terhenti begitu saja.

Ia bisa mengenali Valencia dengan mudah. Seragam sekolah yang ia berikan kemarin menjadi ciri khas yang tak mungkin ia salah lihat. Mobil di parkiran pun milik Valencia. Semuanya terlalu jelas untuk diabaikan.

Entah kenapa, dada Alaric terasa panas. Ada perasaan tak nyaman yang tak bisa ia jelaskan.

“Apa dia… pacarnya Valencia?” bisiknya pelan, menatap arah pria itu pergi.

Tatapannya kemudian beralih pada bangunan rusun tempat Valencia keluar. Dinding kusam dan jendela berkarat menggambarkan tempat yang jauh dari kata layak. Ia sempat berpikir, jadi di sini dia tinggal?

Pandangan Alaric kembali ke arah pria yang kini semakin menjauh, langkahnya mantap seolah sudah hafal setiap sudut kawasan itu. Sekilas, ada sesuatu pada sosoknya yang terasa asing namun familier—membuat Alaric ingin mengikutinya lebih jauh.

Namun ia menghela napas, menahan dorongan itu.

“Tidak sekarang…” gumamnya, berbalik perlahan. “Aku masih punya tugas di kantor.”

Meski begitu, bayangan Valencia dan pria misterius itu terus berputar di kepalanya, meninggalkan tanya yang belum menemukan jawaban.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!